Theana dan Ratu menoleh dan mereka tersenyum saat seorang dokter dan perawat masuk.
"Gimana, Mbak Ratu sudah jauh lebih enak kondisinya?"
"Demamnya sudah turun, dok. Hanya masih lemas dan sedikit pusing."
"Infusnya yakin mau dilepas? Saya lepas, tapi pihak rumah sakit nggak bertanggung jawab ya. Mbak Ratu nanti harus menandatangani surat pernyataan juga. Tapi, Mbak juga masih harus dirawat."
"Iya, dokter. Terima kasih."
"Obatnya di minum ya. Tensi darahnya masih rendah ini."
"Iya, dokter."
Perlahan infus Ratu pun dicabut. Gadis itu menghela napas lega, memang dia tadi yang meminta supaya tidak perlu di pasangi infus.
"Saya nggak sakit parah kan, dokter?"
"Sebetulnya sih nggak. Hanya memang tensi darahnya rendah sekali. Makanannya dijaga, ya. Keluarga Mbak nggak ada yang menjenguk?"
"Kami berdua ini mahasiswi KKN, dok. Keluarga kami ada di luar kota."
"Ooh, ya sudah kalau begitu. Untung ada kawannya yang bisa menemani. Obatnya jangan lupa diminum ya."
"Iya, terima kasih ya, dok."
"Tuh, kau dengar baik-baik apa kata dokter, istirahat dan minum obat,".kekeh Theana menggoda.
"Kau ini. Kita tidur saja, Thea. Aku ngantuk sekali."
"Iya."
**
Sementara itu Kezia yang merasa patah hati duduk di sudut sebuah tempat hiburan. Suara musik yang berdentum keras, menemani kegalauan hatinya.
"Kezia?"
"Iya, kamu Baron?"
"Betul. Apa yang bisa saya bantu?"
Kezia menunjuk kursi di hadapannya.
"Duduk."
Pria yang di panggil Baron itu duduk sambil menatap Kezia. Ia tau bahwa Kezia adalah seorang artis sinetron yang saat ini sedang naik daun.
"Kamu menghubungi saya pasti ada sesuatu yang tidak bisa kamu selesaikan dengan cara baik-baik, kan?"
"Betul."
Kezia mengeluarkan ponselnya, dan memperlihatkan foto seseorang pada Baron.
"Aku memiliki dendam pada gadis ini. Pertama- tama tolong buat gadis ini celaka. Kalau bisa mati sekalian!"
"Bayarannya nggak sedikit, kalau begitu. Kamu pasti nggak mau kan kalau namamu ikut terbawa jika polisi sampai mencium siapa pelakunya? Kamu hubungi saya, artinya kamu siap dengan semua biaya dan konsekuensinya."
"Maksudmu?"
"Kamu gadis pintar kan? Apa yang akan saya lakukan ini bertentangan dengan hukum. Jika keluarga korban sampai melapor pada polisi, kemudian diselidiki aku pasti akan dicari. Jika aku sampai tertangkap maka ada dua hal yang akan terjadi. Yang pertama aku diam dan mengatakan bahwa aku berniat merampok korban atau yang kedua aku akan mengatakan bahwa aku dibayar oleh seseorang, yaitu dirimu."
"Aku membayarmu supaya aku jangan sampai terbawa dalam hal ini. Percuma aku membayarmu jika namaku masih terseret, aku ini artis! Dan aku tidak mau karirku sampai hancur!"
"Kalau begitu kau harus menyiapkan bayaran yang sesuai. Dan juga tidak bayaran itu harus uang cas. Supaya tidak ada jejak sama sekali."
"Berapa? Katakan saja, aku akan membayarmu!" kata Kezia.
"100 juta plus kau menemaniku selama tiga malam dikamar hotel. Sekali-sekali aku juga ingin merasakan tubuh molek seorang artis terkenal."
Kezia tersentak kaget, ia melotot ke arah Baron. Kalau hanya seratus juta baginya tidak masalah. Tapi, tiga hari melayani di hotel? Kezia menatap Baron, mengamati lelaki itu dari atas sampai bawah. Baron memang tidak jelek, bahkan tubuhnya cukup berisi dan wajahnya manis. Hanya sayang ada luka memanjang dari pelipis kiri sampai pipi kanannya, mungkin itu bekas perkelahian.
"Tiga hari?"
"Iya, tiga hari. Selama tiga hari tiga malam kau harus berada di kamar hotel bersamaku. Bahkan untuk makan pun kau harus di kamar memesan dari room service. Juga aku tidak mau kamar hotel yang biasa. Harus hotel bintang lima."
