webnovel

Aimer | 40

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Sinar pagi menyapu wajah keduanya, mengirim rasa hangat menjalari permukaan kulit. Perlahan manik biru laut terbuka. Merasakan beban berat menimpa perutnya segera melirik ke bawah. Sebuah tangan kekar melingkar disana. Pakaiannya masih lengkap, yaitu gaun pesta semalam. Sementara lelaki yang kini berbaring disebelahnya sudah mengganti pakaian, kaos polo putih membalut tubuh membuatnya semakin terlihat tampan.

Tanpa dapat ditahan lagi senyum mengukir disepanjang bibir seksi. Menatap lekat – lekat wajah tampan yang masih tertidur pulas. Jemari lentik terulur hendak mengusap rahang akan tetapi cekalan pada pergelangan tangan membuatnya terperenyak.

"Suka dengan yang kau lihat, hum?" Pipi Nicolette langsung merona karena tertangkap basah sedang mengagumi ketampanan kekasihnya disaat sedang tertidur pulas.

"Jangan menggoda dipagi hari sayang. Dan ada apa dengan pipimu ini, hum?" Mencubit gemas pipi Nicolette.

"Aw sakit Jose." Rintih kesakitan yang sengaja dibuat – buat.

"Jangan merintih seperti itu sayang. Kau membangunkan macan dari sarangnya. Ayo bangun! Aku akan mengajakmu jalan hari ini."

"Ini kan hari minggu." Tak mengidahkan protes Nicolette segera melemparkan kalimat ancaman yang mampu membuat seorang Nicolette bergegas bangun.

"Ish kau ini memang kekasih pemaksa."

"Cepat mandi atau ... Kau lebih suka kalau aku yang memandikanmu!" Sontak saja kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran membuat bulu roma meremang.

Tatapan tajam manik biru laut menyirat makna, awas saja kalau kau berani berbuat macam – macam.

Seolah tak terusik dengan ancaman Nicolette segera mengusap kasar puncak kepala. "Cepat mandi! Aku akan mandi dikamar mu!"

"Kau saja yang mandi disini. Biar aku yang mandi dikamar ku!"

Mendekatkan wajahnya hingga hidung keduanya nyaris bersentuhan. "Dengarkan aku sayang. Semua baju dan juga perlengkapan mu masih tersimpan disini. Aku belum sempat memindahkannya ke kamarmu. Jadi cepat lah mandi karena kita harus segera berangkat."

Manik biru laut mengerling seolah bertanya, memangnya kita akan pergi kemana? Namun Jose tak tertarik untuk menjelaskan. Segera melenggang keluar ruangan, sementara Nicolette menatap nanar punggung kekar yang semakin lama semakin hilang dari pandangan.

Tak tahu kemana Jose akan mengajaknya pergi pagi ini, Nicolette memutuskan memakai celana jeans dipadukan dengan kaos polo putih membalut tubuhnya. Lalu memutar tubuhnya didepan cermin sembari tersenyum puas.

Sudah cukup, ok. Tapi kemana Jose akan mengajakku pergi yah? Kalau misalkan meeting dengan klien gimana?

Disaat sedang berperang dengan pikiran sendiri tiba – tiba pintu kamar terbuka menampilkan seorang lelaki tampan.

"Jose." Nicolette sangat terperenyak dan langsung memutar tubuh ketika mendapati Jose hanya memakai handuk yang panjangnya sebatas lutut.

"Hai, ada apa sayang?" Jose bertanya sambil memutar tubuh Nicolette. Karena kurang hati – hati kaki Nicolette hampir tergelincir. Beruntung Jose segera menopang sehingga tubuh ringkih tak sampai membentur lantai.

"Hati – hati sayang." Sembari membantu Nicolette untuk duduk diranjang. Tanpa sengaja handuk yang dipakai terlepas begitu saja. Nicolette pun langsung menjerit histeris.

"Tak perlu histeris sayang. Buka matamu!"

"Pakai dulu celanamu!"

"Sudah."

Sebelum manik biru laut terbuka sempurna, mengintip dulu melalui ekor matanya dan tentu saja sikapnya itu memaksa Jose mengulas senyum geli sambil menggelang – gelengkan kepala.

Mengacak kasar puncak kepala. "Apa kau pikir aku tak memakai Sesuatu dibaliknya, hum?" Malu, itulah yang Nicolette rasakan sehingga langsung menutupi wajahnya.

"Singkirkan tanganmu sayang. Jangan menghalangi pandanganku!" ketika manik biru laut terbuka sempurna langsung bertatapan dengan sepasang manik coklat yang menatapnya dengan tatapan dalam dan lama. Tak ingin kendali diri goyah, langsung merengkuh tubuh ramping ke dalam pelukan. Gerakan secara tiba – tiba ini membuat Nicolette bersentuhan langsung dengan perut sispax.

