webnovel

AMBIVALENSI

Tác giả: Laurens_Fan7
Thanh xuân
Đang thực hiện · 5.8K Lượt xem
  • 5 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • N/A
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Kisah kehidupan seorang Gwen Adella Maharto yang merupakan seorang gadis berusia 21 tahun yang harus memulai kehidupan nya secara sendiri sejak dirinya lulus SMA. Dirinya yang difitnah telah menjadi seorang pelacur setelah bermain ke club' sebagai hari perayaan perpisahan SMA nya. Tak hanya disitu, dia juga dituduh telah memilki anak dengan seorang pria di club, padahal anak itu adalah perbuatan keji pacarnya dengan ibu kandungnya sendiri. Hingga semuanya menjadi rumit ketika ia bertemu dengan Mahen Rajendra, pria berusia 27 tahun yang selalu ada disisinya. Meski pria ini sangat kaya raya, ada saja ujian dibalik itu semua, dimana mereka berdua harus bertahan hidup setelah kembali difitnah oleh orang-orang yang iri dengan dirinya. Bagaimana kehidupan Gwen selanjutnya? Akankah dia bahagia saat bersama Mahen? Atau hanya menyisakan luka dalam yang tidak akan pernah mudah untuk hilang? Atau dia akan bunuh diri? Melepaskan semua tanggung jawabnya, dan pada akhirnya pasrah? --Buku ini menggambarkan tentang perjuangan seorang gadis yang harus bertahan ditengah-tengah sanksi alam dan dunia. Nasib dan takdir buruk seolah hidupnya tidak diinginkan didunia ini.--

Chapter 11. Krisis Ekonomi

Sebuah taksi turun di halte bus disaat hujan deras dihari Sabtu malam. Seorang gadis turun dengan penampilan yang sangat lusuh, rambut acak-acakan dan sudut bibir yang sobek entah karena apa.

Setelah memberikan beberapa lembar uang pada sang supir taksi, ia membuka payung warna hitam nya dan berjalan ditengah malam yang sangat dingin. Ia memasukkan tangan kirinya di saku jaket Coat coklat muda nya, lalu tangan kanannya memegang payung dengan erat.

Takut jika payung itu tiba-tiba saja terbang, yang ada dia nantinya tidak bisa pulang.

Biarkan tas nya basah, toh juga anti air. Semoga saja isinya tidak basah. Gadis itu bernama Gwen Adella Maharto. Seorang gadis berusia 21 tahun yang saat ini sedang sibuk dalam masa-masa kuliahnya. Dia baru saja pulang setelah mata kuliah malam.

Gwen Adella Maharto, gadis berusia 21 tahun, yang tinggal sendirian di kos-kosan kecil di tengah kesibukan kota Bandung. Ia merupakan putri dari bapak Maharto, yang merupakan seorang pria berpangkat jenderal di bagian TNI AL. Akan tetapi hubungan mereka berdua, antara anak dan bapak tidak berjalan dengan baik.

Semuanya dimulai dari Gwen yang ketahuan pulang malam dari sebuah club malam, dan ketahuan tidur dengan seorang pria. Entahlah, padahal itu hanyalah sebuah kesalahpahaman. Dan tentang pria itu... Gwen tidak mengenalnya, entah apa yang telah dilakukan pria itu pada dirinya, akan tetapi yang dia kecewakan adalah...

Karena ayahnya tidak mempercayai dirinya. Dia diusir dari mansion besar yang ada di Jakarta Pusat, lalu dia memutuskan untuk pergi ke Bandung, dirumah neneknya. Tapi baru-baru ini neneknya meninggal dunia, membuat dirinya harus berpindah ke kos-kosan kecil dengan seorang anak kecil.

"Huh... Kenapa hujan nya ga reda-reda sih?! Mana dingin banget! Arkan!!" Teriak Gwen dengan meneriaki nama lelaki itu.

Arkan.

Adalah seorang anak kecil berusia 6 tahun yang merupakan anak dari Gwen. Anak? Tidak lebih tepatnya adalah adik tiri Gwen. Arkan lahir dari rahim ibunya, tapi berbeda bapak dengan dirinya. Ibunya... Dia memanipulasi semuanya. Kejam memang, ibunya hanya gila akan harta ayahnya yang merupakan seorang jenderal TNI AL.

Ibunya memanipulasi dirinya, bahwa ialah yang melahirkan Arkan setelah pulang dari club malam. Padahal Arkan ada didunia ini karena ibunya itu selingkuh dengan pria brondong yang merupakan sahabat baik Gwen. Sejak saat itu kehidupannya jadi berantakan.

Tidak ada yang bisa ia perjuangkan kembali, semuanya benar-benar seperti roboh dan robohan itu menindih tubuhnya, hingga terkubur di tanah dalam-dalam.

"Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Gwen dengan mengecek keadaan adiknya itu.

"Iya Kak... Arkan baik-baik saja... Kakak mau Arkan ambilkan makan?" Gwen tersenyum cerah, Arkan sangatlah baik padanya.

Dia hanya mengangguk, lalu tak lama kemudian, Adiknya itu menyiapkan makanannya. Hanya sebuah mi instan yang dia buat dengan asal-asalan, bumbu mi yang membuat dapurnya kotor, terlebih lagi air panci yang meluber kemana-mana.

"Arkan... Sudah kakak bilang, laki-laki tidak perlu melakukan pekerjaan ini. Jadi jangan lakukan lagi yah? Kakak akan pulang lebih awal untuk memasakkan mu." Gwen tersenyum ramah kearahnya.

"Iya iya... Maafin Arkan yah Ma."

