webnovel

Difraksi Fragmen

Tác giả: MattLain
Kỳ huyễn
Đang thực hiện · 124.2K Lượt xem
  • 276 ch
    Nội dung
  • 5.0
    18 số lượng người đọc
  • NO.200+
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Edwin Albern, bocah berusia tujuh tahun dipaksa oleh keluarganya berkeliling dunia hanya untuk melihat sisi gelap dari kehidupan manusia. Dunia yang dia tinggali ternyata lebih busuk dari pada yang dia kira, tempat di mana martabat manusia dan nilai kehidupan tidak dapat ditentukan. Kebahagiaan yang dia lihat selama ini seolah-olah hanya kebohongan yang dipamerkan. Pembunuhan, pembantaian, perbudakan dan kekejaman lainnya telah bocah itu saksikan dengan kedua matanya sendiri. Tidak ada tempat aman! Hak asasi manusia tidak lebih dari catatan yang kapan saja bisa diabaikan. Setiap kota yang dia kunjungi selalu ada manusia yang melakukan kejahatan semudah bernapas. Sejak berusia lima tahun dia sudah mengetahui bahwa keluarganya adalah mafia, mereka tidak lebih dari sekelompok penjahat. Karena Edwin yang kecil dan polos dipenuhi idealisme keadilan membuatnya menjaga jarak dengan keluarganya. Bahkan kematian orang tuanya beberapa bulan setelah dia mengetahui pekerjaan mereka tidak sedikit pun menyentuh hatinya. Tapi pandangan hidupnya berubah setelah upacara pemakaman. Kakaknya, anggota keluarganya yang tersisa menceritakan segala hal tentang keluarganya. Mereka mungkin dikenal sebagai mafia, tapi kenyataannya yang mereka lakukan adalah berbeda. Mereka melakukan pekerjaan demi melindungi tempat mereka. Sepotong kebohongan terungkap, tentang dua orang yang bermain peran bahkan rela menipu putranya sendiri. Setelah perjalanannya selesai, bocah kecil itu membuat keputusan, bahwa sekarang adalah gilirannya bermain peran.

Thẻ
7 thẻ
Chapter 1Tugas Khusus dari Ketua Mafia

Prolog

Akhir musim semi tahun 748 dalam penanggalan kalender Krieg Heilig.

Di lantai dua sebuah mansion, seorang perempuan tengah menikmati makan malamnya. Dia menyantap hidangan itu tepat di beranda lantai dua, bermaksud menikmati makanan sambil menatap bulan penuh yang bersinar malam itu.

Perempuan itu berusia dua puluhan, tidak diragukan lagi dia memiliki kecantikan yang tidak biasa. Wajahnya adalah keindahan wanita dewasa dengan kulit putih yang memantulkan cahaya bulan. Rambut hitamnya menjuntai ke bawah dengan garis lurus yang indah, bahkan kegelapan malam akan kalah dengan kilauan hitamnya.

Dia mengenakan gaun merah yang sangat serasi dengan proporsi tubuhnya. Jika dilihat secara keseluruhan, maka perempuan itu sangat cocok untuk menyandang gelar ratu.

Perempuan itu memegang garpu dan pisau di tangannya, gerakannya sangat elegan saat dia memasukkan makanan ke dalam mulutnya, menandakan kalau dia memiliki pendidikan yang baik soal etiket di meja makan.

Ada seseorang di dekatnya, seorang perempuan lain yang seusia gadis sekolah menengah sedang berdiri dengan sikap seperti pelayan yang menunggu perintah.

Dia baru saja masuk ke ruangan itu setelah diantar oleh seorang pelayan, dan tidak menyangka bahwa orang yang akan dia temui sedang menikmati waktu makan malamnya.

Jika dia dapat masuk ke ruangan itu berarti dia telah diizinkan oleh perempuan itu. Meski begitu, gadis itu tetap merasa canggung. Dia lebih kelihatan takut daripada khawatir. Saat ini pikirannya sedang bekerja keras untuk dapat menahan kesadarannya agar tetap tenang.

Perempuan yang sedang duduk di meja makan meletakkan garpu dan pisaunya. Dia mengambil gelas flute berisi wine putih, kemudian menyesap wine itu secara perlahan.

Setelah selesai, dia meletakkan gelasnya di meja dan menoleh ke arah gadis yang berdiri.

"Rin, aku punya tugas khusus untukmu."

