webnovel

Great Seducer

Tác giả: bbyo_nim
Người nổi tiếng
Đang thực hiện · 7.2K Lượt xem
  • 2 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • N/A
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Betapa sialnya diri seorang Jihoon yang polos dan anti disentuh harus berhadapan dengan si Soonyoung yang gila akan sentuhan dan mesumnya tak tertolong. ❝ YAK, jangan menyentuh tanganku! ❞ ❝ Sombong sekali, sih. Padahal sentuhanku mengenakan. ❞ Ketika si penggoda menemukan gadis yang tak suka di goda. Cast : Soonyoung!K 、Jihoon!L。 Genre : School 、Love hate。 Rating : 16+

Thẻ
2 thẻ
Chapter 1ɪ. ᴘᴇɴɢɢᴀɴɢɢᴜ ʏᴀɴɢ ᴀɴᴇʜ

Jihoon pov

"Lihat lihat! Dia kenapa?"

"Astaga wajahnya aneh sekali.."

"Aku tak pernah lihat dia makan makanan lain selain bekalnya. Ia semiskin itu?"

"Ku dengar dia justru anak orang kaya. Apa dia sesombong itu sampai tak mau makan makanan kantin?"

Sial..

DIAM KALIAN SEMUA!!

Kalian sama sekali tak tahu apa apa tentang diriku jadi, tak bisakah kalian diam dan berpura pura bahwa aku tak ada?

Apakah orang tua kalian membiayai hidup kalian hanya untuk melihat kalian menggosipi masalah orang lain? Cih, memikirkannya membuatku merasa kasihan pada orang tua kalian.

Dan kasihan pada diriku yang hanya sanggup mengatakan hal ini depan cermin kamar mandi. Aku benar benar pengecut!

Sebenarnya tak sepenuhnya pengecut. Ini tahun pertamaku di SMA Pledis dan masih banyak nama serta wajah yang tak ku kenal. Aku tentu merasa malu dan canggung jika tiba tiba aku menegur mereka yang menggosipiku. Belum lagi aku ini masih adik kelas.

Aku kembali menatap wajahku di cermin kamar mandi dengan tatapan nanar.. Hah~~ kapan bengkaknya akan mereda?

Ah, tidak tidak! Jangan bayangkan kalau ayahku adalah orang yang jahat dan selalu memukuliku setiap malam.

Ayahku adalah seorang pekerja keras sekaligus orang terpintar yang pernah ada. Di usianya yang tak lagi muda ia masih saja bekerja keras padahal teman seusianya sudah menimang cucu dan bahkan sudah banyak yang sekarat-maafkan kata kata kasarku.

Menimang cucu? Iya orang tuaku memang sedikit terlambat dalam membawaku bernafas didunia.

Lalu kalau begitu kenapa wajahku bisa bengkak?

"Syndrome nefrotic. Semacam kebocoran pada saringan ginjal yang mengakibatkan ginjal tidak bisa bekerja dengan normal. Jihoon tak akan bisa makan makanan layakanya orang pada umumnya dan ia juga tidak boleh sampai kelelahan. Kalian harus benar benar menjagannya."

"Lalu bagaimana dengan bengkak ditubuhnya, dokter."

"Tenang, itu bisa diatasi. Itu karena cairan berlebih yang ada didalam tubuhnya tapi, untuk sementara waktu ia memang harus hidup dengan bengkak di wajahnya."

Yah, aku baru saja di vonis mengidap penyakit sialan itu! Tepatnya saat kelulusanku. Maka dari itu aku tak banyak memiliki foto kelulusan.. Aku sedikit malu untuk berfoto karena mengingat wajahku tak normal.

Aku yang tak begitu memiliki banyak teman saat SMP pun semakin memperburuk masa masa SMA-ku.

Pertama kali aku masuk sekolah semua mata tertuju padaku—bukan dalam artian baik—semuanya memandangku dengan aneh dan takut.

"Jihoon astaga!! Kau kenapa!?"

Cih, sok baik!

"Tak makan di kantin?"

Pertanyaan seperti itu biasanya akan kujawab dengan, "Tidak, aku tidak bisa makan. Nanti aku sakit. Kau pergi saja sendiri, ya. Aku minta maaf tak bisa menemanimu."

Tidak! Aku tidak mengucapkannya dengan wajah sombong. Aku berani bersumpah! Aku benar benar menunjukan senyum manisku saat mengatakannya.

Tapi, malah berakhir dengan dia yang menatapku sinis dan meninggalkanku begitu saja.

Ya, sebenarnya aku masih bisa, sih ke kantin. Cukup tak usah membeli apa apa dan memakan bekalku saja tapi, pasti akan ada banyak pasang mata yang memperhatikanku.

Sepi.. Kini hanya ada aku dikelas. Tak ada seorang pun karena semuannya tengah berada di kantin. Aku membuka kotak makananku dan mulai makan dalam diam.

Tes.. Tes.. Tes.

Bodoh! Aku tak boleh menangis atau mataku akan semakin membengkak!!

"Jihoon!" Oh, itu Seungkwan! Rumahnya bersebelahan dengan rumahku menjadikan kita berdua sering bermain dan bercerita bersama.

Tapi, kita berbeda kelas.. Dan itu membuatku kesepian.

Seungkwan berjalan kearahku dan duduk tepat disebelahku, "Sendirian lagi?" tanyanya yang membuatku mengangguk lemah.

Seungkwan menghela nafas, "Jangan membuat dirimu terlihat menyedihkan Jihoon-ah. Kau terlihat seperti seorang perawan tua yang tidak laku." di akhir Seungkwan menunjukan ekspresi mengejeknya.

"Menyebalkan. Bukannya sudah biasa kau melihatku sendirian?"

"Iya, sih. Kau tak ingin ke kantin memangnya? Dari pada disini sendiri." aku kembali menghela nafas.