Sebuah kebiasaan, kadang Arkan memanggil Gwen sebagai 'kak' tapi dia juga akan memanggil Gwen dengan sebutan 'Mama' entahlah, terserah dia.

"Arkan... Beberapa bulan lagi Arkan kan ulang tahun, mau hadiah apa? Biar mama siapin nantinya..."

"Um... Hmm... Arkan ingin pergi bertemu dengan mama." Jawabnya.

"Mama kan udah ada disini sayang, masa hadiahnya ga spesial banget sih..." Gwen mencubit pipi anak kecil yang chubby itu. Bibir Mungil nya sengaja ia poutkan dan juga rambut ala mangkuk itu membuat Gwen semakin ingin melahap bocah itu.

"Bukan mama Gwen.... Tapi... Mamanya kak Gwen, begitupun dengan ku, mama ku yang sebenarnya..." Suaranya terlihat sangat kecil hingga nyaris tidak terdengar.

Gwen menghembuskan napasnya kasar. Lalu ia melahap mi instan yang dibuatkan Arkan, setelah itu menambah nasi.

Mi instan ga kenyang kalau tidak pakai nasi. Itu Motoo dari seorang Gwen.

"Ya kak?" Arkan masih menuntut Gwen untuk menjawab pertanyaannya.

"Iya... Terserah kamu."

"Tapi jangan salahkan kak Gwen kalau kamu menangis lagi, seperti 2 tahun yang lalu." Lanjut Gwen.

Benar.

Saat usia Arkan 4 tahun dia pernah membawanya ke Jakarta pusat, bersama dengan neneknya namun yang ada dia malah mendapatkan tamparan keras. Arkan terjatuh saat ibunya menendang tubuh kecilnya yang sedang memeluk kaki ibunya.

"Iya..." Lirih Arkan.

"Bagaimana kalau ulang tahun mu kita pergi ke taman kota? Taman kota udah di renovasi loh, ada banyak sekali mainan baru. Ada banyak sekali hal yang telah diubah, ada banyak sekali teman teman mu disana." Ujar Gwen sembari menceritakan keadaan taman kota yang baru saja di renovasi.

"Iya, semuanya baru. Mereka juga pergi kesana dengan orang tua mereka. Bukan dengan kakak mereka." Sahut Arkan lalu pergi ke kamarnya sembari membanting pintu dengan keras.

Brakk!

Gulp.

Gwen menelan air liurnya paksa.

Lihatlah... Arkan... Dia sudah berani menjawab perkataannya dan dia sudah berani membanting pintu dalam keadaan emosi.

"Huh... Bagaimana sekarang? Aku tidak bisa melakukan apapun untuk Arkan. Jika aku membawanya pada wanita jalang itu, yang ada dia hanya mendapatkan rasa sakit hati." Monolog Gwen.

"Bagaimana ini... Hiks--"

Gwen menghapus air matanya, dia tidak ingin menangis lagi, setelah menghabiskan mi instan yang terasa kelu di lidahnya itu, ia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mematikan lampu. Tanpa mandi, dia tidur dengan pulas.

****

"HARGA MINYAK DAN JUGA AIR MENINGKAT SECARA DRASTIS. KOTA KITA SEDANG MENGALAMI KEKURANGAN BAHAN PANGAN! UANG PEMERINTAH DICURI OLEH SEKELOMPOK MAFIA YANG SAMPAI SAAT INI BELUM DIKETAHUI IDENTITASNYA. TERLEBIH LAGI BMKG MENYATAKAN BAHWA KOTA KITA AKAN MENGALAMI KEKERINGAN HEBAT. SEHINGGA PARA MASYARAKAT DIHIMBAU UNTUK MULAI BERHEMBAT DALAM SEGALA HAL." Seorang pawarta berita mengabarkan informasi terkini.

Tutt--

Gwen mematikan televisinya.

"Bahkan sebelum ada bencana itupun aku sudah kekurangan. Sialan." Umpatnya dengan beranjak dari sofa dan menyiapkan sarapan untuk Arkan. Sejak tadi pagi dia tidak mau membukakan pintunya, apakah dia masih marah? Jawabnnya, iya.

Dia menggoreng sosis lalu meletakkan nya di piring dan nasi yang dia bentuk bulat menggunakan mangkuk. Lalu ia menambahkan saus membentuk mata dan mulut tersenyum lebar.

"Arkan... Ayo makan dulu Arkan... Kak Gwen ngga mau lihat Arkan ngambek kayak gini... Nanti Kak Gwen nangis loh..." Gwen mengetuk pintu kamar Arkan.

"Ayo Arkan... Jangan buat Kak Gwen tambah panik. Maafin kak Gwen deh, kak Gwen janji-- janji bakalan anterin Arkan ke mama." Ucapannya barusan terdengar seperti bohongan semata.

Drap...

Drap...

Drap...

Ceklek.

"Beneran kak?" Cicit seorang anak kecil dengan mata sembab yang membuka pintu kamarnya sedikit.

"Iya. Tapi Arkan makan dulu. Bulan depan kak Gwen antar." Gwen menujukkan deretan gigi putihnya, tersenyum lebar yang membuat Arkan langsung melompat girang dan memeluk kakak tercintanya itu.

Bạn cũng có thể thích

số lượng người đọc

  • Đánh giá xếp hạng tổng thể
  • Chất lượng bài viết
  • Cập nhật độ ổn định
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới
Các đánh giá
Ôi! Bạn sẽ là người đánh giá đầu tiên nếu bạn để lại đánh giá của bạn ngay bây giờ!

HỖ TRỢ