Gadis itu, yang dipanggil Rin, mendengarkan kata-kata perempuan itu dengan hati-hati. Dia mengubah sikap tubuhnya lebih santai dan langsung menjawab dengan sopan.

"Saya bersedia mendengarkan perintah Anda, Milady."

Perempuan yang sedang duduk lantas mengubah posisi tubuhnya. Dia menghadap ke arah bulan lalu memandanginya, atau lebih tepatnya, dia melayangkan pandangannya ke arah kejauhan, seperti hendak menjangkau seseorang.

"Aku menginginkan perubahan pada seseorang. Aku ingin kehidupan orang itu mulai sekarang akan sedikit menderita. Aku akan menjauhkan dia dari keadaan nyaman yang selama ini dia pertahankan. Aku perintahkan kamu untuk mendiskusikan masalah ini dengan putra Keluarga Wimsey dan putri Keluarga Witchell. Tapi, saat kamu memberi tahu mereka, buatlah agar dirimu menjelaskan hanya dalam batas yang perlu mereka ketahui."

Rin mendengarkan tanpa melewatkan satu pun kata-kata dari perempuan itu. Dia kagum pada suara yang sudah sering didengarnya dari perempuan itu. Itu adalah suara yang memberi kesan berwibawa, dan akan membuat seseorang secara tidak sadar menaruh rasa hormat pada orang yang mengucapkannya.

Tapi dia cukup terkejut dengan dua orang yang disebutkan, mereka adalah anggota keluarga yang akan menjadi penerus dari Great Noble House. Great Noble atau Bangsawan Agung adalah orang yang memimpin tiap distrik yang ada di Wilayah Torch.

Dengan kata lain, mereka memiliki kedudukan sosial yang sangat tinggi di negaranya. Begitu mengetahuinya, gadis itu langsung menganggap kalau masalah kali ini tidak bisa dianggap remeh, bahkan perempuan itu menyebutnya sebagai tugas khusus.

Tidak ingin terjadi kesalahan, Rin mencoba menanyakan sesuatu.

"Mohon maaf karena harus menanyakan ini, Milady. Apakah kita memang harus bekerja sama dengan dua anggota keluarga Great Noble?"

Rin merasa perlu melakukan konfirmasi dengan bertanya ulang, dengan maksud mengetahui apakah memang dibutuhkan keterlibatan dari anggota keluarga Great Noble.

Perempuan itu menoleh ke arah Rin, kemudian tersenyum padanya.

"Kita memerlukan bantuan mereka untuk menyudutkan orang itu. Kita tidak akan bisa mengalahkannya jika kita hanya bertindak sendiri. Jujur saja, aku sendiri merasa tidak sanggup jika harus menghadapinya sendirian. Tapi, jika mereka berdua menolak untuk membantu, kamu tidak perlu bertindak terlalu jauh untuk memaksa mereka. Hal itu tidak akan mempengaruhi kedudukan keluarga mereka, karena aku meminta bantuan mereka secara pribadi, bukan sebagai pewaris dari House of Albern."

Rin telah memahami sedikit detailnya. Dia juga yakin bahwa dua orang yang disebutkan tidak mungkin menolak permintaan Keluarga Albern, meskipun itu bukan permintaan yang diajukan secara resmi.

"Saya mengerti, Milady."

Rin menundukkan kepalanya dengan sopan, menandakan bahwa dia mengerti. Dia menerima tanpa bertanya lebih jauh.

Sudah jadi kewajibannya untuk melakukan semua perintah dari perempuan itu. Lagi pula, dalam pikirannya saat ini, dia hanya ingin segera meninggalkan ruangan itu.

"Ingat, Rin. Tugas ini sangat penting, aku ingin kamu merahasiakannya. Dan aku akan sibuk setiap akhir pekan, jadi aku tidak bisa mengawasi orang itu ...."

Perempuan itu mendesah lelah seakan kecewa pada sesuatu, lalu dia melanjutkan.

"... Minggu lalu, dia hanya menghabiskan waktunya dengan mengunci diri di kamarnya. Dia sangat menikmati waktu luangnya, dasar adik bodoh itu! Oleh karena itu, aku punya ide untuk membuatnya sedikit menderita. Dia pastinya tidak akan pernah menyangka, kehidupan sehari-harinya yang damai akan berubah mulai besok."

