webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
430 Chs

Bab 4 Tidak Sengaja

Hari ini adalah hari sabtu. Dimana di kelas Bela terdapat pelajaran olaharga pagi ini. Kebetulan pelajaran hari ini adalah pelajaran bola basket. Arini merasa trauma bila melihat dan harus bersentuhan dengan bola. Karena dia dulu pernah memiliki cerita menyakitkan ketika bermain bola. Dimana ketika dia masih kecil pernah mengejar bolanya yang menggelinding di alan raya hingga tanpa sadar dirinya hampir ditabrak motor. Dia kaget sekali.

"Aku takut banget. Gimana ini?"batin Arini saat sedang berbaris dan melihat ada bola basket sedang dipegang Pak Mansyur, guru olahraga.

"Tenang Bela. Kamu pasti bisa. Jangan takut. Tarik nafas."Arini menarik nafas sendiri ditengah-tengah pelajaran Pak Mansyur sedang menjelaskan materi bola basket.

Setelah Pak Mansyur menjelaskan beberapa materi mengenai materi bola basket, kini permainan bola basket dimulai. Pak mansyur terlihat memulai beberapa teknik dasar dalam bermain bola basket kepada murid-mudrinya. Semua anak kelas 11 ipa 1 menganggap Pak Masnyur begitu ahli dan lihai dalam bermain bola basket.

"Ok bapak akan menunjuk salah satu dari kalian untuk mempraktekkan teknik dasar bola basket seperti yang bapak lakukan tadi."ucap Pak Mansyur sambil melihat beberapa anak murid yang di depannya.

"Bela, maju kedepan."Pak Mansyur malah memilih Bela yang sedari tadi sedang menenangkan dirinya agar tidak grogi bila melihat bola.

"Sa…saya pak?"Bela terlihat takut.

"Ya kamu maju kedepan."suruh Pak Mansyur. Bela akhirnya membaranikan diri untuk maju kedepan.

"Kenapa harus aku?"batin Bela sambil berjalan mendekati Pak mansyur.

"Dan sekarang bapak akan memilih laki-lakinya satu."ucap Pak Mansyur.

Belum menunjuk orangnya, tiba-tiba semua anak tertuju pada Dirga yang sedang berdiri di pojokan belakang. Semua anak kelas 11 ipa 1 sudah tahu kalau yang ahli dalam bermain bola basket di kelas adalah Dirga.

"Ya Dirga silahkan maju. Bapak harap kamu bisa mencontohi teman-temanmu bagaimana teknik dasar bermain bola basket."Dirga langsung maju kedepan.

"Ya pak."jawab Dirga dengan mantap dan siap.

"Ok anak-anak. Untuk yang pertama, Bela dan Dirga yang bermain dulu."ucap Pak Mansyur kepada semua murid-muridnya.

Bela nampak tegang saat memegang bola basket. Tegangnya bukan karena harus berdekatan dengan Dirga. Dirga sempat melihat gelagat aneh dari wajah Bela itu. Sepertinya sedang terjadi sesuatu pada Bela. Tapi Dirga tidak tahu apa itu.

"Kamu bisa Bel, teknik yang bapak lakukan tadi?"tanya Pak Mansur kepada Bela. Bela langsung menggeleng.

"Ok Dirga, kamu ajari Bela dulu sampai bisa. Nanti kalau udah bisa baru teman-teman yang lain."kata Pak Mansyur.

"Siap pak."jawab Dirga.

"Kok dia sih pak. Aku aja seharusnya tadi yang diajari Dirga"kata Dina dari barisan depan.

"Sudah diam saja. Lihat mereka berdua dulu. Ayo mulai Dirga."suruh Pak Mansyur.

Dina merasa kesal karena laki-laki yang dicintanya itu malah disuruh untuk mengajari Bela. Teman yang sangat tidak disukainuya itu. Dina menganggap semua anak kelas 11 ipa 1 benci dan tidak suka dengan Bela. Hanya Puteri saja yang mau berteman dengan Bela.

