webnovel

Chapter 5

Setelah Aric menyelesaikan urusannya dengan toko perabotan, Aric ingin langsung pulang. Namun, pandangannya terhenti di salah satu toko mainan. Sehingga ia memuntuskan untuk berhenti dan membeli beberapa mainan sebagai hadiah sambutan untuk Alecia. "Selamat datang."

Sama seperti toko sebelumnya. Aric langsung di sambut oleh karyawan wanita yang tidak menghilangkan senyuman cerianya. "Apa ada yang bisa saya bantu?"

Aric menatap ke sekeliling toko yang hanya memiliki satu lantai itu. "Aku ingin mencari mainan untuk anak perempuan, apa kau bisa membantu merekomendasikannya?" tanya Aric.

"Tentu saja. Untuk anak perempuan, biasanya menyukai mainan seperti boneka, miniature rumah atau permainan pesta."

"Begitu …" Aric terlihat seperti memikirkan semua perkataan karyawan wanita itu dengan teliti, setelah terdiam cukup lama akhirnya Aric memutuskan akan membeli apa dan menatap karyawan wanita itu. "Aku akan membeli boneka itu, dan set permainan pesta."

"Baik, tuan. Akan segera saya siapkan."

Aric menunjuk kearah boneka beruang yang tingginya terlihat lebih besar dari tinggi Alecia yang ia ingat. Boneka beruang berwarna putih dengan mata berwarna merah. Mengingatkannya akan mata milik Alecia.

"Oh, untuk miniatur rumah itu apa bisa di pesan secara custom?" tanya Aric.

"Benar, untuk miniatur rumah anda bisa memesannya secara custom, dan di sesuaikan bentuk rumah yang diinginkan."

"Kalau begitu aku akan memesan miniatur mansion," ucap Aric.

"Kalau begitu, mohon informasikan secara detail untuk desain mansion yang anda inginkan."

"Bagian luarnya bergaya barat, untuk bagian dalamnya simple tapi mewah," ucap Aric.

Meskipun deskripsi Aric terdengar cukup membingungkan, namun karyawan wanita itu tetap menuliskan desain yang diinginkan Aric.

"Jika pesananku sudah selesai. Kirimkan ke distrik Potelis kediaman Shamus."

Sama seperti toko sebelumnya, saat mendengar nama Shamus. Penjaga kasir itu terlihat terkejut, namun langsung kembali fokus dengan proses pembayaran Aric. "Terima kasih, mohon datang kembali."

Setelah menyelesaikan semua urusannya, Aric memutuskan untuk langsung pulang. Karena ia tidak ingin lebih lama menghabiskan waktu di distrik Emporia. Selama perjJadean, Aric hanya menatap keluar jendela, hingga tiba-tiba terasa getaran sehingga membuat mobil Aric dan sekitarnya berhenti bergerak. "Ada apa?" tanya Aric.

"Tuan muda, radar menunjukkan monster bergerak dari bawah tanah!"

"Apa?! Apa kau bisa tahu jenis monster apa yang bergerak?" tanya Aric.

"Mohon maaf, tuan muda. Saya tidak mengetahui jenis monsternya, karena pergerakan monster begitu cepat sehingga tidak bisa dideteksi."

"Kalau begitu, segera pergi ke stasiun bawah tanah terdekat di daerah ini," ucap Aric.

Supir itu menganggukkan kepala lalu melajukan mobilnya menuju ke stasiun kereta bawah tanah terdekat.

***

Begitu tiba di stasiun bawah tanah terdekat, terlihat sudah ada pasukan keamanan negara yang menetralkan lokasi sekitar stasiun. Aric segera turun lalu menunjukkan tanda pengenalnya agar mendapatkan izin untuk masuk. "Kapten Shamus!"

Salah satu pasukan menyambut kedatangan Aric sambil memberikan hormat. "Bagaimana kondisi di stasiun bawah tanah?"

"Seluruh penduduk telah di amankan, tapi ada kemungkinan kereta bawah tanah dari distrik Endia ke Emporia terjebak karena reruntuhan jJade akibat pergerakan monster."

"Apa kalian sudah mengetahui jenis monsternya?" tanya Aric.

"Kami memperkirakan jika monster itu adalah monster yang bermutasi, sehingga kami sendiri tidak bisa memastikan jenis monster apa. Tapi, kami mengetahui lokasi monsternya."

Aric yang mendengar itu langsung menatap pria di hadapannya dengan tajam. "Monster yang bermutasi?"

Pria itu menganggukkan kepala. "Benar … lima tahun terakhir ini, ada banyak sekali monster yang bermutasi, sehingga kami sendiri tidak bisa mengetahui jenis monsternya."