Pertanyaan seperti ini lagi..

"Seungkwan.." ujarku sambil menatapnya nanar.

"Oke, oke aku minta maaf. Tapi, aku tak bisa menemanimu disini, sayang. Aku mau berlatih untuk pertandingan volly bulan depan." Seungkwan tersenyum senang begitu ia menyinggung masalah volly.

Seungkwan memang mencintai volly sebanyak aku membencinya. Bukan hanya volly, melainkan semua hal yang menyangkut olahraga. Kalian tahukan aku tak boleh kelelahan?

"Baiklah, Aku mengerti. Kau pergi saja ke kantin dan jangan menghawatirkanku. Semangat latihannya, ya! Menangkan juara satu untuku." aku tersenyum manis dan menggengam tangan Seungkwan —mencoba memberinya kekuatan.

"Iya, aku akan berusaha! Aku pergi dulu, ya! Sampai bertemu nanti Jihoon-ieku sayang!"

BRAK!

Suara pintu ditutup yang terdengar sangat keras membuat telinga siapa, pun yang mendengarnya berdengung. Menutup pintu sambil berlari, lah penyebabnya.

Sedetik, dua detik.. Suara dengungan itu mulai hilang. Tergantikan oleh suara helaan nafas yang keluar dari bibirku.

Sepi sekali..

—GREAT SEDUCER—

Aku berjalan gontai saat menyadari papaku kembali telat menjemput. Hah~~ aku sih tidak masalah kalau disuruh menunggu sedikit lebih lama tapi.. Pandangan orang lain itu, loh! Aku benar benar risih dibuatnya!

"Hahaha! Benarkah? Astaga lucu sekali!" samar samar aku bisa mendengar suara seorang laki laki yang sedang bercanda gurau bersama teman temannya.

Oke, aku akui aku sifat 'kepo' memang mengalir dalam DNA-ku—Keturunan mama.

Jadilah kini aku tengah duduk di sebuah bangku yang berada tak jauh dari mereka—sesekali, menguping pembicaraan orang lain, tak apalah.

Aku sedikit membulatkan mataku begitu menyadari bahwa teman bicara laki laki tadi kebayakan wanita. Ckckck dasar playboy!

"Bagaimana jika malam ini kita bermain basket bersama?" ujar laki laki sipit yang suara tawanya tadi membuatku terduduk disini.

Ohh, anak basket, toh. Pantas si sipit itu bersama banyak wanita. Kalau dilihat dari tingginya, sih memang tak diragukan lagi, meski tak setinggi Chanyeol EXO, tapi boleh, lah.

"Mari kita lihat. Jika anak itu," aku memasang ekspresi kaget saat lawan bicara laki laki tadi menunjuk ke arahku. "Mengenalmu, makan aku akan bermain basket bersamamu."

Aku menunjukan ekspresi gugupku ketika laki laki tadi berjalan kearahku.

Astaga.. Aku tak bisa membantu laki laki ini! Aku tak mengenalnya! Ia akan gagal berkencan dengan wanita itu karena aku.. Bagaimana jika ia marah dan membullyku di kemudian hari?

Aku yang panik pun bersiap berdiri dan meninggalkannya.

"Hei, tunggu aku, Jihoon!" aku menghentikan langkanku. Hah? Dia tahu namaku?

Ahh itu pasti karena aku satu satunya anak disekolah ini yang memiliki wajah bengkak.. Mana mungkin ia tak tahu.

"Kau kenal aku, 'kan? Aku sering melihatmu saat upacara." laki laki tadi kini sok akrab dan menunjukan senyum manisnya padaku. Lihat! Lihat! Ia menyentuh pundakku!!

Cih, apa dia sedang mencoba untuk menggodaku? Dia menggodaku disaat dia sedang berusaha mengajak kencan wanita lain!? Seperti melempar satu batu dua tiga pula terlampaui?

Maaf aku adalah pulau ke'empat.. Kau tak bisa melampauiku.

Aku yang tadinya berniat membantunya kini jadi memasang wajah datar. Aku membungkuk 90° dan menatapnya tepat di bagian mata, "Maaf aku tidak mengenalmu."

Setelahnya aku berjalan keluar area sekolah sebelum mengingat suatu hal dan berbalik kembali untuk mengatakan, "Dan jangan kau berani berani untuk menyentuhku!"

Laki laki tadi terlihat menatapku dengan tatapan tak percayanya. Ia membulatkan mata dan bibirnya.

Samar samar dapatku dengar beberapa teman laki lakinya menepuk bahu laki laki itu dan menertawakannya. Bagus! Ia memang pantas dipermalukan!

—GREAT SEDUCER—

Author pov

Seperti biasa, pagi Jihoon yang selalu diisi oleh tatapan aneh dari para murid yang lain. Tatapan takut, jijik, dan kaget.

Tak apa, ia sudah biasa. Cukup tersenyum pahit dan menunduk. Anggap dirimu sedang berada di dunia lain..

Kau tak berbeda Jihoon-ah hanya saja mereka semua yang sama!

"Hei, bukankah ini gadis yang kemarin membuatmu gagal kencan dengan Soonyoung?" samar samar Jihoon mendengar bisikan para wanita di sampingnya.

Bukannya menjawab, wanita yang tadinya dibisiki malah berdiri dan mendekat ke arah Jihoon dengan smirk sombong dan jahatnya.

Sesampainya di depan Jihoon, ia sedikit mendorong bahu gadis itu dan berkata, "Apa masalahmu dengan ku, eoh!?"  mendapat perlakukan yang tiba tiba, Jihoon hanya diam dan menunduk.

Diam bukan berarti ia mengaku kalau ia salah.