Kezia menelan salivanya, namun gadis itu akhirnya mengangguk.
"Baik, aku bersedia. Yang penting kau harus bisa melenyapkan gadis itu."
"Aku akan melakukan tugasku setelah kau melayaniku. Setelah itu kau transfer 50 persen di muka dan sisanya setelah aku berhasil. Jika sampai meleset, kau tidak perlu membayar sisanya."
"Tapi..."
"Ya atau tidak. Kalau ya, sekarang juga kita ke hotel."
"Baiklah, kita berangkat sekarang."
Baron menyeringai puas. Kapan lagi ia mendapat durian runtuh bisa menikmati tubuh artis yang cantik dan mulus seperti Kezia. Mereka pun berjalan menuju keluar.
"Aku membawa mobil sendiri. Kau mengemudi di depan dan langsung cek in kamar hotel. Setelah itu kau bisa meneleponku dan menyebutkan nomor kamar. Ingat hanya mengatakan nomor kamar. Jika kau mengirimkan pesan, aku anggap batal."
Kezia mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobilnya sendiri. Untung saja ia membawa beberapa pakaian ganti di dalam mobilnya untuk keperluan syuting sehingga ia tidak perlu pulang ke apartemennya dan membawa pakaian ganti.
Jika tidak mengingat dendam kesumatnya, ia rela melakukan apa saja. Kezia segera mengemudikan mobilnya ke sebuah hotel berbintang lima di kawasan Gajah Mada. Tak tanggung Kezia mengambil suite room. Ia pun segera masuk ke kamar dan langsung menelepon Baron dan memberitahu nomor kamarnya.
Dengan sedikit berdebar, Kezia menunggu hingga akhirnya bel di pintu kamarnya berbunyi.
"Wah, kau rupanya memilih kamar yang terbaik untuk melayaniku, gadis pintar."
"Asal kau bisa menyelesaikan tugas dengan baik setelah ini."
Baron menyeringai dan langsung membawa Kezia ke atas ranjang dan tanpa menunggu lama dia pun langsung menikmati tubuh Kezia. Kezia yang memang pada dasarnya memang sedikit murahan tak keberatan untuk memuaskan Baron.
**
"Ini sudah hari ke tiga. Aku akan keluar dari hotel ini lebih dulu dan kita ke ATM kau berikan uang lima puluh juta dulu kepadaku, sisanya setelah semua selesai."
"Baik,kau tunggu di tempat parkir.Aku segera menyusul," kata Kezia. Baron pun segera keluar dari kamar, sementara Kezia menyempatkan diri untuk merapikan pakaiannya terlebih dahulu.
Setelah menyelesaikan semua pembayaran, Kezia pun segera menuju ke tempat parkir. Dan ia pun segera menuju ke ATM dan langsung menyerahkan sejumlah uang kepada Baron. Setelah itu mereka pun berpisah. Kezia langsung pulang menuju apartemennya.
"Dari mana aja? Tiga hari menghilang, untung nggak ada jadwal yang penting. Sekarang juga lu ganti baju. Jangan pura-pura lupa ya kalau siang ini ada pemotretan dan sore nanti ada syuting."
Kezia tersenyum sambil mengedipkan mata pada managernya.
"Kan sebelumnya aku sudah bilang ada keperluan mendadak."
"Keperluan ranjang? Liat itu ikan cupang di mana-mana. Ayo sini pake foundation dulu, jangan sampai ya orang liat yang begini. Nggak bagus kekuatannya!"
"Cerewet!" gerutu Kezia.
"Udah cepet nggak pake lama, sini gue bikin ilang dulu semua tanda merah itu. Bikin malu! Inget Key, gue nggak pernah larang lu untuk sama siapa aja. Tapi, inget main aman jangan sampe hamidun kayak tempo hari. Inget, karir lu lagi bagus, paham?!"
Kezia langsung mengangguk, ia memang tidak berani jika managernya itu sudah sedikit meradang dan mulai dengan 'lu-gue'. Itu artinya dia tidak boleh main-main. Selama ini managernya yang ia sapa dengan Ibu Ratu itu sudah banyak membantu dirinya dan membuat karirnya naik. Karena itu Kezia tidak berani macam-macam.
"Jadi, sama siapa, tiga hari?"
"Hanya iseng aja, mantan pacar. Lumayan buat iseng dan ambil duitnya."
"Main aman, kan?"
"Iya."
"Bagus!"
**