webnovel

Chapter 13

Aric yang tengah sibuk membaca seluruh laporan mengenai monster yang bermutasi lima tahun terakhir tidak menyadari jika hari telah berganti dan pagi telah tiba hingga terdengar suara ketukan pintu. "Masuk."

Pintu terbuka dan memperlihatkan sosok Jade yang datang sambil membawa nampan berisikan minuman. "Selamat pagi, tuan muda."

Aric yang mendengar itu menatap Jade lalu menatap kearah luar jendela yang sudah terlihat sinar matahari. "Hah … ternyata sudah pagi," ucap Aric sambil memijat keningnya.

"Sebaiknya Anda istirahat di kamar setelah sarapan, tuan muda. Anda masih memiliki waktu sebelum kedatangan Nyonya dan Tuan besar. Jika Nyonya besar melihat keadaan Anda yang kurang tidur seperti ini, beliau akan sangat khawatir," ucap Jade sambil meletakkan secangkir kopi di meja Aric.

"Ini bukan pertama kalinya aku tidak tidur, Jade. Kau tidak perlu khawatir," ucap Aric lalu meminum kopi hitamnya.

"Tapi, wajah Anda terlihat pucat. Apa perlu saya panggilkan dokter keluarga?" tanya Jade.

Aric menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu, aku akan baik-baik saja. Apa Alecia sudah bangun?"

"Nona muda sedang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan tuan dan nyonya besar," ucap Jade.

Aric menganggukkan kepala lalu bangkit dari meja bacanya. Namun, tiba-tiba ia merasa seperti kepalanya terasa begitu pusing, sehingga Aric kehilangan keseimbangan, beruntung Jade membantunya berdiri dengan ekspresi khawatir. "Anda terlihat tidak baik-baik saja, tuan muda. Sepertinya Anda harus istirahat. Saya akan membawa sarapan ke kamar Anda. Anda tidak perlu khawatir mengenai nona muda, karena tuan dan nona muda Grissham akan menemani nona muda."

Aric menyentuh kepalanya sambil mengembuskan napas pelan. "Baiklah kalau begitu … lagipula, sepertinya aku mengalami sedikit demam. Pastikan Alecia tidak masuk ke kamarku, aku khawatir dia akan tertular jika berada di dekatku, dan bangunkan aku jika ayah dan ibu akan sampai di rumah."

"Baik, tuan muda," ucap Jade lalu berjalan mengikuti Aric yang terlihat masih menyentuh kepalanya.

Setelah memastikan Aric beristirahat di kamarnya, Jade langsung pergi untuk menyiapkan sarapan Aric. Saat Jade berjalan menuju kamar Aric, tanpa sengaja ia bertemu dengan Takeo yang akan pergi ke ruang makan. "Selamat pagi, tuan muda Grissham."

"Oh … pagi. Apa itu sarapan untuk Aric?"

"Benar," ucap Jade.

"Apa Aric tidak akan sarapan bersama?" tanya Takeo.

"Tuan muda sedang demam, jadi beliau tidak bisa menemani kalian untuk sarapan bersama."

"Demam? Jarang sekali anak itu mengalami demam. Apa dia baik-baik saja?" tanya Takeo khawatir.

"Anda tidak perlu khawatir, tuan muda Grissham. Saya ingin meminta tolong kepada Anda."

Takeo menganggukkan kepala. "Katakan saja."

"Tolong Anda temani nona muda bermain selama tuan muda sakit, dan pastikan nona muda tidak berada di dekat tuan muda Aric. Karena beliau khawatir, nona muda akan tertular demamnya," ucap Jade.

"Baiklah, serahkan saja kepadaku. Kalau begitu aku akan pergi dulu," ucap Takeo.

Jade menganggukkan kepala lalu ia berpisah dengan Takeo yang berjalan menuju lantai satu sedangkan Jade berjalan memasuki kamar Aric.

***

Alecia yang baru saja selesai mengenakan pakaian baru yang disiapkan oleh Aric tidak bisa menghilangkan senyumannya. Karena hari ini ia akan bertemu dengan kedua orang tua Aric sekaligus orang tua angkatnya. Sebenarnya Alecia sudah tidak sabar menyambut kedatangan hari ini, terutama saat mengetahui jika Belyn menginap di kediaman Shamus.

Alecia tidak tahu alasan kenapa Belyn dan kakaknya yang semalam seharusnya sudah pulang, tiba-tiba kembali ke kediaman Shamus di hari yang sama. Namun, karena Alecia sudah tidur, sehingga ia baru tahu pagi ini dari Monica. Kini Monica sedang sibuk merapikan rambut merahnya untuk menyambut kedatangan orang tuanya.

Namun, tiba-tiba senyuman Alecia memudar, dan berubah menjadi sedih. Monica yang melihat perubahan ekspresi Alecia dari kaca rias menjadi bingung. "Apa ada yang tidak nyaman, nona muda?"