Tapi, menunduk berarti ia malu. Iya, Jihoon malu.. Ia malu akan keadaannya sekarang. Ia malu akan seorang Lee Jihoon! Ia malu pada dirinya sendiri.

Suara kencang wanita itu ternyata terdengar sampai ke kelas Soonyoung. Laki laki itu segera menoleh ke arah datangnya suara dan sedikit membelakan mata begitu melihat Yura—wanita tadi—sedang melakukan sesuatu yang ia tahu itu tidak benar.

"Ditanya malah diam. Dasar tidak sopan!" kali ini si kuncir dua yang tadinya hanya diam sambil memakan permennya mulai berbicara. Nana, begitu orang orang memanggilnya.

"Hah! Katakan padaku. Kau pasti pura pura tak mengenal Soonyoung agar kencanku dan dia gagal, 'kan!?" tuduh Yura.

Jihoon masih menunduk. Soonyoung? Laki laki kemarin namanya Soonyoung? Jihoon sama sekali tak mengenalnya. Ia serius!

"Aku tak mengenalnya. Aku berkata dengan jujur." meski masih menunduk dan berkata dengan pelan, gadis itu menggunakan nada tegas dan garangnya. Seakan menyatakan pada dunia bahwa ia tidak salah!

"Ck, begitu katanya! Kau pikir kami percaya?" Mia, wanita lain dengan rambur kuncir satunya. Cantik dan lugu rupanya. Sayang, tidak hatinya..

"Kau suka pada Soonyoung, 'kan? Tapi, karena wajah buruk rupamu itu, Soonyoung jijik padamu dan setelahnya kau balas dendam pada ku. Arghh! Aku benar benar marah—kipas! Tolong, kipas!"

Setelahnya, kedua sahabat Yura dengan cekatan mengambil kipas portable dari kantong mereka dan mengarahkannya ke seluruh bagian yang ada di kepala sang atasan.

Pertengkaran seperti ini tentu saja membuat heboh satu sekolahan. Namun, begitu melihat yang dilibatkan adalah si gadis langka—Jihoon—mereka memilih untuk diam. Se'akan tuli dan bisu akan hal tersebut.

"Aku sungguh ingin menamparmu t-tapi.. Ewh! Aku tak sudi menyentuh mu! Aku takut ketularan! Mia, tolong ambilkan aku buku."

Mendengar kata 'tampar', Soonyoung yang tadinya hanya diam dan melihat mulai membelakan matanya dan menjadikannya lebih awas.

Ia mulai mendongak dan memperhatikan dengan seksama. Kini kaki kaki panjangnya membawa dirinya untuk lebih dekat dengan latar kejadian tadi.

Masih dalam tundukan, mata Jihoon membelak. B-buku? Untuk apa? Menamparnya? Sehina itu, kah dirinya sampai sampai untuk di tampar saja butuh perantara.

Jihoon berdecih dan mendongakan wajahnya. Tangan indah yang berisikan buku tebal adalah hal pertama yang Jihoon lihat.

Ikut menjadi saksi mata, niat Soonyoung untuk menyelamatkan Jihoon mulai muncul.

Mulai dari berjalan pelan, cepat, setengah berlari, hingga ia terdiam.. Iya, terdiam.

Niatnya pupus ketika Jihoon dengan lantang dan berani menahan tangan Yura dan mengatakan, "Kau tahu? Aku yang harusnya mengatakan begitu! Aku yang harusnya merasa jijik di tampar oleh jalang sepertimu! Dengan wajahku ini.."

Jihoon menjeda dan menunduk malu meski setelahnya ia kembali menunjukan sisi bajanya.

"Meski dengan ini mereka menganggapku aneh, setidaknya aku bukan dirimu yang pernah dicicipi oleh banyak orang! Kau kira aku tidak tahu? Pipimu, bibirmu, dadamu, dan bahkan.. " Jihoon kembali menjeda omongannya dan menoleh ke arah kanan dan kiri dengan wajah merona.

Sial! Ia malu mengucapkannya. "A-aku tidak bisa menyebutkannya."

Eentah mengapa, hal itu justru membuat Soonyoung tersenyum manis mendengarnya. Ia memasukan tangannya kedalam kantong dan membatin 'menarik'.

"Pokoknya itu! Pasti si Soonyoung sudah pernah merasakannya. Ah, atau jangan jangan.. Hampir semua laki laki di sekolah ini pernah merasakannya? Wahh.. Aku tidak tahu kau se'jalang itu. Ckckck sudah, ya aku mau pergi dulu. Aku tak punya waktu untuk jalang sepertimu. Aku jijik!" ucap Jihoon dengan wajah sombong dan sambil tersenyum sinis.

Ia berjalan dengan angkuh dan memejamkan matannya bangga.

Hah~ akhinya aku bisa juga mengutarakannya. Aku se—

"—WUAHHH!"

Belum selesai Jihoon membatin, gadis itu sudah merasakan bagaimana rasanya hampir mati.

Nyawanya seakan di tarik dan di taruh kembali saat sebuah kaki menyandung kakinya namun bagian tangan milik lelaki itu malah menarik tangannya agar ia tak terjatuh.

Seketika ia langsung menoleh ke arah pemilik tangan dan saat itu juga, Jihoon rasanya benar benar ingin mati.

Dengan kasar ia menarik tangannya dan kembali menunduk— menjadi Jihoon yang malu.

"Aku tahu tanganmu memang berharga, tuan putri tapi, kalau tangan kotorku ini tidak menyentuh tanganmu, kau sudah mati." jawab sang penyandung, santai. Seakan tak sadar bahwa dialah penyebab segalanya.

"Kalau ingin menyelamatkanku, kenapa menyandungku? Dasar laki laki aneh.." lirih Jihoon sambil menatap ke arah lain. Seakan akan gadis itu bermonolog dan sedang sendirian padahal nyatanya ia melakukan hal itu untuk menyindir sang penyandung.