Semua anak perempuan di kelas 11 ipa 1 terlihat iri dengan Bela. Menurutnya Bela pasti akan mengambil kesempatan untuk mendekati Dirga. Padahal Bela tidak ada niatan sedikitpun untuk itu. Malahan dia sedang berseteru dengan jiwanya yang sedari tadi memberontak untuk memegang bola.

"Kamu bisa Bel."Bela memaksakan untuk memegang bolanya. Tangannya terlihat gemetaran saat bola ada ditangannya.

"Kamu bisa?"tanya Dirga sambil berdiri didepan Bela.

"A…aku takut."Bela jujur dan dia memang sedang takut memegang bola basket.

"Kamu takut kenapa?"Dirga kebingungan dan tidak maksud dengan ucapan Bela itu.

"Nggak, nggak jadi."Bela mengurungkan untuk bercerita kalau dirinya tengah trauma dengan bola.

"Apa mau aku ajari?"Dirga melihat kalau Bela belum bisa memainkan teknik dasar seperti Pak Mansyur lakukan tadi.

Bela tidak menjawab tapi malahan dia melihat kearah teman-temannya yang terlihat manyun-manyun kearahnya. Dia tentu tahu kalau semua teman-teman perempuannya marah kepadanya karena berani dekat dengan Dirga. Salah satu siswa yang masuk barisan cogan di sekolahnya itu.

"Ayo aku ajari."Dirga langsung mendekati Bela.

Bela tidak bisa menolaknya karena memang dia tidak bisa bermain bola basket. Dia tidak mau menolak permintaan Pak Mansyur yang telah menyuruhnya untuk bermain bola basket dihadapan teman-temannya itu.

"Ayo Bel kamu bisa."teriak Puteri dari barisan tengah kelas 11 ipa 1.

"Kamu kenapa gemeteran kayak begini?"Dirga berdiri dibelakang badan Bela dan tangannya bersentuhan dengan tangan Bela saat sedang memegang bola. Dirga mampu merasakan kalau tangan Bela tengah gemetar.

"A..aku nggak papa."Bela hendak melakukan shooting ke ring basket.

"Pelan-pelan. Kamu melangkah kesitu habis itu kamu loncat dan lepaskan."Dirga membisikkan alur tekniknya ke telinga bela. Bela mendengarkan seksama.

Bela langsung mempraktekkan apa yang dibisikkan Dirga ke telinganya itu. Dia berusaha tidak panik dan tenang. Ternyata dia masih belum bisa dan gagal memasukkan bolanya. Dan teknik yang dilakukannya juga masih salah. Jadi terpaksa dia harus mengulanginya beberapa kali.

"Kamu Tarik nafas. Tenangkan dirimu itu."Panji membisikkan kata-kata penyemangat ke telinga Bela dengan dekat.

Dirga memahami keadaan Bela yang masih belum bisa itu. Melihat Dirga yang sabar mengajarinya, membuat Bela sedikit melupakan rasa takut dan traumanya pada bola. Berkali kali Bela gagal melakukannya, Dirga tidak marah kepadanya.

"Kamu sekarang tenang dan fokus kesana."Dirga mengangkat kepala Bela untuk menatap kearah ring basket. Bela langsung memfokuskan matanya yang masih terhalang kacamata bundarnya itu.

"Dan habis itu kamu lakukan teknik sama kayak yang tadi."Dirga membisikkan lagi kata-kata ke telinga Bela.

Semua teman-temannya merasa iri dengan Bela. Merasa kalau Bela adalah cewek terberuntung karena bisa berdekatan langsung dengan Dirga. Bahkan Dirga terlihat ingin memeluk badan Bela yang berdiri didepannya itu.