"Tidak ada…"

"Tapi, kenapa Anda terlihat sedih? Bukankah Anda sudah tidak sabar akan bertemu dengan tuan dan nyonya besar?" tanya Monica.

Alecia menganggukkan kepala. "Bagaimana jika Ayah dan ibu kak Aric tidak menyukai Cia setelah melihat mata dan rambut Cia? Cia takut jika mereka juga akan membenci Cia sama seperti orang tua Cia."

Monica tersenyum kecil lalu mengelus kepala nona muda dengan lembut. "Anda tidak perlu khawatir, nyonya dan tuan besar sangat menantikan untuk bertemu dengan Anda. Jadi, tidak mungkin mereka akan membenci Anda. Lagipula, Anda memiliki mata dan rambut yang sangat indah, nona muda. Bahkan saya berharap memiliki mata dan rambut seperti Anda."

"Ta-tapi … rambut dan mata merah kan tanda sebagai anak terkutuk. Kenapa kamu berharap memiliki rambut dan mata sepertiku?" tanya Alecia bingung.

"Siapa bilang itu tanda sebagai anak terkutuk? Hanya orang bodoh yang akan bilang seperti itu!" ucap Monica kesal.

Melihat Monica yang tiba-tiba terlihat kesal, membuat Alecia menjadi bingung, setelah itu ia dapat melihat Monica yang tersenyum lembut sambil mengelus kepJadeya pelan. "Saya tidak bisa menjelaskannya kepada Anda, tapi Anda tidak perlu khawatir. Rambut dan mata Anda bukanlah tanda sebagai kutukan, jadi Anda bisa lebih percaya diri lagi dengan penampilan Anda."

Meskipun Alecia masih tidak mengerti maksud dari Monica. Namun, ia tetap menganggukkan kepala dan merasa sedikit lebih lega karena tahu jika dia bukanlah anak terkutuk.

"Baiklah nona muda, sudah selesai," ucap Monica ceria setelah selesai merapikan rambut Alecia dengan pita besar yang sewarna dengan pakaiannya.

"Terima kasih, Monica!" ucap Alecia senang.

"Kalau begitu mari kita sarapan. Saya yakin tuan dan nona muda Grissham sudah menunggu Anda," ucap Monica.

Alecia menganggukkan kepala dengan semangat dan segera pergi menuju ruang makan.

***

Saat Alecia sudah tiba di ruang makan, ia menemukan Takeo dan Belyn sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Alecia langsung duduk di samping Belyn dan menatap kearah kursi kosong yang selalu menjadi tempat duduk Aric lalu menatap Takeo. "Kak Aric belum turun?"

"Ah … soal itu, Aric berpesan kepadaku kalau dia minta maaf tidak bisa ikut sarapan bersama karena masih ada pekerjaan yang harus diurus. Tapi, kau tidak perlu khawatir, karena dia akan makan siang bersamamu saat orang tua kalian tiba," ucap Takeo sambil tersenyum ceria.

Alecia menganggukkan kepala dan langsung menyantap makanannya dengan ceria bersama Belyn. Melihat Alecia dan Belyn yang terlihat senang menikmati makanan mereka membuat Takeo tidak bisa menghilangkan senyuman di wajahnya. "Setelah sarapan, apa yang akan kalian lakukan?"

Mendengar pertanyaan itu, membuat Belyn dan Alecia menatapnya lalu terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. "Hm … bagaimana dengan kelasku?" tanya Belyn.

"Tenang saja soal itu, kakak sudah minta izin kepada ayah dan ibu untuk minta izin libur dari sekolah hari ini. Jadi, kau bisa bermain dengan Alecia sepuasnya hari ini," ucap Takeo.

"Wah … kakak terbaik!" ucap Belyn senang.

"Lyn sudah sekolah?" tanya Alecia.

Belyn menganggukkan kepala. "Benar! Tahun depan aku sudah kelas dua."

Mendengar itu membuat mata Alecia bersinar. Ia sangat menyukai pengetahuan baru dan selalu merasa iri kepada anak-anak yang pergi dengan membawa tas sekolah setiap kali ia bermain di taman perumahan dan melihat anak-anak yang berseragam dengan membawa ransel naik bus sekolah.

Selama ini, klan Kishi tidak pernah mengizinkan Alecia untuk mempelajari banyak hal dan hanya mengizinkan belajar hal-hal dasar seperti menghitung, menulis dan membaca. Itulah kenapa ia sangat penasaran dengan banyak hal. Alecia sangat senang setiap kali Aric membacakan buku yang tidak Alecia mengerti.

"Cia juga ingin sekolah!" ucap Alecia bersemangat.

"Kalau Alecia mau sekolah, kamu harus menunggu sampai berumur tujuh tahun baru bisa masuk sekolah," ucap Takeo.

"Tapi kenapa?" tanya Alecia dengan ekspresi sedih.

