webnovel

Aimer | 39

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Axell yang tak dapat lagi menahan amarah langsung menghampiri kakaknya kemudian melayangkan pukulan hingga tubuh Jose langsung terpelanting ke lantai. Masih belum puas menghajar kakaknya, Axell pun kembali melayangkan pukulan.

"Lancang sekali kau!" Bentak Jose.

"Dasar ceroboh! Apa kau tak bisa kalau tak mempublish Letta ke media, hah? Kenapa kau memperkenalkannya pada media? Apa kau ingin pengakuan bahwa Letta itu kekasihmu? Sampai – sampai tak memedulikan keselamatannya! Dasar egosi!" Bentak Axell kemudian mendekatkan wajahnya seraya berbisik.

"Ingat Jose banyak musuhmu berkeliaran bebas diluar sana. Jika mereka semua tahu bahwa Letta wanita istimewa mu. Maka Letta akan jadi sasaran empuk mereka. Apa kau tak memikirkan hal itu sebelumnya, hah?"

Melihat pelipis Jose mengeluarkan darah segar, Litzi bergegas menghampiri, meraih pergelangan tangan yang langsung dihempas kasar.

"Mau apa kau, hah?"

Litzi pun langsung beringsut karena takut. "Aku tak bermaksud mengganggumu hanya saja pelipismu berdarah Jose. Kalau dibiarkan pasti infeksi, jadi bolehkah aku membantumu mengobati lukamu?"

Tak tahan dengan wanita ular yang coba merayu kakaknya, Axell segera melenggang dari sana mencari keberadaan Nicolette. Tanpa sengaja melihat bodyguard bergegas menghampiri Jose, Axell pun langsung menghentikan.

"Iya Mr. Axell?"

"Apa Ms. Nicolette sudah ditemukan?"

"Sudah, Sir. Saat ini, Nona, sedang berada ditaman."

Kening Axell langsung berkerut. "Taman?"

Bodugyard mengangguk seraya memberitahu bahwa taman itu berada dilantai bawah hall ini. Tanpa menunggu lama langsung berlari ke tempat dimana Nicolette saat ini berada.

"Letta." Suara bariton yang sudah tak asing itu memaksa Nicolette bergegas memutar tubuhnya. Lalu langsung bergegas memeluk.

"Apa yang kau lakukan sendirian disini? Aku mengkhawatirkanmu setengah mati. Apa kau tak tahu itu, hah?" Ucapnya tanpa mau melepaskan pelukan. Tangan kekar mengusap puncak kepala lalu menyelipkan ke belakang telinga beberapa rambut yang menjuntai ke pipi akibat terpaan angin malam.

"Didalam sana terlalu sesak. Aku butuh udara segar."

"Kau bisa katakan itu padaku Letta. Aku bisa menemanimu disini."

"Tadi ku lihat kau sedang asik berbincang dengan partner bisnis mu jadi ku putuskan untuk pergi sendiri."

"Apa ada yang mengganggumu selama kamu disini?"

Nicolette menggeleng.

Tak ingin angin malam menerpa tubuh kekasihnya karena gaun malam tanpa lengan. Segera melepas jas tuxedo kemudian memakaikan ke tubuh ramping. Membimbingnya keluar taman. Dalam perjalanan mereka berdua bertemu dengan Axell dan juga Litzi yang melemparkan tatapan tak suka. Tanpa mengatakan sepatah kata pun langsung melenggang dari sana.

Litzi langsung menyungging senyum sinis sembari menolehkan wajahnya pada Axell. "Sepertinya kau terbakar api cemburu?"

Axell balik menolehkan wajahnya, menatap tajam Litzi. "Bukan urusanmu wanita penggoda!"

"Kita memiliki tujuan yang sama. Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk memisahkan mereka berdua."

"Untuk mendapatkan Letta ku kembali ke pelukan. Aku tak perlu kerja sama denganmu." Setelah itu langsung melenggang dari sana. Menyisakan Litzi yang semakin dibakar amarah.

Lelaki kurang ajar! Berani sekali dia merendahkanku!

--

 Didalam mobil, sejoli sedang bercengkrama, saling menggoda, saling melepas rindu. Berbeda dengan Axell dan juga Litzi yang dibakar api cemburu. Malam yang sudah disiapkan untuk menjebak Jose ternyata tak berjalan mulus. Jose justru datang membawa Nicolette dan mempublish hubungan keduanya ke publik.

"Kau terlihat sangat lelah. Kemarilah!" Meraih kepala Nicolette, menyandarkan ke dada bidang.

"Tidurlah sayang. Perjalanan kita masih jauh."