Bela kini mempraktekkan apa yang sudah dilakukannya tadi. Ternyata tekniknya sudah mulai benar dan bolanya ternyata masuk kedalam ring. Bela merasa senang sekali. Tapi dia tidak sadar kalau bola basketnya kini jatuh dan mengarah ke kerumunan anak laki-laki yang sedang lewat.

"Awww."teriak salah seorang laki-laki dari seberang sana. Bela dan semua orang langsung mengarah ke bola tersebut.

Semua teman-teman Bela terlihat kaget dan melongo saat bola milik Bela keluar dari lapangan dan mengenai kepala Raka. Raka sendiri adalah siswa yang sangat terkenal di sekolahan itu. Keterkenalan Raka sebanding dengan Dirga. Hanya saja yang sedikit membedakan itu adalah Raka dikenal sebagai cowok dingin dan cuek. Tapi untuk masalah tampan wajahnya jelas tidak bisa diragukan lagi dan tidak ada duanya. Dia termasuk dalam barisan cogan di sekolahnya bersama Dirga. Dan dengar-dengar ketampanan Raka berada di peringkat satu di sekolahnya.

"Astaga, Bela."Puteri kaget melihat bola yang dilempar teman sebangkunya itu mengenai Raka.

"Mana tadi bolaku."Bela mencari bolanya. Ternyata bolanya kini ada di luar lapangan dan tepat berhenti di tengah-tengah kerumunan anak laki-laki.

Bela terkejut saat melihat bolanya tadi mengenai kepala salah seorang laki-laki yang tengah lewat di dekat lapangan. Dia tidak mengenal laki-laki itu. Tapi tampaknya laki-laki itu terlihat tampan sekali. Tanpa Bela ketahui kalau Raka itu adalah orang yang sangat terkenal dan banyak disukai teman-teman perempuannya.

"Maaf ya kak. Saya tadi nggak sengaja."sebelum mengambil bola, Bela meminta maaf dulu.

"Enak aja langsung nyelonong pergi."Raka tiba-tiba menahan Bela yang hendak pergi sambil membawa bolanya. Bela langsung menoleh lagi ke Raka. Dia sedikit takut saat teman-teman Raka yng berjumlah 4 orang itu menatapnya dengan sinis.

"Anak ini berani sama loe bro."ucap salah satu teman laki-laki Raka.

"Awas saja kamu."bisik Raka ke telinga Bela. Seketika badan Bela langsung merinding mendengarnya. Suaranya terdengar mengancamnya.

"Itu siapa tadi? Aku sudah minta maaf. Lagian aku juga nggak sengaja."Bela masih menatap Raka dan segerombolan temannya yang meninggalkannya. Raka terlihat sesekali menoleh kebelakang untuk melihatnya. Tapi tatapannya terlihat aneh dan menyeramkan.

Bela tidak peduli lagi dengan kejadian tadi. Toh dia juga sudah meminta maaf tadi. Jadi sudah kelar masalahnya. Dilihatnya tadi Raka juga tidak terluka sedikitpun.

Ternyata Bela tidak tahu kalau laki-laki yang terkena bolanya itu adalah laki-laki yang sangat popular tidak kalah dengan Dirga. Hanya saja Raka ini adalah laki-laki yang terkenal kejam, cuek dan tidak suka bicara banyak. Banyak barisan murid wanita suka dengan laki-laki itu. Tapi dengar-dengar dari banyak murid, Raka adalah cogan yang menduduki peringkat pertama. Raka sendiri duduk dibangku kelas 3 SMA.

"Astaga Bela. Kamu nggak tahu apa laki-laki itu adalah Raka. Cowok terganteg di sekolahan ini. Antara beruntung dan tidak beruntung dia tadi bisa sedekat itu sama Raka. Aku yakin pasti Raka marah sekali pada Bela."ucap Puteri dalam hati sambil melihat kepergian Raka beserta teman-temannya.

Tidak hanya Puteri saja yang beranggapan seperti itu. Semua teman sekelas Bela juga beranggapan seperti itu.