"Hm … biasanya anak-anak seusia Alecia mendapatkan pembelajaran mandiri dari guru yang di siapkan keluargamu. Bisa di bilang untuk mempersiapkan diri masuk sekolah?" ucap Takeo yang terdengar tidak yakin.

Namun, Alecia yang mendengar itu menganggukkan kepala dengan semangat. "Cia sudah minta kak Aric untuk belajar! Tapi kak Aric bilang belum menemukan guru yang tepat untuk Cia. Mungkin Cia terlalu bodoh sampai kak Aric mengalami kesulit mencari guru untuk Cia."

Mendengar perkataan itu, membuat Takeo tersenyum lembut kepada gadis yang ada di hadapannya. "Kau tidak perlu khawatir. Aric kesulitan bukan karena hal itu, dia pasti hanya ingin memastikan guru yang menjadi guru privatmu adalah orang yang terbaik."

"Benarkah?!"

Takeo menganggukkan kepala. 'Ya, aku yakin dia pasti sedang melakukan seleksi ketat soal guru privat untuk Alecia. Siapa yang akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkan kehormatan mengajar anggota Shamus, terutama jika bisa bertemu dengan pewaris klan yang jarang sekali terlihat.'

Setelah selesai sarapan mereka memutuskan untuk bermain di halaman belakang sambil menunggu kedatangan orang tua Aric.

***

Aric mulai membuka matanya setelah ia merasa tubuhnya terasa lebih baik, dan terdengar suara pintu yang terbuka. "Anda sudah bangun, tuan muda," ucap Jade.

Aric bersandar di sandaran tempat tidur lalu mengembuskan napas pelan. "Berapa lama aku tidur?" tanya Aric.

"Empat jam. Tuan dan nyonya besar akan datang tiga puluh menit lagi," ucap Jade.

Aric menganggukkan kepala lalu bangkit dari tempat tidur untuk segera berganti pakaian, sekaligus membasuh muka untuk menyegarkan diri. Jade dengan setia membantu Aric bersiap menyambut kedatangan orang tuannya, meskipun ekspresi pelayan itu terlihat sangat khawatir terhadap tuannya.

"Apa Anda yakin tidak ingin istirahat, tuan muda? Saya yakin tuan dan nyonya besar pasti tidak akan mempermasalahkan hal itu," ucap Jade.

Aric yang selesai mengganti pakaiannya mengembuskan napas pelan lalu menggelengkan kepala. "Aku sudah lebih baik, kau tidak perlu khawatir. Aku akan istirahat setelah makan siang bersama. Ini pertama kalinya Alecia akan makan siang bersama ayah dan ibu. Aku tidak ingin membuatnya khawatir karena keadaanku."

"Baik, tuan muda."

Setelah selesai bersiap-siap, Aric dan Jade berjalan menemui Alecia yang masih bermain di halaman belakang bersama Belyn. "Kenapa kau di sini?" tanya Aric saat melihat Takeo yang menikmati camilan ringan sedangkan Belyn dan Alecia sedang bermain ayunan bersama.

"Hm … mengawasi?"

Aric hanya bisa mengembuskan napas pelan lalu menatap kearah Alecia. "Cia, Belyn!"

Belyn dan Alecia yang mendengar panggilan itu berhenti bermain dan menatap kearah Aric. "Kakak! Kak Aric!"

Kedua gadis kecil itu berteriak memanggil Aric dengan ceria lalu berlari kearahnya. Aric yang melihat Alecia merentangan tangan membuat Aric berlutut dan merentangkan tangannya. "Apa pekerjaan kakak sudah selesai?!" tanya Alecia sambil memeluk Aric dengan senyuman ceria.

"Benar, ayah dan ibu akan segera tiba. Bagaimana jika kita menikmati minuman segar di dalam?"

"Baik!" ucap Alecia.

"Kakak kenapa?" tanya Belyn menatap Takeo dengan ekspresi bingung saat melihat Takeo berlutut sambil merentangkan tangannya dan tersenyum ceria.

Karena merasa malu dengan respon yang di berikan Belyn, Takeo berdiri sambil berpura-pura terbatuk. "Bukan apa-apa … ayo masuk."

Aric yang sedang mengangkat Alecia dan menggunakan tangannya yang kosong untuk menutupi mulut dan berusaha menahan tawa. "Kakak baik-baik saja?" tanya Alecia bingung karena merasakan tubuh Aric yang bergetar.

"Ka-Kakak baik-baik saja," ucap Aric lalu berjalan dengan membawa Alecia menuju ruang tamu sedangkan Jade pergi menyiapkan minuman dan camilan atas perintah Aric.

Bersambung…

Via akhirnya kembali untuk update cerita ini

Terima kasih karena kalian masih setia mengikuti cerita ini

Sampai jumpa lagi

Like it ? Add to library!

DementiviaKcreators' thoughts