webnovel

Aimer | 38

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Tak ingin berdebat lagi langsung mendudukkan bokongnya dikursi rias. Dalam sekejap wajah Nicolette yang bak Barbie disulap ala princess hingga ia sendiri nyaris tak mengenali wajah cantik dari balik pantulan cermin ini. Bibirnya mengulas senyum puas.

"Anda sangat beruntung, Nona, bisa meluluhkan hati Mr. Jose Martin hingga mencintai Anda sebesar ini. Belum pernah ada kekasih Mr. Jose yang kita rias seperti Anda ini."

Jose Martin ... Kenapa nama belakang Jose sama dengan Axell. Apa benar kalau mereka berdua ini memang bersaudara dan Jose ini anak dari lelaki kejam itu?

"Tentu saja tidak ada. Mereka – mereka itu kan bukan wanita spesial melainkan hanya kencan semalam." Celoteh wanita satunya. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus mengawasi dari kejauhan. Orang itu adalah Jose yang menyandarkan tubuhnya ke dinding, sedang menatap lekat kekasih tercinta yang terlihat sangat cantik malam ini hingga ia nyaris tak mengenali.

Tanpa sengaja sepasang manik lautan biru menangkap seseorang dengan kemeja biru yang dipadukan dengan jas tuxedo dan juga dasi kupu – kupu sedang menatapnya lekat hingga tak berkedip.

Segera memutar tubuhnya lalu menghujani Jose dengan tatapan mengintimidasi. "Untuk apa kau berdiri disitu, hum? Keluar lah! Aku harus berganti baju." Sontak saja ketiga wanita disebelah Nicolette langsung mengikuti arah pandangnya. Mendapati Jose berdiri disana dengan bersedekap dada. Mereka bertiga langsung menunduk. Pasalnya sudah dengan lancang membicarakannya.

Bukannya pergi justru Jose berjalan mendekat lalu merangkum pipi Nicolette dengan sayang. Menghujani kening dengan kecupan lembut.

"Aku tak bisa lama jauh darimu sayang ku." Sambil menyelipkan beberapa helai rambut yang menjuntai dipipi.

"Jangan membuatku malu Jose." Bisik Nicolette ditelinga Jose. Seketika manik coklat memejam sesaat merasakan rasa hangat menyapu sepanjang kulit. Ketika terbuka menatap wajah cantik Nicolette dengan tatapan penuh pemujaan.

"Biarkan saja. Apa peduliku."

"Jose." Geram Nicolette sembari melirik ketiga wanita dibelakangnya.

Bukannya menjauh justru merangkulkan tangannya ke leher. "Biarkan saja sayang. Mereka semua iri dengan kebersamaan kita. Coba kau pikir siapa yang tidak iri dengan posisimu saat ini. Berada disisiku, Jose Mar-" Hampir saja keceplosan mengungkap siapa dirinya sebenarnya.

Kening Nicolette berkerut dengan kedua mata menyipit seolah bertanya, Jose Mar siapa? Mendapati Jose hanya diam saja tak mau menjelaskan apapun. Langsung melayangkan tatapan tajam.

"Jose Martin? Itukah yang mau kau katakan Jose?" Mendengarnya seketika membuat kerongkongannya seakan tercekat. Menelan ludah bagaikan menelan timah panas. Tanpa mengatakan sepatah kata pun langsung melenggang meninggalkan ruangan menyisakan ribuan pertanyaan dibenak Nicolette.

"Silahkan, Nona. Mari saya bantu ganti baju." Mendapati Nicolette terlalu asik dalam lamunan, seketika menyentuh pundaknya lembut.

"Nona, mari saya bantu ganti baju."

Gaun malam biru laut terlihat sangat indah memikat setiap mata memandang. Tidak ada belahan sama sekali, dan juga potongan leher tinggi. Akan tetapi tetap saja terlihat elegan. Apalagi setelah menyatu dengan tubuh ramping Nicolette, semakin terlihat sempurna. Manik seindah lautan biru menyatu dengan mewahnya gaun malam tersebut.

Jose pun dibuat tak berkedip dengan gadis cantik dihadapannya kini. Hampir saja ia tak dapat mengenali bahwa gadis cantik ini adalah kekasihnya, Nicolette Phoulensy Hamberson.

"Cantik. " Puji Jose dengan mata tak berkedip. Dan leher jenjang yang terekpos semakin membuat Jose merasa tak rela membawa kekasihnya itu ke acara Litzi. Yang sudah pasti akan menjadi santapan liar para lelaki.

"Kalau kau terus saja menatapku seperti itu, lalu kapan kita akan berangkat Jose."

Tersenyum sebelum berucap. "Rasanya aku tak rela membawa mu pergi ke acara Litzi, sayang."

"Ke acara Litzi?" Ucap Nicolette dengan kedua mata menyipit sempurna.

Jose mengangguk.

"Untuk apa kau harus mengundang perias kalau hanya untuk datang ke acara Litzi?"

Kau tidak tahu saja sayang, Litzi itu artis papan atas. Dan aku tak mau kau sampai kalah. Lagipula disana pasti banyak wartawan dan aku ingin memberi Litzi pelajaran dengan mempublish hubungan kita ini ke media.

