"Ak—aku tidak ingin menghakimi perbuatan Papa," kata Arni kemudian. "Tapi, aku juga tidak suka Papa main hakim sendiri begitu saja."
"Papa mengerti, Sayang," kembali Dimas memeluk putrinya. "Maafkan Papa."
"Papa tahu," kata Arni kemudian. "Mungkin ini ganjaran atas kebohongan yang aku lakukan terhadap Papa."
"Kebohongan?" ulang Dimas, ia mengusap kedua pipi putrinya itu. "Apa yang kamu maksudkan, Sayang?"
"Malam kejadian itu," kata Arni. "Aku meminta izin kepada Papa untuk keluar bukan?"
"Yaa, kamu bilang kamu akan ke rumah teman kuliahmu untuk membahas mata kuliah yang sedang kalian pelajari. Papa masih ingat itu, Sayang."
"Itu dia, Pa."
"Maksud kamu?"
"Aku mengatakan teman kuliah sesama cewek."
"Ya, kamu mengatakan itu."
"Kenyataannya, Pa," Arni menghela napas dalam-dalam, jelas membayang penyesalan dan dosa yang besar di wajah gadis tersebut. "Itu hanyalah alasanku semata. Malam itu, aku justru mendatangi kamar indekosnya Tommy, Pa."
"Ya Tuhan, Sayang…"
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com