webnovel

『#5』 Kecap Asin Pembuat Masalah

Sebuah mobil berhenti di depan asrama Flower Garden. Itu adalah mobil Mirhan yang sedang di pakai Ryu untuk membeli gorengan. Ryu keluar dari mobil lalu berjalan dengan santai membuka pagar. Dia bingung melihat keadaan asrama yang sangat sepi.

"Aneh bener...biasanya rame…" pikirnya dari dalam hati.

Dia melangkah menuju pintu asrama lalu membukanya. Asrama itu sangat sepi seperti baru saja terjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Dia berjalan dengan hati-hati memasuki asrama. Tiba-tiba dadanya berdegup dengan kencang. Suasana saat ini tidak ubahnya seperti film horor yang sering mereka tonton di DVD player. Sudah beberapa kali Ryu meneguk air liurnya.

Hingga dia berjalan ke arah dapur dengan pelan. Tiba-tiba munculkan satu sosok yang sangat mengejutkannya tepat di hadapannya. "kkk eeeiii aaakkk!..." teriaknya sekuat tenaga karena terkejut.

"Ini mbak…" ucap ibu Manda yang pada dasarnya adalah kakak sepupu dari Ryu.

"Oh...mbak… kirain mbak Kinanti (adalah sebuah karakter kuntilanak yang filmnya sering ditonton) lagi mampir ke asrama," leganya Ryu setelah mengetahui bahwa itu bukanlah sebuah karakter kuntilanak yang filmnya sering ditonton.

"Eh...enak aja kamu…" ucap ibu Manda tidak terima. "Emangnya aku seseram itu?" tanyanya pada Ryu.

"Gak sih...tapi kalau mbak pake masker lebih mirip…" jawab Ryu sambil tersenyum. "Lah kok...pada diam?" tanyanya saat melihat Arif, Mirhan, Heri, dan seorang cewek duduk tanpa bersuara mengelilingi meja makan. "Lo kok ada disini?" tanyanya kemudian setelah bertemu dengan cewek yang tadi siang memperingatkannya di kantin sekolah.

"Perkenalkan dia adalah Helena Apriyanti...dia penghuni baru di asrama ini," ucap ibu Manda memperkenalkan cewek itu.

"Oh...dan lo Rif...kenapa diam?...biasanya lo kan yang paling bersemangat mendekati cewek?" tanya Ryu pada Arif yang tertunduk lesu.

"Dia ngintip gue mandi…dasar cowok Aligator…" jawab Helena dengan ketus.

"Eh…cewek aneh...lo yang mandi pintunya gak dikunci," ucap Arif membela diri.

"Gue mana tau kamar mandi kuncinya rusak, gue kan baru pindah ke asrama ini," ucap Helena berdebat dengan Arif. "Lo ngapain di depan pintu? Pasti lo pengen ngintipin gue?" tanya Helena menuduh Arif.

"Gue gak tau ada cewek di kamar mandi, gue kira ada maling yang lagi pake kamar mandi…soalnya suaranya mirip suara cowok" ucap Arif memberikan pembelaan.

"Kalian berdua diam!..." teriak Heri yang biasanya tidak pernah berteriak menjadi berteriak. "Sebenarnya ini hanya salah paham doang! ...kenapa malah jadi berdebat sih!..." Heri memarahi mereka berdua. "Seharusnya kalian kalau ada masalah cari jalan keluar!...bukannya mencari siapa yang salah!....kalau kayak gitu masalah yang sepele pun gak bakalan selesai!..." dia sendiri tidak sadar suaranya membuat tetangga-tetangganya mengintip mereka dari luar rumah. Itu cukup membuat Arif dan Helena terdiam.

"Ternyata Heri kalau lagi marah cukup menyeramkan…" ucap Mirhan mengomentari.

"Makanya jangan bikin gue marah…" ucap Heri kembali bisa menurunkan volume suaranya.

"Udah kelar masalahnya?" tanya Ryu dengan tatapan menyeramkan karena dari tadi dia menahan emosi. "Sebab ini gorengan udah mulai dingin…" ucapnya kemudian.

Setelah itu keadaan sudah kembali tenang lagi. Meskipun Arif dan Helena masih saling diam-diaman. Mereka semua pada sibuk menuangkan minuman cola yang diambil dari kulkas.

"Mbak...bukannya kata mbak asrama kita diisi oleh murid cowok semua?" tanya Ryu kemudian saat menyantap gorengan.

"Kan masih diisi cowok semua, bukan berarti cewek gak boleh kan?" ucap ibu Manda ngeles.

"Hadeh… Dasar gak ada pendirian…" ucap Heri menyindir.

"Eh, lo gak suka Bakwan Mir?" tanya Helena melihat Mirhan dari tadi tidak pernah mengambil Bakwan.

"Iyaaa gue emang gak suka Bakwan, seumur hidup gue gak bakalan makan tuh Bakwan…" ucap Mirhan dengan bangganya.