"Kenapa kau diam saja. Jawab Jose!" Tak juga menjawab justru mengaitkan jemari lentik ke sepanjang lengan kekar. Sepanjang perjalanan tak henti – hentinya melirik sang kekasih. Bibir kokoh terus saja mengulas senyum bahagia.

Tak ingin kecantikan sang kekasih dipuja supir pribadinya, jemari kokoh segera menekan tombol sehingga muncul kaca pembatas. Meskipun mendapat protes dari Nicolette sama sekali tak diindahkannya. Menggenggam jemari lentik dengan tatapan mata tak pernah lepas dari wajah cantik Nicolette.

"Jangan terus menatapku seperti itu."

"Apa kau keberatan? Apa kau lebih suka kalau aku menatap wanita lain?"

"Jangan sekali – kali kau lakukan itu kalau tidak ingin ku jongkel matamu." Mendengarnya langsung membuat Jose terperenyak. Pasalnya ia tak menyangka kekasih lemah lembut seperti Nicolette bisa berkata demikian.

Ketukan pada pintu memaksa Jose menekan tombol. Sang supir memberitahu bahwa mereka sudah sampai ke tempat acara, Mollarco Hotel.

"Jadi acaranya diadakan disini?" Jose mengangguk. Kemudian membimbing Nicolette memasuki hall. Kedatangannya langsung disambut para penerima tamu undangan.

"Jangan jauh – jauh sayang." Ucapnya sambil melingkarkan tangan kekar disepanjang pinggang ramping. Mengklaim bahwa Nicolette adalah miliknya, milik Jose Martin.

Tanpa sengaja sepasang manik coklat menangkap sosok lelaki yang paling dia benci juga hadir diacara Litzi.

Jadi, Nelson juga diundang?

Belum pulih dari rasa kesal, seorang pelayan tiba – tiba terhuyung dan menabrak tubuh Nicolette hingga tersungkur, beruntung ada Nelson yang melintas sehingga langsung menopang. Kalau tidak, pasti tubuh Nicolette sudah membentur lantai. Menyadari siapa lelaki yang kini memeluknya, segera beringsut memberi jarak. Meskipun sangat membenci Nelson akan tetapi ia tetap mengucap terima kasih.

"Oh iya Letta, bisakah kita bicara sebentar." Belum juga menjawab sudah lebih dulu Jose berdiri dihadapan Nelson dengan posisi memunggungi Nicolette.

"Hal apa yang ingin Anda bahas dengan kekasih saya Mr. Nelson?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Bolehkah saya meminjam Ms. Letta sebentar?"

"Silahkan Anda katakan apa yang ingin Anda sampaikan."

"Saya tidak bisa mengatakannya disini. Saya harus bicara secara pribadi dengan Ms. Letta."

Kesal, marah, cemburu langsung meyergap Jose secara bersamaan. Kemudian melingkarkan lengannya ke sepanjang pinggang ramping sembari melayangkan tatapan tajam yang sengaja dilayangkan pada Nelson.

"Permisi Mr. Nelson, kita harus kesana menemui Litzi. Apakah Anda sudah bertemu dengannya?"

"Silahkan Mr. Jose!" Akan tetapi tatapannya mengunci pada Nicolette. Entah kenapa melihat kebersamaan mereka darahnya langsung mendidih. Sorot matanya berubah tajam, rahang mengeras, tangannya mengepal hingga gelas dalam genggaman pecah. Pelayan langsung berlari ke arahnya akan tetapi Nelson abaikan dan lebih memilih meninggalkan Mollarco Hotel karena lama – lama ditempat itu hanya membuatnya semakin dibakar api cemburu.

Melihat Jose berjalan mendekat ke arahnya membuat senyum Litzi mengembang bahagia akan tetapi kebahagiaan itu tak berselang lama setelah melihat gadis disebelah Jose.

Kurang ajar! Untuk apa Jose membawa gadis tak tahu diri itu datang ke sini. Merusak acaraku saja! Litzi membatin kesal.

"Siapa gadis itu?" Tanya teman Litzi yang sesama artis. Tatapannya terpaku pada Nicolette.

"Kekasih Jose." Nada suaranya terdengar sinis.

"Jose pria berkekasih lalu untuk apa kau masih mengejarnya?"

"Jose itu diciptkan hanya untuk ku. Jadi tak ada satu wanita pun yang bisa memilikinya selain aku." Sambil melemparkan tatapan setajam pedang.

"Ingat Litzi, Jose itu sudah memiliki kekasih. Dan kalau dibandingkan denganmu jelas beda jauh. Kekasih Jose sangat cantik." Tak ayal kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran membuat darahnya mendidih. Belum sempat balas melemparkan kalimat sarkastik, sudah lebih dulu dihunjam kalimat yang lebih menyakitkan.

"Ku rasa Jose tak akan sudi melirikmu tapi kalau kau tetap memaksa, maka kau harus bermain cantik Litzi. Jangan sampai Jose atau pun gadis itu menaruh curiga padamu."

