Tahun 2039,
Di sebuah apartemen mewah daerah Jakarta Selatan, seorang wanita dengan setelan formal berjalan melewati sudut area parkir basement. Dia memasuki lantai basement menuju ke lantai huniannya sembari menunggu matanya fokus memperhatikan gadget dari balik kacamatanya, bibirnya tersungging menciptakan lengkungan yang manis namun berubah saat sebuah berita dilayar menampilkan sebuah kecelakaan yang terjadi. wanita itu berdecak perlahan "ck.."
Tiingg
Suara lift berbunyi memberitahu dia bahwa lantai tujuannya telah tiba, wanita itu keluar lift menuju sebuah pintu apartemen miliknya, dia menempelkan tangannya ke pintu mengusapnya perlahan, sebuah cahaya laser keluar dari pintu tersebut melakukan scanning kepada wanita itu. Sebuah suara robot terdengar setelahnya
'Welcome back Felicia'
***
Pukul 3 dini hari namun dia masih belum terlelap tidur, jangankan terlelap hanya untuk sekedar menutup mata saja rasanya seperti tidak mau, Rich masih berkutat dengan layar hologramnya sesekali dia membaca lalu mengetikkan sesuatu atau hanya sekedar melihat-lihat. Rich mengetikkan sebuah nama di mejanya namun layar yang muncul justru menampilkan sebuah kalimat yang itu-itu saja
Please Check Your Search Again
Rich kesal dia bangkit dari tempat duduknya menuju balkon, berusaha menenangkan diri dengan menghirup udara malam dari balkon tempatnya tinggal.
"Siapa kamu? Kenapa kamu membuatku gelisah" ujar Rich kepada hologram yang menampilkan sebuah gambar seorang wanita.
***
Tahun 2012,
Cahaya mentari terlihat sangat terang menyilaukan mata siapa saja yang hendak menatapnya padahal ini baru pukul 8 pagi tapi cahaya yang terpancar seakan menunjukkan pukul 11 siang. Yuki berada diseberang jalan memperhatikan sebuah proyek pembangunan dia tidak bergeming dari tempatnya sejam yang lalu, tidak jauh dari tempatnya berada sebuah mobil sedan hitam memasuki kawasan proyek tersebut, Yuki memperhatikan.
"Dia.." ujar Yuki terkejut saat seorang remaja laki-laki seusianya keluar dari balik mobil.
Drtttdrtttt..
Handphonenya bergetar saat Yuki hendak menyeberang jalan menghampiri remaja laki-laki tersebut, Yuki mengabaikan panggilan teleponnya.
Drtttdrtttt..
Handphonenya bergetar kembali tepat saat Yuki berhasil menyeberang, dilihatnya siapa yang menghubungi 'Elsa' dengan segera Yuki mengangkat panggilan tersebut.
"Ada ap.."
"Yuk, sekolah gaduh gara-gara ada pembocoran soal. Lu dimana?" ucap Elsa tanpa memberikan Yuki jeda
"Gu..a. tadi lu bilang apa, bocoran soal?" tanya Yuki memastikan pendengarannya
"Pokoknya lu cepatan kesekolah, lagi heboh nih!" seru Elsa mengakhiri panggilan teleponnya sepihak
"Halo.. Sa, Elsa!" Yuki melihat handphonenya sambungan terputus, bingung dengan apa yang terjadi tiba-tiba notifikasi handphonenya berbunyi memberitahu Yuki tentang peristiwa yang terjadi hari ini.
'Bocoran soal pelaku gu..'
"Sial.." umpat Yuki saat melihat notifikasi handphonenya dia lupa tentang peristiwa yang akan terjadi hari ini membuat salah seorang temannya yang tidak bersalah menjadi korban dan sekali lagi Yuki akan berusaha untuk mengubahnya, Yuki segera bergegas pergi menuju sekolahnya. Tanpa dia sadari remaja laki-laki itu sudah memperhatikannya sedari tadi, dia tersenyum tipis saat melihat Yuki berjalan kearahnya namun senyumnya sirna tatkala melihat Yuki pergi.
"Kita pasti akan bertemu lagi" ujarnya perlahan
"Rich.. bapak sudah nungguin didalam" sapa seorang wanita dengan setelan formal membuyarkan perhatian remaja laki-laki yang bernama Rich tersebut.
Rich menoleh tersenyum kecil kearah wanita yang merupakan asisten Ayahnya, "Iya.. saya segera kesana"
***
1 jam sebelum insiden bocoran soal terjadi,
Pukul 6 pagi Yuki sudah siap dengan seragam sekolahnya, masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah terlebih lagi jarak dari rumah ke sekolah tidak jauh hanya membutuhkan waktu 35 menit menggunakan angkutan umum dan kurang dari 20 menit menggunakan sepeda motor.
"Kamu mau kemana?" tanya Mama melihat anaknya yang sudah rapi.
"Heh.. Hoh... Hah" jawab Yuki tangannya asyik mengikat tali sepatu sedangkan mulutnya tersumpal roti selai yang dia buat beberapa menit yang lalu.
