"Papa hanya ingin melihat kamu berbahagia, Sayang," ujar Dimas kemudian. "Itu saja."
"Pa…"
Arni mengangkat wajahnya, menggunakan lutut sang ayah yang bertekuk itu sebagai ganjalan dagunya. Lalu tersenyum.
"Untuk kali ini," kata Arni, lagi. "Aku cukup yakin, Pa. Lagipula, Om Pram cukup mengenal keluarga Keisha, Pa."
"Begitu, ya?" Dimas mengangguk-angguk dalam senyuman sembari mengelus-elus kepala putrinya.
"Om Pram bilang, mereka berasal dari keluarga yang baik-baik."
"Aah…" kembali Dimas mengangguk-angguk. "Itu lebih melegakan lagi. Semoga saja memang begitu."
"Jadi," ujar Arni, "aku harap Papa tidak keberatan dengan pilihanku sendiri."
"Tidak, Sayang," Dimas tersenyum, membelai pipi Arni. "Asalkan kamu suka, dan dia juga mencintaimu, dan… kamu bahagia dengan semua itu, maka, tidak ada pilihan lain bagi Papa selain ikut berbahagia."
"Terima kasih, Pa," Arni kembali merebahkan pipinya ke lutut sang ayah.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com