webnovel

My Vampire Hubby || (BTS)

Tác giả: jmnchrstn
Người nổi tiếng
Đang thực hiện · 161.7K Lượt xem
  • 26 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • NO.200+
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

"tidak mungkin..." Sosok itu menyeramkan, itu mengapa ketampanannya memabukkan siapapun yang memandangnya. Aku berada ditengah-tengah kelompok makhluk yang ku fikir hanya berada di film hollywood saja. Karena dia, hidupku terancam dalam keabadian. Apa yang harus ku lakukan *brb menangis* ???

Chapter 1Intro : Magic Shop

Memiliki sebuah coffee shop dengan dekorasi yang unik dan juga ramai pasti menjadi salah satu harapan banyak orang masa kini. Tidak hanya keuntungan tinggi yang didapat namun rasa bangga diri karena sukses membuat orang-orang memiliki kenyamanan untuk sekedar bersantai, mengobrol dengan sesama teman atau rekan kerja maupun menghabiskan waktu bersama kesendirian.

Semburat merah yang sudah sedari tadi muncul di kedua pipi merona perempuan dengan balutan seragam berwarna hitam-hitam semakij kentara karena udara yang sangat dingin.

Sialnya heater di coffee shop tempat ia bekerja dan bermimpi memiliki sebuah kafe yang jauh lebih keren dari ini tidak berjalan dengan baik sehingga beberapa kali ia harus kena omelan dan cibiran dari para pengunjung.

Coffee shop bernama Magic Shop ini memanglah jadi tempat favorit para orang yang berlalu lalang disepanjang jalan Myeondong. Rasa kopi yang sangat khas mampu membuat siapapun kembali ke kafe ini untuk menyesap pahit manisnya kopi di Magic Shop.

Walaupun Hye Jin sering kelelahan namun ia boleh akui, ia sangat ingin memiliki kafe serupa namun Hye Jin bukanlah perempuan yang berasal dari keluarga yang kaya raya sehingga ia tahu diri untuk berjuang terlebih dahulu sebelum memiliki bisnis sendiri.

Hye Jin memulai pekerjaannya sebagai staf di kafe ini mulai dari saat dia sekolah menengah akhir dan sudah diperbolehkan untuk bekerja part time.

Setelah ia lulus dari sekolahnya, ia tidak dapat melanjutkan kuliah karena kedua orang tuanya meninggal. Ia tidak ingin mengingat kejadian tragis itu. Ia ingin mengubur dalam-dalam kenangan pahit dan hanya ingin mengenang bahwa dirinya beruntung memiliki kedua orang tua yang sangat hebat seperti mereka.

Namun, walaupun ia sudah bekerja lebih dari 8 tahun, ia memang tidak akan mendapatkan jabatan lebih karena Magic Shop tidak memiliki jenjang karir. Yang membuat perempuan cantik ini bertahan karena gaji yang ia dapatkan selalu naik pertahunnya. Sangat jarang bagi pekerja kafe yang mendapatkan waktu kerja full time dengan gaji pasti naik setiap tahun walaupun tanggung jawabnya tidak akan berubah.

Hye Jin tdak peduli hal itu. Yang ia butuhkan adalah menabung agar dapat membuka coffee shopnya sendiri dengan hasil jeripayahnya.

Hye Jin hanya perlu bersabar dengan kondisi ramai dan juga permintaan customer yang menyebalkan. Tidak jarang Hye Jin harus menegur customer yang sudah 5 jam tidak pergi walaupun ia hanya membeli satu coffee. Ia harus melakukan itu karena waiting list yang menumpuk.

Beberapa kali Hye Jin harus menahan emosi lantaran customer memarahinya dan meminta bertemu dengan manager kafe. Ia atau para partner kerjanya akan beralasan apapun karena pasalnya manager yang merangkap menjadi owner di Magic Shop tidak pernah memunculkan dirinya barang satu hari pun.

Ia hanya menaruh seseorang yang sangat ia percaya yang bernama Taehyung. Seorang lelaki yang sangat amat tampan. Dia juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak pengunjung yang rela datang.