"Hah?! Kalo ngomong tuh ditelan dulu makannya"
"Sekolah Mama" ucap Yuki melepas roti dari mulutnya, tangannya sudah selesai dengan tugasnya mengikat tali sepatu.
"Sejak kapan kamu jadi rajin begini" seloroh Mama mengomentarinya
"Anak Mama inikan emang rajin, Mama baru tahu" alihnya, Yuki berdiri menghadap Mamanya mengambil tangan Mamanya tersebut lalu menciumnya
"Yuki berangkat, Assalamualaikum" ucap Yuki mengakhiri percakapan pagi mereka.
Dari belakang Ayah memperhatikan percakapan antara ibu dan anak itu, merasa aneh dengan sikap anaknya yang tidak seperti biasa namun ia buang jauh-jauh perasaan aneh tersebut.
"Yuki kemana ma?" tanya Ayah melihat punggung puterinya telah hilang dari pandangan.
"Bilangnya sih sekolah"
"Pagi-pagi gini?" tanya Ayah lagi
"Mau ngepel sekolah dulu kali" ujar Mama asal
"Yeehhh.. Mama malah bercanda" ucap Ayah yang melihat istrinya pergi ngeluyur ke dapur.
***
Iqmal tengah berdiri disebuah cafe yang masih tutup, menunggu seseorang. Dengan wajah gelisah dia memperhatikan jam tangannya lalu kembali memperhatikan kendaraan yang melintas, berharap orang yang ditunggu segera tiba. Tidak berapa lama sebuah mobil Avanza keluaran terbaru berwarna putih berhenti tepat disebelah Iqmal. Seorang lelaki muda turun dari balik mobil tersebut.
"Bang.." sapa Iqmal saat melihat sosok lelaki yang ditunggunya sedari tadi.
Lelaki itu menoleh, melihat kearah Iqmal dengan wajah malas "Apa lagi?"
"Permintaan saya yang waktu itu.. bisa kan bang?" tanya Iqmal dengan suara merendah
"Ya ampun Iqmal!! Saya kan udah bilang, gak bisa. Kamu pikir saya bank" jawab lelaki tersebut dengan nada sedikit keras
"Potong gaji say.."
"Potong gaji lagi, lama-lama gak gajian kamu mau?!" sergah lelaki tersebut
"Udahlah pergi, sekolah sana" usir lelaki muda itu akhirnya kepada Iqmal yang masih berdiri mematung. Iqmal berbalik hendak pergi dari cafe tempatnya bekerja namun saat dia hendak melangkah pergi lelaki muda tersebut memanggilnya.
"Iqmal, nih" ucap lelaki muda tersebut sembari memberikan beberapa lembar uang kertas 10ribuan kepada Iqmal "Abang cuman bisa kasih segini doang buat kamu jajan disekolah"
Iqmal menerima uang tersebut, walaupun tidak sesuai dengan permintaannya dia tetap bersyukur "Terimakasih bang"
"Oh iya, sekalian nih bawa pamflet nanti pulang sekolah kamu sebarin" pinta lelaki muda tersebut sebelum Iqmal pergi.
***
Dijalan yang sama Yuki tengah berlari menuju sebuah halte, dia berniat bolos sekolah hari ini untuk bertemu dengan seseorang yang akan menjawab semua pertanyaannya tentang kenapa tulisan dalam diarynya berubah dan kenapa dia tidak mengingat beberapa peristiwa yang terjadi. sesampainya di halte bus terdekat, tanpa sengaja Yuki melihat siswa yang mengenakan seragam yang sama seperti yang di gunakannya. Yuki memperhatikan dengan saksama siswa tersebut.
"Iqmal?" ujar Yuki saat dia telah yakin dengan penglihatannya. Dari seberang jalan dia bisa leluasa melihat apa yang dilakukan oleh Iqmal dengan seorang lelaki berusia sekitar 20 tahunan, namun Yuki tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Jika dilihat dari ekspresi, mereka seperti sedang berdebat tentang suatu hal. Beberapa menit berlalu, Iqmal dan lelaki tersebut pun telah usai berbincang, dari gerakan tangan si lelaki muda tersebut seperti sedang mengusir Iqmal pergi, Yuki hanya memperhatikan dari jauh. Tidak berapa lama lelaki muda itu menghampiri Iqmal kembali sembari membawa sebuah amplop coklat yang dia serahkan kepada Iqmal. Yuki tidak memperhatikan, sekilas dia hanya melihat sebuah kertas terjatuh dari dalam pamflet tersebut.
Din!... Din!...
Bus yang hendak dituju Yuki telah tiba, dia melangkah memasuki dalam bus karena penuh Yuki hanya bisa berdiri sembari berpegangan dengan tiang penyangga yang berada disebelah pintu masuk. Didalam bus Yuki juga terlihat memperhatikan Iqmal yang masih sibuk membereskan kertas-kertas yang terjatuh.
Kreek..
Suara pintu otomatis bus tertutup, supir siap berangkat ke tempat tujuan bersamaan dengan pandangan Yuki yang semakin hilang memperhatikan Iqmal.