webnovel

『#4』 Misteri didalam Toilet Asrama

Setelah kejadian di kelas tadi mereka mengantarkan Ryu ke dokter. Itu untuk mengobati teman mereka yang habis dipukuli Dicky dan teman-temannya. Setelah itu mereka pulang ke asrama mereka tinggal.

"Aduh!...pelan-pelan bro...tubuh gue masih sakit karena digebukin tuh anak," teriak Ryu kesakitan saat pundaknya dipukul Arif.

"Sorry...sorry...bro…" ucap Arif takut sahabatnya kenapa-kenapa.

"Udah jangan manja, kayak lo gak pernah aja digebukin orang," ucap Heri sinis.

"Tetap saja badan gue masih sakit karena digebukin," ungkap Ryu sambil mengurut-urut tangannya.

"Semoga saja, setelah ini dia gak pernah gangguin orang lagi…" ucap Mirhan berharap.

"Rasanya gak mungkin deh...kalau sama kita mungkin mereka gak akan mengganggu, tapi belum tentu sama murid lain," ucap Heri menyangsikan ucapan Mirhan.

"Kalau mereka kedapatan gue ngelakuin itu ke adik kelas, gue gak akan sungkan buat ngehajar mereka semua," ucap Arif sambil mengepalkan tangan. "Eh setelah ini kita ngumpul yuk?" ajaknya kemudian. Semua teman-temannya tersenyum tanda setuju.

***

"Tapi bukan di kamar gue juga!..." teriak Arif kemudian setelah teman-temannya berkumpul di kamarnya.

"Lha…kan lo yang ngajakin kita ngumpul…" ucap Ryu sambil tersenyum.

"Iya...kan bisa kamar Heri atau kamar Ryu," ucap Arif marah-marah.

"Gue sedang ngebuat alat di kamar gue, gue belum sempat beresin, entar peralatan gue pada ilang semua lagi kalau lo pada ngumpul disana," ucap Heri dengan tegas. "Kalau di kamar Ryu berantakan banget ditambah lagi banyak asap rokok, nyamuk aja ogah masuk ke kamarnya, lo pada mau mati karena sesak nafas di sana?" ucap Heri menjelaskan.

"Sama aja bro...kalau kita ngumpul disini asap rokok Ryu juga bakalan nyebar di sini," ucap Arif yang melihat Ryu yang sedang merokok. Dia terpaksa membuka pintu dan jendela kamarnya.

"Sorry bro...gue kan abis digebukin makanya gue ngerokok," ucap Ryu yang sambil merokok.

"Biasanya juga lo ngerokok terus, makanya lo kami sebut Jin Botol," ucap Mirhan sambil nyengir.

Kamar Arif sama dengan kamar-kamar murid pada umumnya. Hanya saja banyak sekali tempelan poster-poster susu cap enak disana. Dia juga mengoleksi DVD-DVD proses reproduksi mulai dari Jepang sampai Amerika.

"Wauuu... Bandar DVD…" Sindir Ryu sambil tersenyum.

"Iya. Video ranjang semua tuh…" tambah Mirhan ikut menyindir.

"Heh...itu semua dipinjemin Heri…" ucap Arif berdalih.

"Eh...Manusia Aligator...sejak kapan gue punya tuh DVD ranjang?..." tanya Heri tidak terima dituduh Arif.

"Bukannya kemarin lo beliin yang beliin gue?" tanya Arif berusaha agar dia tidak ketahuan mengoleksi DVD itu.

"Eh...enak aja lo...kemaren lo beli sendiri…" Heri tetap bersikeras agar dia tidak dibawa-bawa Arif.

"Kemaren pas gue beli lo beli juga kan?" tanya Arif lagi.

"Bukannya lo yang beli sambil berbisik jir?…" tanya Heri dengan kesal.

Mirhan dan Ryu tertawa puas melihat Heri dan Arif saling tuduh. "Sudah-sudah...emang lo gak malu diliatin orang?" tanya Rio sambil menunjuk ke arah tetangga mereka yang mengintip dari balik jendela tepat di seberang asrama mereka.

Rumah yang Ryu tunjuk langsung menutup pintu jendelanya. Rupanya mereka sadar bahwa kami semua melihat mereka yang mengintip kami. Itu bisa dibilang kos cewek yang bekerja dan kuliah.

"Di asrama gak ada makanan ya?" tanya Mirhan kemudian.

"Kalau cola sih ada di kulkas, tapi kalau makanan perasaan gak ada yang masak deh…" ucap Arif yang sering buka-buka lemari dapur dan kulkas buat nyari makanan pas malam hari.