Merasa hati sakit, Soonyoung, selaku orang yang menyandung Jihoon memasang ekspresi tak terimanya.

Baru sebatas niat ia ingin meneriaki Jihoon, gadis itu keburu berjalan pergi. Di teriaki, pun gadis itu seakan bisu dan tuli.

Sial.. Ini sudah kedua kalinya.. Seorang gadis aneh yang sama yang telah merusak harga dirinya.

—GREAT SEDUCER—

"Papa.. Nanti jemput Jihoonnya telat sedikit, ya." pinta sang anak dengan hati hati. Dirinya paham betul bahwa sang papa tak akan membiarkannya pulang telat dengan mudah tanpa alasan yang jelas.

"Errr.. Aku menemani Seungkwan latihan." suara Jihoon memelan. "Tak akan lama, pa. Jihoon janji."

Suara helaan nafas terdengar. "Iya, Jihoon tidak akan kelelahan." setelahnya gadis itu menoleh ke arah Seungkwan dan menunjukan senyum berbinarnya. "Benarkah? Call! Jihoon sayang papa! Jihoon tutup dulu, ya telefonenya."

"Bagaimana? Boleh?" tanya Seungkwan antusias sesaat setelah Jihoon menutup telefonenya. Anggukan lucu bak anak anjing Jihoon layangkan pada gadis berpipi subur itu.

"Yeayy!!" mereka berdua berpelukan.

"Berlebihan. Ingin menemani si bulat ini saja sampai harus telefone papa." sebuah suara yang mengintrupsi Jihoon dan Seungkwan untuk melepas pelukannya dan menatap ke arah datangnya nada nada menyebalkan itu.

"D.a.s.a.r.m.a.n.j.a." eja Soonyoung sambil menatap ke arah Jihoon nyalang.

Tak merasa tersendir atau marah, Jihoon justru menatap Soonyoung dengan tatapan 'Siapa, sih? Sok kenal sekali'nya dan mencoba untuk menghiraukan pemuda tampan itu.

"Kalian saling kenal?" tanya Seungkwan keheranan.

"Iya." dari Soonyoung dan, "Tidak" dari Jihoon.

Jawaban yang berbeda itu membuat Seungkwan memasang ekspresi bingung sekaligus kesalnya.

"Jadi yang benar yang mana, nih?" tanyanya tak sabaran.

"Wuah~ selain anak manja kau ini juga sombong, ya Jihoon. Kita sudah pernah berkenalan, bukan? Kau berlagak seperti tak mengenalku.. Benar benar gadis yang menyebalkan." cicit Soonyoung dengan ekspresi tak percayanya.

"Benar begitu, Jihoon?" masih bingung, Seungkwan kembali bertanya.

Jihoon sendiri hanya menggeleng ribut dan menatap Seungkwan memelas, "Ayo pergi dari sini.." meninggalkan Soonyoung dengan segala kekagetan dan keshockannya.

—GREAT SEDUCER—

Sesekali tepukan heboh Jihoon layangkan untuk sahabatnya, Seungkwan yang berhasil melakukan smash dengan sempurna. Wajahnya tampak berseri meski kini ia duduk sendiri di pojokan lapangan.

Soonyoung, dengan wajah penasarannya terus memperhatikan Jihoon dari kejauhan. Jadwal untuk ECA volly dan basket memang berbarengan dan tentu saja lapangan yang digunakan berbeda. Namun, lapangan tersebut bersebalahan sehingga Soonyoung bisa dengan mudah memperhatikan seorang gadis yang akhir akhir ini menarik atensinya.

Selesai akan senyuman manisnya, mata indah Jihoon tergerak untuk menoleh ke arah anak anak yang sedang bermain basket.

Matanya berbinar. Semua anak basket terlihat sangat keren dan sempurna.. Sangat susah untuk di raih. Jihoon melirik ke arah mereka lalu ke arah dirinya.

Cih, kenapa Jihoon bisa seberani itu untuk membandingkan dirinya dengan mereka? Memangnya dia siapa? Hanya anak aneh yang tak berarti apa apa..

Soonyoung melihat itu. Ia melihat ketika Jihoon diam diam memperhatikan jalannya pertandingan. Soonyoung yang sekarang sedang istirahat, pun mulai memikirkan rencana jahil bagi si gadis yang tak berdosa.

Mata Jihoon terus bergerak ke sana ke mari hingga berhenti di satu titik. Mata itu.. Juga memandangnya! Mata sipit yang tajam! Mata yang membuat Jihoon seakan terhipnotis untuk terus menatapnya.

Soonyoung menunjukan smirknya ketika melihat sang mangsa telah jatuh pada pandangannya. Dengan cekatan ia memanggil seorang wanita untuk berjalan ke arahnya dan mulai mencumbu wanita itu dengan ganas.

Sial, ini di sekolah! Dan Soonyoung dengan berani mencium seorang wanita dengan panas. Hal itu di lakukan hanya demi menimbulkan ekspresi kaget dari seorang Jihoon.

Yang sayangnya, tepat ketika Soonyoung menjalankan aksinya, suara cempreng Seungkwan yang berteriak "Jihoon!" membuat atensi sang gadis berpindah pada sahabatnya yang berpipi tembam itu.

"Apa Seungkwan-ah?" teriak Jihoon masih dari pojok lapangan.

"Lihat ini." berniat pamer, Seungkwan melakukan service atas dan berhasil mencapai ujung lapangan tanpa tertabrak net. Lambungan yang dihasilkan, pun sangatlah tinggi.

Hal itu membuat Jihoon tersenyum puas dan bertepuk tangan "Wuahh~ bagus Seungkwan-ah! Kau pasti bisa menang di perlombaan nanti!"

Soonyoung, dalam ciumannya, sedikit melirik ke arah Jihoon yang saat itu sedang bertepuk tangan heboh.

