"Arni, tolong," ucap Keisha. "Dengarkan aku untuk sebentar saja!"
"Tidak ada yang perlu aku dengarkan darimu," ucap Arni, ia melangkah mendekati sang ayah. "Papa," ujarnya dengan mencoba menghadirkan senyuman. "Jangan terpancing amarah, ingat kesehatan Papa sendiri."
"Bajingan yang satu itu harus tahu posisinya!" maki Dimas Aerlangga.
"Pa," Arni berjongkok di hadapan sang ayah. "Sudahlah."
Dimas mencoba menenangkan dirinya dengan menghela napas dalam-dalam. Arni kembali berdiri, ia menyentuh bahu Ira.
"Mbak Ira baik-baik saja?" tanya sang gadis.
Ira tersenyum, bukan hal baru baginya mendengar makian dan hinaan seperti yang tadi diucapkan oleh Keisha dengan kasar itu. Tapi ia beruntung bekerja untuk keluarga Dimas, dan itu pula yang membuatnya memasang badan tadi bagi tuannya.
"Arni," ujar Keisha. "Semua ini rencana dari Callysta. A—aku, aku hanya terjebak tipuan Callysta dan pamannya di Darmawan itu. Sungguh, percayalah padaku."
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com