"Beli gorengan jih…" ucap Mirhan meminta teman-temannya. Semua temannya pada saling melirik satu sama lain. "Tenang pakai uang gue," ucap Mirhan sangat mengerti ketiga sahabatnya ini tidak punya uang lebih.

"Gitu dong…" ucap Arif seneng. "Lo yang beli jih Yu…"seenaknya Arif menyuruh Rio yang sedang merokok.

"Lah...kok gue?..." tanya Ryu kebingungan tiba-tiba disuruh Arif. "Males ah...apalagi gue abis gebukin orang...badan gue masih sakit bro…" ucap Ryu sambil mengaduh kesakitan.

"Hedeh...nih kunci mobil...dan rokok AL Menthol sebungkus…" ucap Mirhan sambil menyerahkan sebungkus rokok dan kunci mobilnya.

"Oke...gue berangkat…" ucap Ryu secepat kilat menyambar rokok dan Kunci mobil yang Mirhan berikan.

"Lah...bukannya kata lo tadi badan lo sakit?..." ucap Arif kebingungan melihat sikap Ryu yang cepat sekali berubah hanya karena sebungkus rokok.

"Dasar Jin Botol…" ejek Heri pada Ryu. "Gampang banget nyogok dia, hanya dengan sebungkus rokok sudah mau jalan," tambahnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ryu langsung berganti pakaian sekolah dengan kaos dan celana jeans. Setelah itu mengambil uang untuk beli makanan dari Mirhan kemudian berangkat. Di luar kamar dia sudah menyalakan mobil Mirhan lalu pergi meninggalkan asrama. Dia bergerak sangat cepat seolah badannya tidak sakit setelah dikeroyok Dicky dan teman-temannya.

"Dari mana Ryu belajar nyetir mobil?" tanya Arif bingung sebab dia sendiri sampai sekarang belum bisa menyetir mobil.

"Oh….itu…dulu sebelum gue beli mobil, gue ikut kursus nyetir yang nganterin Ryu, daripada dia melongo doang kayak orang bego nungguin gue nyetir, mending sekalian aja bokap gue bayarin dia buat ikut kursus nyetir," ucap Mirhan menjelaskan.

"Sultan mah bebas…" ucap Arif menanggapi.

"Kenapa gak sekalian aja lo beliin dia mobil?" tanya Heri dengan kesel.

"Tadinya bokap gue pengen beliin dia BMW," Mirhan menjawab pertanyaan yang diberikan Heri, sebenarnya Heri bertanya itu hanya bercanda.

"Buset...beneran pengen dibeliin mobil lho...BMW lagi...itukan mobil yang bisa dibilang mahal," ucap Arif udah tidak habis pikir.

"Tapi sayangnya Ryu menolaknya," ucap Mirhan dengan sangat kecewa.

"Itu artinya Ryu cukup tau diri," ucap Heri menanggapi cerita dari Mirhan.

"Gue ke dapur dulu…mau ngambil cola gelas dan piring…" ucap Heri lalu berdiri.

"Mending kita makan tuh gorengan di ruang makan aja," usul Mirhan karena dia tidak terbiasa makan di dalam kamar.

"Ide bagus tuh...sekalian gue pengen ke WC dulu," ucap Arif mengikuti kedua temannya keluar dari kamarnya.

"Pengen tiga kosong satu ya?" tanya Mirhan sambil tersenyum meledek Arif.

"Sialan lo…" ucap Arif menanggapi ledekan temannya.

Mirhan dan Heri ke dapur untuk mempersiapkan gelas dan piring untuk memakan gorengan. Arif seperti katanya tadi dia pengen ke WC untuk buang air. Dia berjalan menyusuri lorong kamar mandi dan WC asrama. Sesaat dia mendengar suara air yang berbunyi sangat deras di kamar mandi.

"Keeeeiiiaaaaakkkkk!..." terdengar suara teriakan cewek dari arah kamar mandi asrama.

Itu cukup membuat penjaga asrama Flower Garden ibu Amanda Magdalena keluar dari kamarnya menggunakan baju tidur dan memakai masker wajah. Dia bergegas ke ruang makan menemui Heri dan Mirhan. Mirhan dan Heri juga terkejut mendengar suara barusan.

"Keeeeiiiaaaaakkkkk!..." teriak Mirhan dan Heri saat melihat ibu Manda yang memakai masker. Wajah Ibu Amanda saat ini seperti sosok Suzana di film horor.

Bersambung…