"Sayang sekali," ujar Keisha. "Kenapa Papa tidak mengatakan hal ini padaku sebelumnya? Kalaulah tidak, pasti aku akan pulang menunggu Papa."
"Tidak apa-apa," ujar Kurnia. "Lagi pula, Papa juga banyak pekerjaan di sini, Kei. Dan baru terpikirkan tadi. Daripada Papa libur di rumah di Jakarta, kenapa tidak libur di rumah kita di Lampung saja, iya, kan? Toh, Papa masih bisa menyelesaikan pekerjaan dari rumah."
"Iya, Pa, itu benar. Mama pasti senang."
"Yaah, Papa pikir juga begitu."
"Baiklah, Pa, sehat-sehat selalu di sana."
"Baiklah, Kei. Hati-hati di jalan, jangan lupa telepon si Jaya."
"Baik, Pa."
Keisha tersenyum dengan kening mengernyit. Ada apa dengan Papa? Apa yang sudah terjadi padanya sehingga tiba-tiba saja menjadi lembut dan lebih hangat, seperti sebelum semua kekusutan ini terjadi?
Tapi, apa pun itu, Keisha merasa jauh lebih tenang. Dengan begini, ia lebih leluasa untuk melakukan apa pun yang ia inginkan.
Dan kemudian, ia pun menelepon Hendra Wijaya, suami dari Shifa.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com