"Aku benar-benar tidak membohongi mu apalagi bermuka dua denganmu. Sejak lama aku sudah muak berbaik hati bersama Sean dan Emanuel, mereka berdua selalu menjadikan aku ketiga di setiap hal meskipun memang kekuasaan mereka lebih tinggi dariku. Tapi, aku juga ingin merasakan posisi itu," ungkap Edward membenarkan.
Jacobs seketika berpikir. "Baiklah jika begitu aku menerima mu sebagai pengikut ku."
Sejak saat itu mereka akhirnya sepakat lalu merencanakan sebuah rencana besar. Diam-diam Jacobs membangun sebuah konspirasi besar-besaran untuk mengalahkan Sean.
Beberapa hari sebelum pertumpahan darah terjadi Sean sudah mengetahui jika adiknya adalah dalang dari setiap konspirasi yang terjadi di dalam istananya sendiri. Hingga mereka membuat sebuah rencana untuk menggagalkan pertumpahan darah antara dirinya bersama sang adik.
Sean ingin membuat adiknya menyesali semua perbuatan tersebut tapi, Jacobs justru sebaliknya menentang sang kakak. Jacobs akhirnya meninggalkan Istana dan pergi menemui Ratu penyihir. Hingga akhirnya mereka menyerang Sean.
Peperangan besar terjadi, Jacobs mempunyai pasukan lebih banyak daripada pasukan kakak sebab beberapa mengikutinya, tapi Edward hari itu justru tidak terlihat, entah ia melupakan peperangan atau memang tidak ingin bergabung. Bahkan Marie, sebagai kekasih Jacobs juga ikut membantu.
Sean bersama Emanuel sudah menyiapkan dirinya untuk hal tersebut, mereka benar-benar mengeluarkan semua kekuatan demi menyelesaikan semuanya. Marie ikut terbunuh begitupun dengan Potbolle sebagai Ratu penyihir, namun sebelum Potbelle mati, detik-detik terakhirnya ia mengucapkan sumpahnya.
"Aku mengutuk mu, Sean Kingston. Selamanya kamu tidak akan bisa mendapatkan pewaris tahta kerajaan mu karena aku, Potbolle bersumpah bahwa tidak ada satupun wanita yang bisa menerima tubuhmu kecuali satu wanita istimewa yang juga terlahir dari Clan pure Blooded dan kutukan hilang jika wanita itu memberikan dirinya sebagai persembahan di bulan purnama. Tapi, sayangnya Clan tersebut sangat langka bahkan hanya tinggal kau seorang yang memiliki Clan tersebut. Jadi bersiap-siaplah dirimu mender-"
Ucapannya terhenti sebab ajalnya sudah di ujung. Sean tidak mendengarkan sumpah tersebut bahkan ia menganggapnya tidak pernah ada. Lalu Sean ingin menghabisi adiknya tapi, di ujung kematian Jacobs memohon ampun pada sang kakak.
"Maafkan aku, kak. Aku sudah sangat bodoh untuk mengkhianati kakakku sendiri. Kumohon jangan bunuh aku, karena aku satu-satunya adikmu," rengek Jacobs terus-menerus seraya menyatukan kedua tangannya.
Sean merasa kasihan melihat adiknya. Memang ia tidak ingin menghabisi Jacobs tapi, karena seorang pengkhianat. Akhirnya Sean meluluhkan hatinya dengan apa yang telah di ucapakan oleh sang adik.
"Pengawal! Bawa Jacobs, dan obati dia, tapi awasi dia jangan biarkan dia berbuat macam-macam!" perintah Sean.
Senyum tersungging di wajahnya Jacobs. Ia merasakan kemenangan berpihak padanya. Lalu saat Sean mulai lengah dan tidak tahu jika adiknya ingin membunuhnya dari belakang.
Sean pun terluka cukup parah, ia bahkan kesulitan bangun sebab serangan dari belakang tepat mengenai kelemahannya. Hingga akhirnya Emanuel memilih untuk menolongnya dengan membalas perbuatan Jacobs.
Namun, melihat keadaan Sean yang cukup parah hingga dirinya tidak bisa berlama-lama berada di sini hingga akhirnya ia berniat membawa lari rajanya.
Jacobs tahu Emanuel ingin menolong kakaknya. Lalu dengan cepat ia mendekati kakaknya untuk memberikan kematian.
"Sean Kingston! Jika dulu kau adalah raja terhebat maka sekarang akulah yang menjadi raja terkuat. Matilah kau dengan merasakan sakit yang pernah kurasakan atas ketidakadilan hidupku ini. Marie bahkan mati karena mu, dan karena itu maka aku bersumpah untuk mengambil wanita istimewa milikmu!" janji Jacobs.
