Keinginan Mutiya akhirnya terkabul, pagi itu ketika Mutiya sedang sarapan bersama Shifa dan Jaya, Kurnia menyempatkan untuk menelepon istrinya tersebut.
Tentu saja, meski hanya berupa suara lewat alat komunikasi tersebut, paling tidak, hal ini sedikit bisa mengobati kerinduan dan menghapus kekhawatiran Mutiya.
"Benarkah?" tanya Mutiya dengan bola mata membesar.
Shifa dan suaminya saling pandang dan menyembunyikan senyum mereka sebab melihat wajah Mutiya yang berseri-seri.
Lalu, Jaya berbisik kepada Shifa, "Lihatkan, Sayang… Mama hanya terlalu khawatir."
Sihfa menepuk pelan tangan suaminya sembari menahan tawanya sendiri.
"Benar," jawab Kurnia. "Keisha sudah mendapat sertifikat untuk berlian itu, juga, undangan resmi untuk mengikuti pameran itu nanti."
"Syukurlah," ujar Mutiya seraya mengurut dadanya sendiri. "Aku sempat cemas."
"Cemas?" ulang Kurnia.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com