Awalnya ia sedikit terpesona akan keluguan gadis itu namun, saat sadar sang gadis tidak melihat ke arahnya, Soonyoung buru buru melepas ciumannya dari sang wanita dan mengusap bibirnya kasar.

Sial! Bibir indahnya sudah ia relakan untuk menyentuh bibir orang lain dan ternyata gadis itu tidak melihatnya!? Arghh! Soonyoung benar benar kesal!

"S-Soonyoung.. Apa yang tadi kau lakukan?" tanya sang wanita dengan gugup.

"Ini bayaranmu. Anggap ini tidak pernah terjadi, oke?" Soonyoung memasukan uang itu ke dalam saku baju sang wanita. Senyum senang akan kehadiran uang di sakunya gadis itu tunjukan.

"Terima kasih, daddy." ujarnya selayaknya jalang. Tangan nakalnya mengusap jawline Soonyoung seiringan dengan kaki jenjangnya melangkah pergi.

Soonyoung menoleh ke arah lain dengan keras agar usapan itu terlepas dari tubuhnya. Setelahnya ia membuang ludah dan mengusap bibirnya dengan kasar.

Mata itu, menatap tajam ke arah Jihoon yang masih tersenyum manis. Sedetik kemudian, entah angin apa yang merasuki Soonyoung, yang pasti kedua sudut bibir laki laki itu membentuk sebuah curva indah yang disebut senyuman.

"Gadis yang menyebalkan." lirihnya masih dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya.

"Sudah selesai?" tanya Jihoon yang dibalas anggukan oleh Seungkwan.

Sesesaat setelah mengangguk, Seungkwan kembali angkat bicara. "Eh, tapi aku ada rapat sebentar untuk lomba nanti. Kau pulang duluan saja, Jihoon-ah. Rapatnya di adakan di ruang tertutup dan kau tidak mungkin masuk, 'kan? Nanti kau bersama siapa?"

Paham, Jihoon mengangguk "Ohh, baiklah. Aku pulang dulu, ya." Jihoon menjeda omongannya dan mengepalkan kedua tangannya. "Seungkwan fighting!!" ujarnya dengan lantang berniat memberi semangat.

Seungkwan mengangguk dan melambaikan tangan tanda perpisahan "Iya, iya. Cepat pulang sana! Nanti aku diamuk papamu."

Jihoon menahan tawanya dan membalas lambaian tangan Seungkwan sebelum melenggang pergi sambil menenteng tasnya.

Perjalan Jihoon menuju parkiran mobil terasa tak nyaman karena seseorang yang berjalan tepat beberapa meter di belakangnya. Tak ingin terlalu percaya diri, tapi, Jihoon merasa orang itu tengah mengikutinya.

Mata Jihoon sedikit mencuri pandang ke arah belakang untuk melihat wajah orang itu. Seorang laki laki! S-Soonyoung? Mau apa dia?

Helaan nafas sedikit terdengar. Dasar pengganggu! Laki laki ini mau apa lagi, sih? Pasti ia kepo akan penyakitnya.. Semua orang begitu! Berlagak mendekatinya. Berlagak kalau mereka peduli padahal hanya pensaran.

"Jihoon aku makan bersamamu, ya?" begitu katanya di awal. Beremenit menit duduk bersama, ia hanya diam dan akhirnya bertanya "Sebenarnya kau itu kenapa?" iya, hanya bertanya begitu.. Setelah Jihoon menjelaskan ia akan tersenyum manis dan mengatakan "Sabar, ya. Ya, sudah aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi!"

Meninggalkan Jihoon.. Meninggalkannya dengan perasaan campur aduk. Jihoon selalu menunduk dan menggenggam erat sendoknya sambil menahan tangis sekaligus marah.

Kali ini, ia tak akan membiarkan orang lain tahu akan sakitnya! Ia tak akan mau menceritakannya! Apa lagi bersama laki laki aneh ini.

Cekatan, Jihoon berhenti dan berbalik sambil menampilkan wajah nyalangnya, "Aku tahu kau ingin bertanya banyak hal padaku. Tapi, tak bisakah kau tak mengatakannya!? Dan berhentilah mengikutiku."

Tatapan aneh yang tak bisa didevinisikan, Soonyoung ukir di wajah tampannya.

Ia tentu kaget akan Jihoon yang tiba tiba berbalik dan menyadari kehadirannya.

Sedikit mengusap bagian belakang lehernya untuk mengurangi kegugupan. Soonyoung berdehem dan berjalan mendekat ke arah Jihoon.

Tak!

Soonyoung memukul pelan dahi Jihoon dengan punggung tangannya. "Percaya diri sekali, nona. Aku tak mengikutimu."

Jihoon menghempaskan wajahnya ke arah kanan guna menjauhkan wajahnya dari tangan Soonyoung.

Merasa jarak ini terlalu dekat, Jihoon ikut memundurkan tubuhnya dan mengeratkan genggamannya pada kedua sisi tasnya.

Tak berniat menjawab, Jihoon hanya melihat ke arah Soonyoung dengan tatapan tak yakinnya seakan memaksa Soonyoung untuk berkata jujur.

"A-aku mau pulang! Dengar? Aku. Mau. Pulang. Tak lihat aku sedang membawa tas?" Soonyoung memamerkan tasnya dan berjalan mendahului Jihoon.

Ak, sial! Mobilnya di parkir di belakang! Ini, kan parkiran motor! Berusahan menutupi rasa malu Soonyoung berkata, "Mobilku ketinggalan." dan berbalik arah.

"Katakan apa yang kau mau!?" Jihoon yang mulai kesal, membentak Soonyoung. Dirinya tak habis pikir dengan tingkah bodoh Soonyoung yang membuatnya sebal.