Taehyung orang yang sangat baik. Ia selalu menyemangati teman-teman sesama pekerja termasuk Hye Jin. Taehyung tidak pernah lelah dengan pekerjaan ini, walaupun ia tidak memiliki jabatan hebat selain barista tapi Hye Jin yakin pasti gajinya sangat tinggi karena ia sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun di Magic Shop.

Terkadang Hyei Jin penasaran dengan owner atau bosnya ini tapi Taehyung mewanti-wanti untuk tidak perlu mengetahui apapun tentang bosnya. Karena sang owner meminta identitasnya di rahasiakan hingga ia siap untuk terjun langsung. Walaupun Hye Jin yakin ia adalah seorang pemalas yang memiliki harta banyak sehingga dengan hebat bisa menggaji para pekerjanya dan juga membangun Magic Shop menjadi coffee shop yang paling keren dengan segala macam dekorasi.

Diotak Hye Jin, sang owner pasti memiliki tubuh gendut karena jarang berolahraga dan selalu makan. Pasti ia berkacamata karena selalu bermain video game, bekerja lewat komputer dan mungkin rambutnya botak karena terlalu banyak berfikir bagaimana membuat bisnisnya sukses tanpa ia harus terjun langsung.

Memikirkannya saja Hye Jin bergidik. Ia bersyukur jika benar sang owner seperti itu memang hal yang tepat jika Hye Jin tidak pernah bertemu.

Taehyung memberikan dua gelas es kopi untuk dua orang perempuan yang tersenyum kegirangan setelah mendapatkan senyuman manis darinya.

"hari sabtu memang selalu menjadi hari favoritku, Hye Jin", ujarnya sembari mengambil satu cup baru karena hendak membuatkan pesanan lain.

Hye Jin hanya memutar bola matanya, "ya ya ya maka kencanilah salah satu dari mereka", ucap Hye Jin asal.

"haha tidak mungkin. Aku tidak suka terikat oleh perempuan yang mainstream seperti itu. Aku ingin seorang perempuan yang acuh padaku sehingga aku akan mengejarnya".

Hye Jin menghampiri Taehyung dan melihat wajahnya dari dekat, "dengan wajahmu yang sangat sempurna seperti ini? hahaha mana mungkin", tawanya, "kalau di Korea ini ingin terlihat tampan hingga operasi plastik, kurasa diam-diam kau ingin memperjelek wajahmu agar kau tidak digemari ya?", goda Hye Jin sembari berlalu dan mengambil satu kantung penuh biji kopi.

Hoseok dengan cekatan merebut kantung dari tangan Hye Jin, "Hye Jin, kau harus meminta Tae untuk mengangkat hal berat seperti ini", protesnya.

"Aku tidak ingin membuat pangeran tampan kita kelelahan nanti kalau Tae Oppa keringatan, bisa bisa perempuan diluar sana menjebol pintu hanya untuk melihat Tae Oppa melap keringatnya".

Tawa Hoseok dan Hye Jin memenuhi bar, Hye Jin sukses menggoda Taehyung yang sekarang merasa ingin memiting leher Hye Jin kalau saja Magic Shop satu kali saja sepi.

"kalian itu kenapa sih selalu tidak percaya bahwa bukan diriku yang menginginkan wajah sempurna seperti ini".

Hoseok melirik Hye Jin dengan tatapan mual dan dibalas dengan tawa Hye Jin.

Taehyung menyelesaikan sentuhan terakhir untuk cup take awaynya yaitu tulisan tangannya yang indah, ia menulis nama sang pemesan. Setelah selesai ia menyempatkan untuk mencubit pipi Hye Jin yang sedang menerima pesanan seorang lelaki tampan.

Hye Jin melempar tatapan kesal karena lelaki yang tadinya tersenyum sembari menyebutkan pesanannya berubah menjadi diam karena melihat perlakuan Taehyung terhadap Hye Jin.

.

.

.

Akhirnya jam 7 malampun datang. Walaupun ramai pengunjung, Magic Shop hanya terbuka hingga jam 7 malam saja. Setelah itu mereka harus menutup kafe dan membereskan semua hal termasuk perhitungan penjualan hari itu dan juga berberes.

Jam 9 malam mereka semua menyelesaikan pekerjaan dengan mengunci seluruh kafe.