"Jarak Mollarco Hotel ke apartement ku tak terlalu jauh Jose, sebentar lagi juga sampai."

"Siapa yang mengijinkanmu pulang ke apartement?"

Segera beringsut dari pelukan Jose. "Apa maksudmu?"

Merangkum pipi Nicolette. "Letta sayang, aku masih ingin bersamamu. Jadi menginaplah lagi di apartement ku."

"Tapi Jose?"

"Aku tidak mau dengar penolakan! Kemarilah!" Meraih kembali tubuh ramping ke dalam pelukan. Jemari kokoh terulur mengusap lembut puncak kepala, sesekali menghujaninya dengan kecupan.

"Tidurlah sayang!" Malam ini Nicolette memang sangat lelah sehingga usapan – usapan lembut disepanjang puncak kepala mengirim rasa nyaman. Ketika rasa kantuk mulai menyergap, ponselnya terus berdering menampilkan nama -Cerelhia Almer-

"Siapa yang menghubungi larut malam begini?" Jose bertanya.

Mendongak menatap wajah kekasihnya. "Cerel."

"Jawab saja siapa tahu ada hal penting yang ingin Cerel sampaikan sehingga larut malam menghubungimu."

Nicolette mengangguk.

"Halo Cerel."

"Kamu dimana?"

"Kenapa?"

"Jawab saja Letta. 2 hari ini kau tak pulang, kemana saja kau? Apa iya kau menginap dikantor?"

"Bukan urusanmu!"

"Letta, kita ini bersaudara. Kalau bukan aku yang mengkhawatirkanmu siapa lagi? Katakan kamu dimana?"

"Aku ditempat yang aman. Kau tak perlu khawatir."

"Dengarkan aku Letta. Katakan dimana posisimu sekarang, aku akan menjemputmu. Kau tahu kan sifat ibuku, kalau sampai kau kenapa – napa, aku yang bakalan digantung. Paham!"

"Cerel, kau yang harus dengarkan aku! Aku bukan anak kecil lagi, aku tahu yang ku lakukan. Dan aku berada ditempat yang tepat, jadi kau tak perlu khawatir berlebih seperti ini."

Tak ingin kekasihnya terlibat dalam perdebatan dengan Cerelhia, segera merebut ponsel kemudian berbicara dengan seseorang dari balik telepon.

Jadi dia sedang bersama Jose? Dasar! Tinggal bilang kalau sedang bersama Jose apa susahnya sih. Dasar Letta! Batin Cerelhia kemudian mematikan sambungan telepon. Tak dapat dipungkiri kelegaan langsung menyelimuti wajah cantik Cerelhia.

"Kenapa kau bicara seperti itu ke Cerel? Dia pasti akan berfikir bahwa kita ini-"

"Melakukan hal yang bukan – bukan?" Potong Jose. Tak menjawab justru memajukan bibirnya beberapa senti ke depan. Cubitan gemas langsung mendatat dipipi, kemudian merengkuhnya kembali ke dalam pelukan. Menyenderkan kepala Nicolette didada bidang.

"Sudah sampai, Sir. Silahkan!"

Bibir kokoh mengulas senyum sebagai ucapan terima kasih, lalu menunduk melihat kekasih yang tertidur dalam pelukan. Tak ingin membangunkan kekasih yang sedang tertidur pulas, Jose pun menggendongnya sampai kamar.

Membaringkan tubuh ramping ke ranjang king size miliknya. Lalu ia juga membaringkan tubuhnya disebelah Nicolette dengan bertumpu pada satu sikunya. Entah sudah berapa lama posisinya dibiarkan seperti itu, yang jelas Jose tak pernah bosan menatap wajah kekasihnya.

Tak ingin langsung bergabung dialam mimpi, Jose memilih duduk dengan bersandar pada sandaran ranjang. Tatapannya tertuju pada latar laptop, seketika senyumnya kian melebar ketika hampir seluruh media membicarakan hubungannya dengan Nicolette yang baru dipublish beberapa jam lalu. Melirik kekasihnya sekilas, jemarinya terulur mengusap lembut puncak kepala.

Jose sadar bahwa setelah ini akan banyak sekali bahaya mengancam keselamatan kekasih tercintanya ini. Tak ingin hal buruk terjadi, segera memberi perintah kepada kepala bodyguard untuk memperketat penjagaan Nicolette.

Mengusap pipi dengan sayang. "Aku berjanji akan selalu menjagamu sayang. Tak akan ku biarkan bahaya mendekatimu sejengkal pun." kemudian mengecupnya lembut sebelum bergabung mengarungi mimpi.

--

Thanks

Yezta Aurora