"Aku tak menginginkan apa apa." sangkal Soonyoung masih dengan wajah gugupnya.

"Lalu kenapa mengikutiku?" Jihoon yang masih kukuh pada pendiriannya.

"Aku tidak!—"

"Kau iya!"

"Tidak!"

"Iya!"

"Iya, aku mengikutimu!" Jihoon terdiam.

"Karena aku mengkhawatirkanmu," balas Soonyoung lagi.

Sedetik kemudian laki laki itu sadar dengan hal bodoh yang baru saja ia ucapakan.

"I-itu kan yang ingin kau dengar? Ha.. Hahaha.. Hahaha! Ya, tentu saja tidak, lah! Aku mana mungkin mengkhawatirkanmu."

Setelah mengucapkannya, Soonyoung menunduk dan berjalan pergi dengan langkah terburu buru.

"Laki laki itu benar benar aneh.. Aku berharap aku tak akan pernah bertemunya lagi." lirih Jihoon sambil menatap punggung Soonyoung dari kejauhan.

Ya, ucapan Jihoon menjadi kenyataan. Karena semenjak kejadian itu, frekuensi mereka untuk bertemu benar benar, lah jarang. Bahkan hampir tidak pernah!

Jihoon yang selalu berada di kelas dan Soonyoung yang selalu berada di luar. Keduanya bertolak belakang.

—GREAT SEDUCER—

Jihoon pov.

Tak terasa sudah satu tahun sejak kejadian itu. Aku kini bisa tersenyum senang saat menyadari aku sudah kelas dua SMA.

Kutukan itu masih ada didalam diriku tapi, setidaknya wajahku sudah kembali normal seperti semula. Aku tetap tak bisa—tak mau lebih tepatnya— pergi ke kantin karena beberapa adik kelas tetap memberiku tatapan aneh.

Tapi, aku tak terlalu mengambilnya di hati. Aku sudah bahagia memiliki teman. Iya, teman! Kita berteman secara tidak sengaja saat kami sama sama dibuat kebingungan akan satu soal MTK.

Soalnya sangatlah rumit dan terkesan membingungkan. Hingga salah satu dari kami—Seokmin—mengajakku bicara dan akhirnya mendiskusikannya bersama. Namun, ya karena taraf kepintaran kami itu sama jadilah kami tak mendapat jawabannya.

Hingga akhirnya ia memintaku untuk menunggu sebentar dan berjalan pada seseorang yang duduk dipojok dan menariknya untuk duduk bersama kami.

Wanita yang ditarik Seokmin tadi —Wonwoo—menunjukan wajah sebalnya. Seokmin mengenalkan Wonwoo sebagai seorang wanita yang paling pintar di kelasnya dulu.

Dan fakta lucunya dalam sepuluh tahun mereka satu sekolah, mereka selalu sekelas! Menjadikan keduanya tumbuh bersama dan mengenal satu sama lain.

Aku menatap Wonwoo dengan kagum saat melihat dia bisa mengerjakan soal MTK ini dengan mudah hingga kupikir Wonwoo akan menjadi anak yang susah untuk didekati. Ya, kau tahukan biasanya anak yang pintar itu adalah anak yang pendiam.

Tapi, aku bersyukur bahwa dugaanku salah. Wonwoo ternyata anak yang asik dan suka bermain game serta menonton anime. Ia juga suka membaca novel. Wuahh.. Aku benar benar cocok dengan Wonwoo!!

Dan jadilah kita bertiga selalu bersama sama kemana mana. Sudah seperti anak ayam saja.

Meski saat istitahat Seokmin selalu berada di bawah dan bermain basket dengan teman temannya, tapi Wonwoo hanya ke bawah untuk membeli makanan dan memakannya di atas bersamaku.

Tahun pelajaran baru, kelas baru, teman sekelas yang baru..

Hah~~Mengingatnya membuatku sedih dan khawatir. Bagaimana jika aku sampai tak sekelas dengan Wonwoo dan Seokmin? Akankah kita masih bisa berteman seperti dulu?

"Oi!! Jihoon!" suara teriakan Seungkwan membuatku menoleh kearahnya.

Seungkwan berlari ke arahku dan meloncat loncat senang, "Kita sekelas!" ekspresi kaget dan bingung yang tadinyaku tunjukan kini luntur seketika. Senyumku mengembang dan aku jadi ikut ikutan meloncat loncat tak jelas bersamanya.

Yeayy!! Aku sekelas dengan Seungkwan!

"Apa yang kalian lakukan, eoh? Jangan membuat citra kelas kita jadi jelek dengan melompat lompat tak jelas begitu. Nanti ada yang menyangka bahwa ada dua simpanse yang menjadi murid di kelas ini." ujar seseorang dengan sombongnya sambil menatap kami dengan sinis.

"YAK!" teriakku tanpa sadar membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahku. Sial, aku malu!

Seungkwan menatap kearah laki laki tadi dengan tatapan nyalangnya. "Ck! Diam kau Kwon Soonyoung sebelum mulutmu ituku jejali sampah."

Suara tawa meremehkan terdengar dari mulut Soonyoung, "Eungh~ cobalah kalau kau bisa, manis." ujarnya sambil mencolek dagu Seungkwan.

HEOLLLL!!! Apa yang barusan aku lihat tadi!? Aku melotot tak percaya menatapnya. Ah sial sial! Ia melihat ke arahku!

"Apa lihat lihat? Kau juga mau, ku sentuh dagunya?" aku refleks menggelengkan kepala dengan keras.

Ia hanya tertawa sinis dalam sekali hembusan nafas lalu pergi masuk ke kelas yang ada di hadapanku.

"Ngomong ngomong kelas kita sebelah mana?" tanyaku pada Seungkwan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Oh, yang ini hehehe. Ternyata kita sekelas dengan Soonyoung. Ayo masuk masuk~~" aku menganga tak percaya.