Hye Jin menghela nafas lega. Akhirnya dia dapat pulang. Hye Jin meregangkan tubuhnya.

"Taehyung oppa, bagaimana kalau kita makan malam?", ajak Hye Jin lalu ia menatap Hoseok.

Taehyung meletakkan kedua tangannya pada pundak Hye Jin lalu ia menatap perempuan yang otomatis memasang wajah sebal karena ia tahu apa yang ingin Taehyung katakan.

"Jangan berusaha untuk merayuku atau Hoseok Hyung. Kau tahu kami tidak bisa menghabiskan waktu sehabis kerja karena ....",

"karena kalian harus mencari wanita kesepian atau kalian harus membasmi kekosongan hati kalian di club saat sabtu malam dan aku harus tidur karena besok adalah hari minggu dan itu pasti melelahkan", perkataan Taehyung sudah Hye Jin hafal karena walaupun mereka sudah berteman selama bertahun-tahun di Magic Shop tetapi Taehyung tidak pernah mau atau mengajak Hye Jin untuk pergi minum maupun semacamnya.

Hoseok sebetulnya merasa tidak enak. Walaupun ia belum ada satu tahun bekerja di kafe dan menjadi teman Hye Jin tapi hatinya memang lembut namun ia pun tidak bisa membantah apa kata dongsaengnya itu. Dan ia setuju karena memang mereka tidak bisa menemani Hye Jin saat malam hari.

Taehyung tersenyum mendengar Hye Jin yang selalu menghafal alasannya. Ia melepaskan tangannya dari pundak Hye Jin.

"kalau begitu kami pergi dahulu. Jalljayeo Hye Jin-ah", Taehyung mengacak pucuk kepala Hye Jin sebelum ia pergi menuju mobil hitamnya.

Hoseok mengajak Hye Jin untuk high five dan ia dengan langkah besar-besar menyusul Taehyung. Hye Jin menghempaskan nafasnya.

Hye Jin kembali bersama beberapa temannya. Mereka tersenyum ke arah Hye Jin.

"sudahlah Hye, Taehyung Oppa dan Hoseok Oppa memang tidak begitu nyambung dengan kita makanya mereka tidak pernah bergabung", ujar Sa Ra, perempuan berambut panjang yang diam-diam memiliki perasaan terhadap Taehyung namun tidak pernah direspon.

"yasudahlah. Jadi mau makan dimana kita?".

.

.

.

"Tae, kau sangat tidak memiliki perasaan ya", Hoseok masih merasa tidak enak karena selalu menolak ajakan Hye Jin ataupun teman kerjanya yang lain.

"ini demi kebaikan semuanya Hyung", manik Tae yang sekarang terlihat lebih terang tetap tidak terlepas dari jalan yang lumayan macet karena sabtu malam ini.

"kau bekerja 10 tahun lebih dan kau tidak pernah pergi bersama mereka, woah".

Jika Tae ingat memang sungguh keterlaluan dirinya namun Ia tidak suka berada ditengah-tengah manusia saat malam hari sehingga ia memilih untuk pulang atau berkumpul bersama Hoseok dan yang lain termasuk sang owner Magic Shop.

"kau harus tega jika kau ingin aman", ujarnya sembari menarik sudut bibirnya. Sebenarnya juga ia tidak suka melihat wajah lesu Hye Jin yang selalu ditolak oleh dirinya namun hebatnya perempuan itu, ia tidak pernah menyerah untuk membuat Taehyung berubah fikiran.

"apa mungkin Hye Jin menyukaimu?".

Manik Taehyung akhirnya melirik Hoseok dengan tatapan menusuk, "Hyung!!! jangan bergurau macam manusia membosankan", racaunya kesal karena Hoseok semakin bicara melantur.

"baiklah-baiklah. Aku akan pura-pura tidur saja kalau begitu", Hoseok membalikkan badannya dan mengubah posisi kursinya menjadi tiduran.

.

.

.

Setelah kenyang BBQ, Lee Hye Jin, Kim Sa Ra, Park Bo Young dan juga Soo Jin memutuskan untuk pergi kesalah satu club. Walaupun mereka tidak memiliki hari libur di weekend tapi mereka tidak ingin menyia-nyiakan hari dimana lelaki tampan akan rela mengejar dirinya ataupun mengajak mereka berkencan.

