webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
194 Chs

Part 175 - Inikah Saatnya?

"Anindya mengira kamu gak suka denganku, Ri. Kawatir salah paham dengan Kelana. Karena pas kamu lihat aku, Kelana sedang bicara sama aku. Anindya kesel sama aku, Ri. Gara-gara sifatku. Yang katanya begitu egois."

"Aku gatau gimana lagi nyritainnya. Aku bingung, Ri. Aku gapunya sahabat paling dekat selama ini selain Anindya. Saat ia gak ada seperti ini, rasanya begitu sepi."

"Kamu udah coba hubungin?"

"Udah. Tapi gak ada respon."

"Yaudah. Aku yang hubungin."

Rahsa refleks memegang tangan Rinai. Segera menahan tangannya yang akan mengirim pesan ke Anindya.

"Jangan, Ri!"

"Rah? Jangan sedih."

"Jangan hubungin Anindya dulu. Please...," pinta Rahsa.

"Yaudah, aku gajadi hubungin."

"Terus, kamu pengin aku gimana, Rah?"

Rahsa menunduk. Terdiam.

"Rah?"

"Kamu jangan pergi. Jangan pergi jauh lagi." Rahsa makin menundukkan wajahnya. Menahan isak dan bulir mata.

"Rahsa..."Rinai mendekatinya.

"Rah... jangan nangis."

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com