Sekelas dengan laki laki mesum seperti dia!? Tidak! Aku tak akan bisa fokus kalau terus terusan melihat wajah sipit mesumnya itu! Aku benar benar muak!

Author pov.

Soonyoung memasuki kelas barunya dan melempar tasnya pada bangku nomor dua dari depan.

"Kau harus berterima kasih padaku karena telah menjagakan satu bangku untukmu." ujar seorang wanita sambil berjalan mendekati Soonyoung. Ia duduk dimeja laki laki sipit itu dan menyilangkan kedua kakinya.

Soonyoung mendecih melihat sikap murahan wanita didepannya. Bahkan kini ia bisa dengan jelas melihat apa warna celana dalam wanita itu.

"Perhatian dudukmu, Yura-ah." Soonyoung menaruh jaketnya di paha Yura. Membuat gadis itu tersipu malu dan menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenarnya tak gatal.

"Terima kasih telah mempedulikanku." ujarnya sambil menyentuh lengan Soonyoung.

"Bukan masalah." setelah mengucapkannya Soonyoung berdiri dari tempat duduknya dan melenggang pergi.

Beberapa menit berlalu setelah Soonyoung pergi dari tempatnya. Seseorang datang dan menaruh tasnya di atas meja. Bibir ranumnya mulai mengumpat sambil mengeluarkan barang barang dari dalam tasnya.

"Ah sial sial sial! Hari pertama yang buruk!!" Jihoon mengobrak ngabrik tasnya. Masa bodo dengan bangku siapa yang ia jadikan tumpuan untuk menaruh tas. Yang pasti, kini kaca matanya tak berada di tempatnya dan itu membuatnya khawatir.

Minus Jihoon memang lah tak terlalu tinggi tapi hari ini ia berangkat sedikit telat sehingga semua bangku yang berada dibarisan depan telah terisi penuh.

Sehingga, mau-tak mau, Jihoon harus duduk dikursi paling belakang dan sialnya, matanya tak bisa menoleransi itu.

Tusukan singkat Jihoon rasakan pada bahunya, membuatnya menoleh dan langsung memundurkan langkahnya begitu sadar bahwa yang menusuk bahunya adalah si mesum Soonyoung.

Soonyoung yang melihat Jihoon menghindar memasang wajah bingungnya, "Apa yang sedang kau lakukan di mejaku?"

Jihoon menoleh kearah meja yang sedari tadi ia gunakan untuk tumpuan tasnya. Ahh, ini meja Soonyoung rupanya!— Batin Jihoon.

"M-maafkan aku." tak ingin cari masalah Jihoon menundukan kepalanya—memberi permohonan maaf secara sopan—dan berjalan kemeja belakang.

Soonyoung menahan tangan Jihoon namun anak itu langsung menghempaskan tangan Soonyoung dan memeluk tangannya sendiri, "Yak!! Apa yang kau lakukan? J-jangan menyentuhku!" ujar Jihoon kikuk.

Berkat teriakannya yang menggelegar kini mereka berdua menjadi pusat perhatian. Soonyoung menoleh ke arah kanan dan kiri dengan wajah takut sekaligus canggungnya.

"SOONYOUNG! IKUT SAYA KE RUANG BK!" sial, Jihoon lupa bahwa kelasnya sekarang berada disebelah ruang guru dan ruang BK.

Teriakannya tadi membawa Soonyoung dalam masalah karena pasti guru guru menyangka bahwa Soonyoung tengah berbuat cabul padanya.. Ya, meski sebenarnya Jihoon juga merasa bahwa itu adalah tindakan cabul.

—GREAT SEDUCER—

"Aku hanya menyentuh tangannya, ssaem. Aku berani bersumpah!"

Suara helaan nafas terdengar dari sang guru. "Kau kira ssaem percaya? Ssaem tak mau tahu ka—

Tok tok tok.

"Iya, masuk saja."

Suara pintu yang dibuka perlahan menampilkan sesosok makhluk imut bernama Jihoon yang kini berjalan malu malu ke arah sang guru BK.

"P-permisi, ssaem."

"Oh, Jihoon? Silahkan duduk." ujar sang guru dengan wajah cerahnya membuat Soonyoung mendecih sebal.

Jihoon sedikit melirik kearah Soonyoung sebelum kaki kaki mungilnya mengarah ke tempat duduk yang ditunjukan oleh sang guru.

"Ada apa, Jihoon?"

Jihoon menarik nafasnya, bersiap untuk menjelaskan, "Maaf saya lancang datang kemari.. Tapi, Soonyoung tidak salah, ssaem. Saya yang salah karena sudah berteriak berlebihan."

Jawaban Jihoon membuat Soonyoung menunjukan raut terkejutnya. Jihoon datang kesini hanya untuk mengatakan hal itu? Ia kira Jihoon hanya akan diam dan membiarkannya mendapat hukuman, tapi ternyata..

"Kau yakin bedebah satu ini tidak berbuat macam macam padamu?" tanya sang guru sambil menjitak kepala Soonyoung.

"Aw! Pak, aku benar benar tak melakukan apa apa pada Jihoon. Dia masih 100% fresh! Aku belum mencobanya.. Ya meski ingin."

Jihoon dengan reflek membulatkan matanya dan menendang kursi yang di duduki oleh Soonyoung membuat bocah itu sedikit oleng.

"Yak! Kau ingin dihajar pakai sapu, eoh!?" bentak sang guru sambil bersiap mengangkat sapu yang ada disebelahnya.

"Ah, ah! Ampun ampun! Aku hanya bercanda! Maafkan aku."

"Cepat minta maaf juga pada Jihoon."

Soonyong mendengus dan meniup poninya sebal.