Menyadari sesuatu yang tidak beres Emanuel dengan cepat membawa pergi Sean sebelum Jacobs menghabisinya. Hingga akhirnya mereka pun berhasil meninggalkan istananya sendiri. Itulah sebabnya Sean mendapatkan kutukan.
(Flashon)
Setelah pernikahannya selesai, Quiena memutuskan untuk kembali ke kamarnya bersama Squby, tapi tidak tidak Sean. Ia bersama dengan Emanuel dan juga Edward sedang menemani tamu-tamu di sana.
Emanuel celingak-celinguk mencari seseorang. "Eh, Brother. Bentar deh, Quiena kemana? Kok setelah pernikahan kalian dia enggak ada di sini?"
"Udah ke kamar barusan," sahut Sean dengan cepat.
"Lo kok bisa tahu sih, Bro?" tanya Emanuel lupa-lupa ingat.
"Yah gua tahulah, diakan udah gua tandai jadi secara isi hatinya gua tahu. Tolong deh please! Jangan kaya nenek-nenek Lo masih muda udah amnesia," omel Sean.
"Yakan gua nanya, Bro," sahut Emanuel seraya menggaruk kepalanya.
"Udahlah jangan ribut. Tuh tamu pada liatin kita-kita," timpal Edward.
"Iya juga ya, wah baru sadar gua cantik-cantik tamunya," sahut Emanuel, sifat buayanya sedang kambuh.
"Ya ampun! Bisa-bisanya liatin cewek!" timpal Sean.
"Iya dong, gua jomblo yah bebas 'lah," sahut Emanuel dengan ceria.
Sean tersenyum tapi kemudian ia tidak menanggapinya lagi. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba terlihat gelisah bahkan Emanuel bersama Edward melihat dirinya kebingungan.
"Sean, Lo baik-baik ajakan?" tanya Emanuel perhatian.
Sean pun mengangguk. "Iya gua baik-baik aja kok, tapi gua ngerasa ada aroma dari kaum vampire yang sedang menuju kesini, dan salah satu dari Clan pure Blooded."
Emanuel bersama Edward tercengang dengan apa yang di ucapkan oleh Sean. Mereka berdua saling memandang lalu Emanuel langsung melihatnya melalui telepati.
Emanuel memejamkan matanya, terlihat beberapa vampire sedang menuju ke tempat pesta pernikahan Sean.
"Gawat yang mulia Raja! Jacobs berserta rombongan memang sedang menuju kemari," ungkap Emanuel dengan bahasa formal sebab jika sedang mengendalikan kekuatannya maka dirinya tunduk di bawah kekuasaan Sean.
"Sudah kuduga anak itu akan datang kemari. Sialan! Aku harus mengamankan Quiena terlebih dahulu," ungkap Sean seraya beranjak pergi dari sana.
"Baik yang mulia, Raja," sahut Emanuel.
Emanuel berpikir sesuatu, ia tidak bisa membiarkan jika Jacobs sampai memasuki pesta tersebut. Lalu dirinya beranjak pergi ke depan pintu gerbang. Ia lalu memasang tameng untuk membuat sedikit pelindung agar tidak bisa di lewati oleh rombongan Jacobs. Sedangkan Edward hanya berdiam diri sambil memegang gelas minuman berisikan darah.
'Jacobs, akhirnya kau datang juga. Aku sudah menanti-nantikan waktu saat ini. Saat Sean dan Emanuel sibuk maka aku yang akan menemui Quiena lalu menghisap darahnya. Setelah itu aku akan pergi jauh serta membawa Quiena dari kalian dan akan menuju ke gunung Mountain agar aku bisa segera mengetahui siapa sebenarnya wanita itu. Aku benar-benar sudah tidak bisa sabar menunggu,' batin Edward dengan senyuman tersungging.
Emanuel pun kembali ketempat Edward berdiri. Ia kembali dengan nafas terengah-engah sebab di luar sana matahari begitu terik dan cukup membuatnya kelelahan terkena matahari apalagi kekuatannya sedikit melemah setelah mengeluarkan banyak kekuatan demi membuat pelindung.
Meski begitu Emanuel melihat kearah temannya, yang tidak bergerak sedikitpun padahal musuh sudah semakin dekat.
"Edward, kenapa Lo cuma diam di sini? Lakuin apa kek gitu, siapin pasukan kek atau umumkan pada kaum vampire yang lain untuk bersiap diri sebab kita tahu kalau Jacobs begitu keras kepala dan tidak ada yang bisa menghentikan dirinya jika sedang menginginkan sesuatu. Jadi cepat lakukan!" perintah Emanuel dengan tegas.