Tanpa menjawab langsung menyungging senyum sinis namun tak lama segera mengulas senyum hangat ketika Jose sudah ada dihadapannya.

"Selamat datang Mr. Jose, suatu kehormatan Anda mau menyempatkan waktu datang ke acara saya." Kemudian beralih menatap Nicolette, memeluknya, pelukan khas perempuan sembari membisikkan kalimat sarkastik.

"Kau boleh saja berbangga hati karena sampai detik ini Jose masih bersamamu tapi kita lihat saja sampai sejauh mana kalian akan tetap bersama." Setelah itu mengurai pelukan.

"Sekali lagi terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang Ms. Nicolette." Lalu memperkenalkan Nicolette pada teman – teman sesama artis bahwa Nicolette ini adalah kekasih Jose sekaligus CEO JM Law Office. Namun Jose segera meralat ucapan Litzi.

"Bukan kekasih tapi calon istri sekaligus calon ibu dari anak – anakku. Dan satu lagi, tak hanya CEO JM Law Office tapi juga CEO JM Company."

Teman – teman Litzi yang sesama artis sangat dibuat terkejut dengan yang baru saja menggelitik pendengaran mereka. Tak ayal tak sedikit dari para tamu undangan saling berbisik membicarakan pasangan paling disorot malam ini, Jose & Nicolette.

Para wartawan langsung berlarian mewawancarai keduanya, bahkan yang punya acara malam inipun terabaikan. Kecantikan Nicolette dan juga ketampanan Jose jadi sorotan. Banyak pasang mata yang menatap iri keduanya. Terutama para wanita yang sudah mengincar Jose sejak lama.

Berita yang baru diupload ke media beberapa menit lalu oleh para wartawan langsung sampai ditelinga Axell. Marah itulah yang Axell rasakan, entah kenapa ia tak pernah rela gadis yang masih sangat dicintainya itu jatuh ke tangan Jose. Meskipun ia sadar bahwa kakaknya itu memiliki cinta yang sangat besar pada Nicolette.

Tak tahan dengan rasa cemburu segera meraih kunci mobil, dengan langkah tergesa menuruni tangga yang berpapasan dengan Martin. Tentu saja langsung dihardik ribuan pertanyaan. Axell pun mengatakan bahwa malam ini ia akan menginap di mansion kakaknya.

"Untuk apa kau menginap di mansion Jose?"

"Dad, kami ini bersaudara. Dan kakak tidak pernah mau pulang ke mansion ini jadi tak ada salahnya kan kalau aku yang berkunjung kesana."

Delila yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka langsung bergegas menghampiri. Melarang Axell mengunjungi Jose. Dari awal Delila tak pernah suka melihat keakraban keduanya. Baginya Jose adalah ancaman besar. Ia ingin memiliki kekayaan Martin seutuhnya untuk putra kesayangan, Axell. Padahal tanpa kekayaan Martin, Jose sudah memiliki beberapa perusahaan, hasil dari kerja kerasnya selama ini.

Jose tak pernah tertarik dengan kekayaan Martin, begitu juga dengan Axell, yang hanya dijadikan boneka oleh ayah kandung sendiri.

"Kenapa kau melarangku bertemu Jose mom? Dia itu kakak ku."

"Dia bukan kakak mu. Dia itu anak maria."

"Aku tak peduli anak siapa yang jelas didalam tubuh kita berdua mengalir darah daddy." Nada suara Axell meninggi. Tanpa memedulikan panggilan Delila terus saja meninggalkan mansion. Sementara Martin lebih memilih menuju ruang kerjanya, tak lagi memedulikan Delila yang masih saja mengumpat sumpah serapah.

Sementara di dalam Mollarco Hotel pesta masih saja meriah meskipun sudah larut malam. Keadaan didalam sangat sesak dan Nicolette ingin sekali menghirup udara segar sehingga memutuskan keluar ruangan. Dari atas sini ia bisa melihat pemandangan yang menyejukkan mata. Tanpa sengaja tatapan matanya tertuju pada anak tangga yang mengarah ke taman tersebut.

Nicolette pun tertarik untuk pergi kesana. Akan tetapi ia melirik dulu ke dalam, ketika tatapannya terpaku pada sang kekasih tercinta yang terlihat sedang berbincang sesama rekannya, bibirnya langsung mengulas senyum.

Nicolette seorang diri menuruni anak tangga. Meskipun minim pencahayaan namun tak mengurasi keindahan taman tersebut. Cukup lama duduk seorang diri disana dengan pandangan lurus ke depan. Satu hal yang dilupakannya, ia tak membawa ponsel sehingga Jose tak dapat menghubunginya.

Jose yang tak menemukan Nicolette dimana – mana langsung dilanda khawatir berlebih. Segera memberi perintah pada anak buahnya untuk mencari keberadaan kekasihnya. Axell yang baru saja sampai ditempat acara langsung dikejutkan dengan berita tersebut. Ia pun ikut panik mencari keberadaan Nicolette. Satu hal yang tertanam dibenaknya yaitu Ansthon Mark. Pasti lelaki itu yangtelah menculik Nicolette. 

--

Thanks

Yezta Aurora