webnovel

Inilah keluargaku

Pukul 02.30, kami masih berada dijalan. Sepuluh menit lagi akan sampai dirumah. Cuaca yang tadinya cerah kini terlihat sudah mulai gelap. Angin juga sudah terasa dingin saat menghujam tubuh ini. Kayuhan sepedah Kak Erik semakin dipercepat.

Hanya tinggal lima menit lagi sudah sampai dipertigaan kecil menuju gerbang perumahan. Namun, Kak Erik malah belok kearah kiri. Dimana arah berlawanan dari rumah. Melewati gang-gang kecil di perumahan yang cukup sempit. Kira-kira hanya bisa dilewati dua sepeda montor saja. Meski aku binggung tapi aku tetap diam dengan tenang. Setelah beberapa belokan dan tikungan akhirnya Kak Erik berhenti disalah satu pohon yang rindang. Benar, ini adalah taman Kota yang cukup jauh dari rumah. Jarang sekali Kak Erik mengajak ku kemari. Karena dia termasuk orang yang tidak suka kluyuran tanpa ada kepentingan.

Pepohonan besar tertanam sejajar disepanjang jalan masuk. Bunga mawar merah dan putih yang pertama kali kita lihat saat akan masuk ke taman. Saat kita telah masuk kedalam, danau cukup besar membentang didepan mata. Pagar pembatas mengelilinginya dengan cat berwarna-warni. Ari mancur cukup besar berada ditengahnya. Semakin kita masuk kedalam, kita akan melihat taman bermain kecil berada disebelah Selatan. Dan taman bunga berada di sebelah Utara. Berbagai jenis bunga menghiasinya. Disetiap petakan kecil terdapat ratusan tangkai bunga. Jika dihitung ada sekitar 30 petak kecil untuk menanami satu jenis bunga. Bisa kita bayangkan betapa romantisnya tempat itu. Setiap hari ada ratusan pasangan belum menikah dan yang sudah berkeluarga akan datang ketempat ini. Ada yang sekedar menikmati suasana, bermain bersama keluarga atau bermesraan.

Aku baru sadar tangan Kak Erik sudah mengait dijariku sedari kami baru masuk. Kak Erik hanya diam, sepertinya dia sudah tahu akan pergi kemana. Kami mengarah diujung Timur taman. Dimana disana ada lorong yang cukup panjang. Meski lorong itu terbuat dari besi yang cukup besar dan kokoh. Namun sama sekali tidak memiliki celah. Tumbuhan merambat dan melilit disetiap besi. Cukup rimbun, bahkan cahaya sulit untuk masuk. Lentera-lentera kecil berjajar dibawah lorong. Bangku-bangku berukuran sedang juga terlihat berjajar dengan jangkauan yang cukup jauh. Sangat indah dan romantis.

"Kita duduk disana saja Sya?" Kak Erik menunjuk kearah bangku kosong yang cukup jauh.

Aku hanya mengangguk untuk menyetujuinya. Dengan lembut Ia mengarahkan tubuhku dan mendudukkannya di bangku itu.

"Isya, Kakak ada kejutan buat kamu," tersenyum sembari merogoh saku kirinya.

"Apa Kak?" Tanyaku dengan antusias.

Kotak kaca kecil berbentuk coklat ia keluarkan dari sakunya. Senyum kecil penuh kehangatan terlihat diwajahnya.

"Selamat ulang tahun aku ucapkan, selamat panjang umur dan bahagia. Happy birthday bidadari kecilku."

Aku sangat terkejut dengan lagu yang baru saja Kak Erik nyanyikan. Iya, ternyata ini adalah hari ulang tahunku. Aku bahkan bisa melupakannya. Air mata kebahagiaan sudah tidak bisa aku tahan. Ia keluar dengan cepat dan membasahi pipiku. Aku sama sekali tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kak Erik membuka kotak kaca itu. Dan aku lebih terkejut lagi didalamnya ada sebuah kalung emas putih dengan permata kecil berwarna hijau yang mengkilap.

Itu adalah kalung yang sudah lama aku incar berbulan-bulan. Untuk mendapatkannya aku menyisihkan uang saku yang diberikan Mamah. Aku tidak menyangka jika Kak Erik akan memberikannya dihari ulang tahunku ini.

"Terima kasih Kak," aku peluk Kak Erik dengan kencang sampai ia sedikit memberontak.

"Iya, ngomong-ngomong Kakak udah nggak bisa nafas,"

Dengan cepat aku langsung melepaskannya. Karena terbawa suasana aku sampai lupa jika mendung sudah menutup semua cahaya di langit. Satu jam lebih kita berada ditaman. Karena gerimis sudah mulai turun kami memutuskan untuk segera pulang. Ditengah perjalanan gerimis sudah digantikan hujan yang lumayan lebat. Meski tidak ada petir tapi angin cukup kencang. Dan Angin malah berlawanan dengan arah laju sepedah kami. Alhasil, Kak Erik harus dengan tenaga ekstra untuk mengayuhnya. Meski aku tidak tega, namun mau gimana lagi. Jika aku minta turun, dan meminta untuk mendorong sepedahnya bersama, pasti Kak Erik akan menolak.

Sesampainya dirumah terlihat ada tamu yang baru saja akan pergi. Mobil hitam keluaran terbaru terlihat baru saja keluar dari gerbang. Meski aku tidak melihat siapa saja yang ada di dalam. Namun, bisa aku pastikan jika mobil itu milik Tante Irma.

Pantas Kak Erik mengalihkan ku ketempat lain. Pasti dia tidak ingin aku berpapasan dengan Tante Irma. Dia adalah salah satu adik Papah. Jika sampai dia bertemu dengan aku pasti mulutnya akan mengeluarkan kata-kata berbisa. Tentu saja Kak Erik tidak ingin jika aku mendengar ucapannya yang sangat tajam.

Dengan baju yang basah kuyup aku membuka pintu dengan perlahan. Kak Erik berjalan pelan dibelakang ku."Selamat ulang tahun kami ucapkan, selamat panjang umur dan bahagia." Aku kembali dikejutkan oleh Mamah dan Papah. Balon berwarna hijau, ungu, dan putih memenuhi lantai dan langit-langit rumah. Seketika senyumku merekah dengan lebar. Perayaan kecil ini sudah lebih dari cukup bagiku. Mamah dan Papah berada ditengah ruangan yang dipenuhi balon. Dengan membawa kue ulang tahun berukuran sedang. Mereka tersenyum lembut dan hangat kearahku.

"Terima kasih. Mamah, Papah, Kak Erik ini adalah ulang tahun terbaik dalam hidupku." Ujarku dalam hati.

"Ayo, tiup lilinnya dan kita serbu kuenya," Ujar Kak Erik sembari mendorong tubuhku yang masih mematung didepan pintu untuk masuk kedalam rumah.

"Mamah udah siapin semua makanan kesukaan kamu," Ujar Mamah sembari mengusap lembut kepalaku.

"Kamu mandi dulu Sya nanti masuk angin. Kamu juga Rik. Setalah itu baru kita rayakan, oke?" Ujar Papah sembari menyatukan kedua tangannya membentuk hati.

Malam itu kami sekeluarga merayakan hari kelahiranku. Keluarga kecil ini sudah memberikanku kehangatan dan keamanan. Kebahagiaan yang ingin aku hadirkan dalam hidupku untuk selamanya.