"Beneran ya Mir…" ucap Arif sambil mengedipkan mata ke Ryu. Sementara itu Ryu tersenyum mengerti maksud dari Arif.

"Gue pindah kesini karena gue gak enak kalau dalam satu kamar tidur dengan berdua atau bertiga, ditambah lagi kerjaan gue mengharuskan tempat yang tenang," ucap Helena menjelaskan alasannya mau pindah ke asrama Flower Garden.

"Oh…" ucap Ryu menanggapi sambil memakan gorengan selain Bakwan.

"Wajah kamu kenapa Yu?" tanya ibu Manda lalu mendekat memegangi wajah Ryu yang lebam karena dipukuli Dicky dan teman-temannya.

"Tadi kepeleset di sekolah…" jawab Ryu beralasan.

"Terpeleset apanya?...habis dipukuli Dicky dan teman-temannya gitu," ucap Mirhan tidak tahu waktu dan tempat untuk ngomong jujur.

"Hedeh ini anak...kalau ngomong gak pernah bisa ngerem…" ucap Heri mengomentari keluguan temannya.

"Beneran itu Yu?" tanya ibu Manda. "Mbak udah sering bilang kan sama kamu, jangan pernah cari masalah di sekolah, apalagi ini di hari pertama kamu," ucap ibu Manda memarahi Ryu.

"Lagian setelah ini mereka juga gak bakalan gangguin Ryu dan yang lain lagi kok," ucap Ryu menenangkan ibu Manda.

"Kan tadi udah gue bilangin…lo gak usah deketin Rasya, sebab itu cewek pasti bikin lo punya masalah sama cowoknya si Dicky," ucap Helena mengingatkan ucapannya ke Ryu saat di kantin. "Dicky itu anaknya nekat lho…" tambahnya lagi.

"Setelah ini tu anak gak bakalan gangguin kita lagi, sebab rahasia dia ada ditangan kita," ucap Arif menjelaskan.

"Tapi biarpun begitu kamu jangan bikin masalah lagi di sekolah, mbak diminta orang tuamu buat menjagamu," ucap ibu Manda menasehati Ryu.

"Iya-iya deh…" ucap Ryu sambil memakan gorengan terakhir selain Bakwan.

"Yah!...kok sisa Bakwan!..." seru Mirhan setelah melihat hanya Bakwan yang tersisa di piring. "Perasaan gue baru makan dua gorengan aja deh…" ucap Mirhan.

"Berarti karena lo gak suka Bakwan, yang sisanya ini kami habisin ya?" ucap Arif tersenyum dengan puas.

"Eh...bentar dulu...gue belum puas makan gorengannya…" ucap Mirhan sambil berebutan Bakwan sama Heri.

"Hadeh… menjilat ludahnya sendiri…" ucap Heri sambil memakan Bakwannya.

"Yaudah, gak apa-apa deh kalau menurut lo begitu, yang penting gue bisa makan dengan kenyang…" ucap Mirhan berebut Bakwan dengan Arif. Ryu, Heri, Helena, dan ibu Manda tertawa menertawakan tingkah Mirhan dan Arif.

Setelah semua gorengan habis, mereka lalu membuka botol cola yang baru. Menuangkan ke gelas mereka masing-masing. Awalnya biasa saja karena tidak ada yang meminumnya. Sampai Mirhan meminum Cola yang terisi di gelasnya yang bercampur dengan es.

"Ini cola rasa terbaru ya?" ucap Mirhan setelah meminum cola yang ada di gelasnya. "Kok rasanya kayak asin-asin gitu?" ucap Mirhan sambil minum lagi.

"Ah yang benar?" tanya Arif lalu meminum cola miliknya. "Puah!...ini mah bukan cola!..." teriak Arif.

Heri menuangkan beberapa tetes saja ke jarinya lalu dijilatnya, "inikan kecap asin…" ucapnya lalu mencuci tangannya ke wastafel.

Ibu Manda mengecek botol cola yang mereka tuangkan tadi. Kemudian dia meneliti secara serius. Lalu dia tertawa terbahak-bahak setelah menyadari itu botol cola yang dia isi kecap asin.

"Kamu mengambil botol cola yang letaknya dekat telur-telur ayam kan? Itu botol memang isinya kecap asin," ucapnya sambil tertawa.

"Ya!...ampun bu!...lain kali kalau mengisi cola sama kecap asin dikasih tanda dong," ucap Arif marah-marah.

"Sudah aku kasih tanda nih…" ucap ibu Manda sambil menunjukan tinta tipex penghapus pulpen yang cuma satu titik kecil.

"Kalau cuma segitu mana keliatan…" ucap Helena mengomentari.

Setelah itu mereka tertawa lepas karena kekonyolan guru penjaga asrama mereka. Hubungan Arif dan Helena menjadi lebih akrab setelahnya. Mirhan memutuskan pulang karena sudah jam 10 malam. Mereka harus bangun pagi besok agar tidak dihukum lagi.

Bersambung…