"Tidak," Callysta tertawa halus, "sepertinya aku lebih baik tidak ikut mabuk kali ini."
"Keputusan yang bagus!" sahut Darmawan terkekeh-kekeh, ia menghempaskan bokongnya di sofa tunggal itu. Lalu mengangkat tinggi gelas wine di tangannya ke arah Keisha. "Cheers!"
"Cheers!" balas Keisha dan mereguk minuman di tangannya.
"Baiklah," ucap Darmawan dengan senyum lebar di wajahnya. "Bagaimana menurutmu rumahku ini, Kei?"
Keisha tertawa tanpa suara. "Seperti istana," ujarnya.
"Begitukah yang kau pikirkan?"
"Saya rasa," Keisha menengadah, memandangi langit-langit yang mewah dengan dekorasi lampu-lampu hias dari kristal di atasnya. "Semua orang, pastilah akan terkagum-kagum dan menginginkan hal yang sama pula."
Darmawan terkekeh mengangguk-angguk. "Semua ini, bisa menjadi bagian darimu, Kei."
Kening Keisha mengernyit, apa maksud Tuan Darmawan itu? tanyanya di dalam hati, lalu ia melirik ke arah Callysta.
"Ermm, saya sedikit kehilangan arah di sini?" ujar Keisha.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com