Tak dapat dipungkiri Nicolette pun sangat mengagumi keindahan didepan mata, akan tetapi segera mengalihkan pandangan sambil menelan kasar salivanya berkali – kali.

"Suka dengan yang kau lihat, hum?" Mengarahkan jemari lentik Nicolette ke otot perutnya namun segera ditepis dengan kasar. Manik coklat menyirat kekecewaan.

"Aku tunggu diluar." Ucap Nicolette sambil melenggang keluar kamar. Jose pun dibuat geli dengan tingkah lucu kekasihnya ini. Seketika ingatannya tertuju pada Axell.

Apa Axell tak pernah menyentuhnya? Apa mereka belum melakukannya? Jose coba berfikir keras mengingat sikap Nicolette yang penuh antisipasi.

Tak ingin membuat sang kekasih lama menunggu, Jose pun segera bersiap. Memilih pakaian yang sama dengan Nicolette karena memang hari ini mereka akan pergi jalan – jalan sembari mengunjungi Hudson Company.

Mendapati sang kekasih fokus pada layar televisi, segera mengalungkan lengannya ke leher. Mendongakkan wajah cantik, kemudian mendaratkan kecupan pada kening.

"Sudah siap?"

Nicolette mengangguk.

Seketika manik biru laut mengerling melihat penampilan Jose. "Kita akan pergi kemana?"

"Nanti kau juga akan tahu, Ayo!" Mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik. Tak ingin kebersamaan diganggu segera meminta kunci mobil dan menyuruh supirnya kembali ke mansion dengan naik taxi.

"Untukmu!" Memberikan beberapa lembar dolar kepada supir pribadinya kemudian menghujani Nicolette dengan tatapan sayang. Memakaikan self belt sebelum melajukan mobil. Sudah hampir 30 menit membelah jalanan namun belum sampai juga ke tempat tujuan.

"Apa masih lama?" Menyadari keresahan hati sang kekasih, segera menggenggam jemari lentik, mencium buku jemarinya lama.

"Jangan seperti itu Jose. Kau harus fokus nyetir."

"Jangan khawatir sayang. Nyetir dengan satu tangan tak masalah. Dulunya aku ini pembalap." Bohong Jose.

"Itu dulu ketika kau masih muda. Sekarang ini kau sudah tua Jose."

"Dengar sayang, usiaku ini masih sangat muda. Baru juga menginjak 25 tahun."

"Bukan berarti harus ugal – ugalan kan?" Tatapannya menajam lalu menghempas kasar tangannya adri genggaman.

"Jangan jauh – jauh sayang." Ketika hendak membawa tubuh mungil ke dalam pelukan, segera dihujani tatapan penuh peringatan. Jose pun kembali fokus pada jalanan, sesekali melirik kekasih tercinta yang terlihat sedang menikmati pemandangan disepanjang jalan.

Kedua mata Nicolette langsung menyipit karena merasa tak asing dengan jalan yang dilalui ini. Kemudian menolehkan wajahnya menuntut penjelasan. Tanpa mau menjelaskan apapun, bibir kokoh hanya mengulas senyum.

Ngomong dulu apa susahnya sih? Untung saja aku tak pakai pakaian formal.

"Kalau aku mengatakannya, berarti bukan surprise sayang." Sambil mencubit gemas pipi Nicolette.

Tak berselang lama mobil sudah berhenti didepan restoran milik Jose. Kedatangan keduanya langsung disambut Alberto bersama istrinya, Martindez.

"Selamat datang Mr. Jose."

"Hm." Sambil melemparkan kunci mobil pada Alberto supaya memarkirkan mobilnya diparkiran belakang.

Kemudian tatapan sepasang suami istri itu beralih pada Nicolette. "Selamat datang Ms. Nicolette." Yang dibalas dengan senyum hangat.

"Ayo sayang!" Membimbing Nicolette masuk ke dalam restoran, akan tetapi setelah mendapati Alberto dan juga Martindez hanya saling pandang memaksa Jose menghentikan langkah kemudian berbalik.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tanpa menjawab justru Alberto melirik Nicolette sekilas. Tahu dengan yang ingin Alberto katakan ini adalah hal penting, segera mengajaknya menjauh dari sana. Sementara Martindez mengajak Nicolette masuk.

"Apa yang ingin kau katakan?"

"Tuan besar dan Nyonya barusan dari sini, Sir. Dan didalam ada Mr. Axell."

"Axell?" Lirih Jose.

Alberto mengangguk.

--

Thanks

Yezta Aurora