Rin memperhatikan bahwa perempuan itu membuat seringai yang menyeramkan. Itu membuatnya takut, rasa dingin perlahan merambat di punggungnya.

Sudah waktunya mundur. Jika tidak, Rin merasa akan gawat jika dia terus berada di ruangan itu, jadi dia segera berpamitan dengan sopan.

"Jika itu adalah keinginan Anda, maka saya akan berusaha keras untuk melaksanakannya. Saya akan mendatangi kediaman Keluarga Wimsey dan Witchell secepatnya. Kalau begitu, saya permisi, Milady. Saya tidak ingin mengganggu waktu makan malam Anda lebih lama lagi."

"Ya, aku mengharapkan kerja kerasmu. Aku akan menyampaikan detail tugasnya besok."

Rin membungkukkan badannya dengan sopan sebelum dia berbalik dan meninggalkan beranda lantai dua.

***

Rin berjalan di koridor mansion yang berada di lantai satu. Koridor itu langsung mengarah ke pintu keluar mansion.

Wajahnya menampilkan ekspresi lega karena bisa keluar dari ruangan tadi. Dia bisa merasakan bahwa sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.

Dia mengingat kejadian sore tadi, saat seorang pelayan dari perempuan itu datang ke apartemennya untuk memberikan pesan kalau dia diperintahkan untuk datang langsung ke mansion ini. Itu adalah kasus yang jarang sekali terjadi, dan pertama kalinya bagi Rin untuk mendapatkan panggilan mendadak seperti itu.

Rin hanya pernah bertemu dengan perempuan itu dalam beberapa kesempatan. Biasanya perintah dari perempuan itu akan disampaikan terlebih dahulu kepada atasannya, baru setelah itu atasannya akan meneruskan perintah itu kepada Rin.

Tapi Rin mengakui dengan jujur, jika ada kesempatan untuk menolak bertemu perempuan itu maka dia akan mengambilnya tanpa berpikir dua kali. Dia merasa tidak sanggup berhadapan langsung dengannya.

Bukan berarti Rin membenci perempuan itu, dia hanya berusaha menghindarinya, agar tidak melakukan kesalahan di depannya.

Setelah pelayan itu pergi dari apartemennya, Rin berpikir keras tentang alasan pemanggilannya. Dia tidak punya petunjuk sama sekali, tapi dia berhasil menebak dua alasan yang paling mungkin terjadi berdasarkan pengetahuannya selama bekerja sebagai bawahan perempuan itu.

Alasan pertama adalah untuk memberikannya tugas. Dan alasan lainnya adalah bahwa dia mungkin telah melakukan kesalahan yang tidak disadarinya.

Awalnya, sebelum datang ke mansion, dia sudah bersiap jika dugaannya yang paling buruk terjadi. Rin sangat takut dan tubuhnya tegang karena gugup, tapi dia membawa paksa dirinya untuk datang memenuhi panggilan perempuan itu.

Setelah perempuan itu mengatakan tujuan memanggilnya, dia menjadi tenang. Ketegangan di tubuhnya menghilang saat itu juga, dan dia akhirnya bisa bersikap lebih santai.

Rin sungguh bersyukur bahwa alasannya dipanggil bukan karena melakukan kesalahan. Jika dia benar-benar melakukan kesalahan yang membuat perempuan itu tidak senang, meski itu hanya sedikit, dia sudah pasti akan menerima hukuman mati.

Dia seharusnya sudah bisa merasa lega sekarang, tetapi−

"Tugas yang diberikan Lady Lisa tadi, sudah jelas ada hubungannya dengan orang itu ...."

Bayangan seseorang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Rin menghela napas, pikirannya tidak bisa lepas dari kata-kata perempuan itu.

Dia diberikan sebuah tugas, yang bahkan tuannya, Lisa Albern, tidak sanggup melakukannya sendirian. Seharusnya, tugas yang diberikan langsung oleh orang yang menduduki kasta tertinggi dalam Keluarga Mafia Albern merupakan tanggung jawab yang berat.

Tapi, setelah Rin mengetahui bahwa tugas itu melibatkan seseorang, dia malah menjadi berseri-seri bahagia. Dan dia tidak sengaja tersenyum saat berjalan keluar dari mansion.

***

Bạn cũng có thể thích

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
89 Chs
Mục lục
Âm lượng 1 :Orders of Precedence in the Torch City
Âm lượng 2 :Summer Exams
Âm lượng 3 :Torch City Royal Family