Kenapa aku tidak menerima informasi ini? Sepertinya aku harus bertanya kepada ayah, batin Aric. "Kalau begitu, apa ada informasi kedatangan Weirless?"

Meskipun Weirless tidak begitu di ketahui oleh manusia biasa. Namun, pasukan pertahanan yang sudah biasa menangani masalah monster ini tentu saja mengetahui monster. Meskipun tidak pernah ada yang melihat langsung wajah mereka. Namun, mereka mengetahui mengenai keberadaan Weirless di sekitar mereka.

"Mereka masih dalam perjalanan, kemungkinan akan tiba satu jam lagi."

"Terlalu lama, aku akan pergi sendiri," ucap Aric.

"Tapi, kapten…"

"Jika kita menunggu Weirless tiba, kita tidak akan tahu bagaimana kondisi penduduk yang terjebak di dalam kereta. Aku akan masuk lebih dulu, jika Weirless sudah tiba. Perintahkan untuk segera masuk," ucap Aric.

"Siap!"

Aric segera pergi ke mobilnya lagi untuk mengambil bersiap-siap. Di dalam mobilnya selalu siap seragam yang selalu Aric gunakan untuk bertarung. Seragam berwarna merah tua yang memiliki desain pelindung dengan celana putih dan sepatu boots hitam yang dapat membantu mempercepat gerakannya, Aric juga mengambil dua pistol kesayangannya yang berwarna hitam dan putih lalu mengenakan topeng putih polos yang menutupi seluruh wajahnya.

"Aku akan masuk lebih dulu. Jika satu jam pasukan Weirless belum datang, dan aku belum keluar. Perintahkan pasukan khusus Shamus untuk mengambil alih," ucap Aric kepada supir pribadinya.

"Baik, tuan muda."

Setelah itu, Aric langsung masuk ke stasiun bawah tanah. Begitu berada di dalam stasiun bawah tanah, kondisi stasiun masih terlihat sama. Namun beberapa lampu sudah mati dan ada beberapa lampu yang berkedip. Aric menyalakan mode pandangan malam yang ada di dalam topengnya. Sehingga ia dapat melihat lebih baik jika kondisi gelap.

Aric turun ke rel kereta lalu berlari dengan cepat menuju ke lokasi kereta yang terjebak. Namun, tiba-tiba Aric terhenti karena merasaka sebuah getaran di sekitarnya. Gempa bumi?Bukan … ini pergerakan monster itu!

Aric yang dapat merasakan sesuatu bergerak dari dinding di samping kanannya langsung menghindar ketika dinding di samping kanannya hancur dan memperlihatkan sosok monster yang berbentuk seperti tikus tanah, namun berukuran lima kali lipat lebih besar dari tubuh manusia. "Jadi ini yang di maksud monster yang bermutasi?" tanya Aric lalu mengarahkan kedua pistolnya ke arah tikus tanah itu.

Tikus tanah itu berlari menyerang Aric, namun dengan cepat Aric melepaskan tembahan tepat di kepala tikus itu hingga hancur. "Jika monsternya berjenis seperti ini. Aku yakin tidak hanya ada satu di sekitar sini," ucap Aric lalu memperhatikan sekitarnya.

Benar saja, belum sampai limat menit. Getaran itu kembali terjadi dan lima monster tikus tanah yang sama dengan sebelumnya keluar dari arah monster yang berhasil dia bunuh. Kelima monster tikus tanah itu berlari dengan cepat menyerang Aric.

Aric berdecak lidah saat mengetahui jika monster tikus tanah ini tidak hanya bermutasi dalam hal bentuknya saja. Namun juga kecepatan mereka. Aric menggerakkan tangannya dengan cepat menembak setiap monster yang berusaha melukainya sambil menghindari monster tikus tanah lainnya. Akhirnya kelima monster itu berhasil mati setelah menghabiskan waktu dua puluh menit.

Aric melihat kearah jam tangannya lalu memeriksa amunisi pistolnya. "Sial, aku tidak membawa banyak amunisi. Kalau seperti ini, aku terpaksa menggunakan kekuatan elemen."

Ini pertama kalinya Aric lalai dalam mempersiapkan segalanya. Biasanya ia akan membawa cukup senjata kemanapun, karena untuk selalu waspada dengan keadaan sekitar. Namun, setelah kembali dan tidak mengetahui kondisi terbaru lima tahu terakhir. Aric tidak bisa mempersiapkan diri dengan matang.