Terutama Soo Jin dan Sa Ra yang sangat menyukai berkencan dengan lelaki yang berbeda. Memainkan fantasi yang berbeda dengan lelaki yang berbeda pula. Hye Jin dan dan Bo Young hanya senang dengan euphoria malam minggu di club.

Kaki mereka melangkah ke dalam hiruk pikuk musik dan lampu tembak yang kadang membuat Hye Jin kesal tapi itu bukan hal yang membuat niatnya surut untuk pergi ke club.

Namun entah ini hanya perasaan Hye Jin saja atau ia salah. Club Monocrome langganan ia dan teman-temannya melampiaskan perasaan mereka terasa lebih sepi dari biasanya.

Ia ingat saat penjaga dipintu masuk berkata bahwa hari ini hanya orang tertentu saja yang boleh masuk. Namun karena penjaga itu kenal baik dengan Soo jin, ia mempersilahkan mereka masuk dengan syarat mereka hanya bisa duduk diarea bar saja.

"mungkin saja seorang kaya raya sedang menyewa tempat ini?", ujar Bo Young ditengah suara musik yang kencang.

"kalau dia pria tampan, aku ingin bersama dengannya", tambah Sa Ra sembari tertawa. Ia memang selalu paling utama jika menyangkut lelaki tampan dan tajir.

Hye Jin duduk dibangku tinggi dan memesan minuman favoritenya yaitu cocktail dengan tambahan strawberry.

Ia tidak terlalu suka minuman alkohol seperti temannya yang lain.

Walaupun terasa lebih lenggang dari biasanya tapi deru beat musik tidak berubah. Bo Young tiba-tiba pergi dan berkata ingin menerima telfon dari Ayahnya. Ia memang terlihat seperti anak kecil walaupun umurnya diatas satu tahun lebih tua dari Hye Jin. Mungkin itu yang membuat Ayahnya tetap mengkhawatirkannya.

Sedangkan Sa Ra dan Soo Jin menghilang entah kemana bersama minuman alkohol ditangannya. Hye Jin mengingat perkataan bahwa mereka hanya diperbolehkan untuk duduk di area bar saja. Sehingga ia malas untuk beranjak dari kursinya.

"Hye Jin, maafkan aku tidak bisa menemanimu. Appaku marah karena Eomma belum pulang hingga selarut ini jadi kurasa aku harus mencarinya bersama Appa", Bo Young sangat merasa tidak enak karena tidak dapat menemani Hye Jin kali ini.

Hye Jin dan Bo Young memang selalu berdua jika berada di club karena hanya mereka yang tidak terlalu menyukai dansa.

Hye Jin membalas tatapan Bo Young dengan senyum, "tak apa. pergilah. Aku masih ingin disini menghabiskan minumanku dulu".

"kau baik-baik saja sendirian?", rasa khawatir Bo Young hinggap saat melihat Hye Jin duduk sendirian begini.

"iya aku tak apa. Sudahlah pergi nanti Appamu bisa meledak jika kau tidak muncul-muncul".

Bo Young sangat bersyukur bahwa yang berbicara dengannya ada Lee Hye Jin. Karena kalau itu Sa Ra atau Soo Jin, mereka tidak akan mudah mengerti seperti Hye Jin.

Hye Jin akan menikmati cocktailnya lalu pergi dari tempat ini. Menunggu Soo Jin dan Sa Ra hanya akan membuatnya duduk bodoh sendirian. Namun tiba-tiba nafasnya seperti terhenti saat melihat sosok yang baru saja duduk disampingnya.

Manik berwarna dingin itu, mungkin itu kontak lens berwarna biru atau hijau, melirik Hye Jin dari sudut matanya.

Hye Jin hanya terpukau melihat sosok lelaki tampan itu memutar badannya ke arahnya.

"hai ...", sapanya dengan senyum memikat dan debaran jantung Hye Jin memompa desiran darahnya terlalu cepat.

*

*

*

*

*

> To Be Continued <

Bạn cũng có thể thích