Namun, karena ia satu kilometer lagi tiba di lokasi kereta yang terjebak itu. Aric memutuskan untuk melanjutkan berlari menuju lokasi kereta. Ia mempercepat larinya dengan bantuan sepatu bootsnya. Sehingga tidak membutuhkan waktu lama ia dapat melihat kereta yang tengah berhenti dan di kelilingi oleh dua puluh monster tikus tanah.

Aric segera bersembunyi di salah satu runtuhan tanah agar tidak dideteksi oleh monster-monster itu sambil memeriksa keadaan. Kondisi kereta masih aman, dan tidak akan mudah hancur hanya karena serangan monster. Berkat bahan khusus dari kulit monster yang kuat. Transportasi umum di Everland tidak akan mudah hancur oleh serangan monster yang lemah seperti tikus tanah.

Namun, dengan jumlah tikus tanah yang ada banyak itu dan tidak berhenti menyerang. Pertanahan pada pelindung kereta itu akan segera hancur. "Kalau menunggu pasukan Weirless, sepertinya pelindung itu akan hancur lebih dulu sebelum mereka tiba. Sepertinya tidak ada cara lain," ucap Aric lalu menciptakan sebuah pedang dari elemen es.

Aric langsung berlari menyerang setiap monster itu dan menebasnya dengan pedang es yang langsung membekukan monster-monster itu ketika pedang itu menyentuh mereka. Seperti mendengar jerita kesakitan dari teman-teman sejenisnya. Puluhan tikus tanah itu menatap Aric dengan mata merah mereka.

Aric menciptakan satu lagi pedang es, lalu menggenggamnya dengan kuat dan menebas setiap monster itu dengan cepat. Seluruh penumpang yang menyadari jika serangan monster telah berhenti langsung memeriksa kondisi di luar melalui jendela kereta. Mereka tidak dapat melihat dengan jelas sosok apa yang bertarung dengan monster-monster itu. Sehingga membuat seluruh penumpang menjadi semakin ketakutan.

Tidak berapa lama suasana menjadi sunyi. Tidak terdengar lagi suara pertarungan dan hanya terdengar suara langkah kaki. Aric berjalan kearah lampu kereta sehingga dapat terlihat dengan jelas oleh masinis lalu menunjukkan tanda pasukan keamanan miliknya.

Masinis yang mengetahui tanda itu mengembuskan napas pelan lalu membukakan pintu di ruangannya untuk membiarkan Aric masuk. Setelah Aric masuk, ia segera menutupnya kembali. "Aku kapten pasukan pertahanan. Bagaimana kondisi di dalam?" tanya Aric sambil menunjukkan kembali lencananya.

Masinis itu langsung memberikan hormat sebelum menjawab. "Tidak ada penumpang yang terluka karena pelindung kereta yang masih berjalan dengan baik."

"Apa ada sesuatu yang membuat kalian tidak bisa bergerak?" tanya Aric.

"Salah satu gerbong kereta tertimbun tanah saat monster-monster itu muncul. Sehingga kami tidak bisa bergerak selain melepas gerbong yang tertimbun. Penumpang yang berada di gerbong yang tertimbun juga telah amankan di gerbong lain. Tapi, kami tidak bisa melepas gerbong yang tertimbun karena mesin pengaitnya rusak."

"Apa kau ada walkie talkie yang bisa aku gunakan?" tanya Aric.

Masinis itu langsung memberikan walkie talkie miliknya kepada Aric. "Aku akan memutus gerbong yang tertimbun. Kau bersiap untuk menjalankan kereta."

"Siap!"

Aric langsung berjalan dan membuka pintu masinis yang langsung menuju ke gerbong penumpang. Seluruh mata langsung tertuju kepadanya. Ekspresi takut dan lega bercampur menjadi satu dan Aric dapat melihat itu semua dari tatapan seluruh penumpang yang menatapnya. Ia menyadari jika kondisinya saat ini cukup berantakan dengan noda darah dari monster yang baru saja ia bunuh.

Namun, ia tidak mempedulikan hal itu. Karena ini semua sudah menjadi tugasnya, dan Aric sudah terbiasa mendapatkan tatapan itu. "Saya adalah kapten pasukan pertahanan negara. Kereta akan segera berjalan kembali, jadi kalian tidak perlu khawatir."

Setelah mengatakan itu, Aric langsung berjalan melewati penumpang yang menatapnya hingga ke bagian gerbong terakhir yang tertimbun tanah. Tanpa ia sadari seorang pria berambut hitam panjang yang diikat pony tail menatapnya dengan tajam.

Bersambung…

Terima kasih telah mengikuti cerita ini

Sampai jumpa lagi

Like it ? Add to library!

DementiviaKcreators' thoughts