Astaga, seumur hidupnya ini baru pertama kali ia meminta maaf karena telah menyentuh tangan seorang wanita. Ouh, benar benar membuat harga dirinya jatuh.

"Maafkan aku telah menyentuh tangan berhargamu, Jihoon. Jadi, sekarang maukah kau menjabat tanganku?"

"..."

"Sebagai tanda damai?" tawarnya lagi.

Soonyoung meringis menyadari dirinya seakaan memohon untuk menyentuh tangan Jihoon.

Soonyoung menatap uluran tangannya yang tak kunjung di terima oleh Jihoon.

Jihoon sendiri tengah bimbang.. Haruskah ia menjabat tangan Soonyoung?

Ia mulai mengulurkan tangannya namun sesekali ia menarik kembali dan membuat kepalan dengan tangannya.

Ah, sepertinya ia tak bisa! Jadilah ia menarik uluran tangannya dan membungkukan badan, "A-aku memafkankanmu, kok" setelahnya Jihoon menunduk.

Soonyoung yang kehabisan akal membulatkan matanya dan menatap Jihoon tak percaya.

"Sudah sekarang kalian kembali ke kelas."

"Tanganku kotor, ya?" tanya Soonyoung dengan nada datarnya sesaat setelah mereka keluar dari ruang BK.

Ia melirik kearah Jihoon dengan tatapan sinisnya.

"Maksudmu?" lirih Jihoon sambil menunjukan wajah tak pahamnya.

"Apa tanganku sekotor itu sampai kau tak mau menyentuhku? Cih, benar ternyata gosip yang disebar! Kau bahkan tak mau makan dikantin sekolah. Kenapa? Karena makanan mereka kotor juga?" Soonyoung memasukan tangannya di saku dan menatap Jihoon dengan tatapan menantangnya.

"Aku penasaran.. Seberapa kaya, sih orang tuamu hingga anaknya terlahir manja seperti ini?" Soonyoung tersenyum sinis dan berjalan meninggalkan Jihoon.

"Kalau kau tak tahu apa apa lebih baik tutup mulut besarmu itu!"

TAK!

Sebuah penghapus yang tepat sasaran mengenai kepala Soonyoung.

Jihoon yang marah memang tak segan segan melempar apa, pun yang ada disekitarnya. Untung ini hanya pengapus bagaimana jika itu vas bunga atau sebuah batu besar? Bisa bisa kepala Soonyoung dipenuhi perban ke'esokan harinya.

"Akh! Yak! Kenapa memukulku? Dasar perempuan gila!" Soonyoung berbalik dan mengusap belakang kepalnya yang terasa berdenyut.

Jihoon berjalan melewatinya dan memasang wajah sinis persis seperti apa yang Soonyoung tunjukan tadi.

Tak!

Sebagai pembalasan, Soonyoung menyentil bagian belakang kepala Jihoon pelan.

"Aw! Ck! Jangan menyentuhku!" Jihoon memundurukan langkahnya dan ikut memegangi bagian belakang kepalanya yang kini berdenyut sakit.

Setelahnya ia melenggang pergi meninggalkan Soonyoung dengan segala keterkejutannya.

Lee Jihoon itu.. Benar benar sesuatu, ya.

—GREAT SEDUCER—

"Nanti malam akan ada pesta pernikahan anaknya teman mama. Kau mau ikut?" tanya mama Jihoon pada anaknya yang kini sedang sibuk membaca novel online di HP-nya.

"Kalau yang menikah Hozi couple aku, sih pasti mau datang." ucap Jihoon lirih.

"Kau bilang apa Jihoon-ie?" Mama Jihoon sedikit mengeraskan suaranya.

"Ah tidak tidak! Nanti malam, ya, ma?" mama Jihoon mengangguk.

Jihoon nampak diam dan berfikir lalu berkata, "hmm tapi, kan aku tidak bisa makan.. Apa tidak apa?" setelahnya gadis manis itu menundukan kepalanya.

Mama Jihoon terlihat menghentikan aktivitasnya dan menghampiri anak semata wayangnya itu.

"Kalau Jihoon tak mau ikut, juga tidak apa. Mama tidak akan berangkat. Lagi pula kita di sana, kan bukan untuk makan Jihoon-ie." mama Jihoon tersenyum menenangkan sambil mengelus rambut Jihoon.

"Ah! Bukan begitu! Jihoon mau ikut, kok, ma. Nanti aku pakai sepatu yang baru itu, ya hehe.." cepat cepat Jihoon menyela omongan mamanya dan tersenyum lebar.

"Ma, apa dress ini tidak terlalu mini? Nanti kalau aku duduk, apa pahaku tidak terlalu terlihat?" Jihoon berkata pada mamanya sambil memperhatikan dirinya di cermin. Dari tadi ia terus terus berputar putar dan berpose tak jelas didepan cermin.

Mama Jihoon menghela nafas dan berkacak pinggang.

"Lalu kau mau yang sepanjang apa lagi Jihoon-ah? Semata kaki? Dressmu ini hanya tiga centi meter di atas lutut."

Jihoon mempoutkan bibirnya sebal dan berkata, "Arraseo."

—GREAT SEDUCER—

Acaranya berlangsung dengan sangat lancar dan mewah tapi di sisi lain, Jihoon malah tampak bosan dan tak bersemangat.

Jujur, Jihoon kesini hanya karena mamanya, bukan? Jadi ia sama sekali tak menikmati pestanya karena ia tak mengenal seorang pun disana.

"Ma, aku ke kamar mandi dulu, ya." Jihoon yang melihat mamanya tengah sibuk mengobrol dengan seseorang yang mengaku ngaku telah mengenal Jihoon sejak masih bayi, berbicara dengan berbisik.

"Oh, kau memang tahu diamana letak kamar mandinya?" meski sebenarnya jawabanya 'tidak' Jihoon tetap menganggukan kepala yakin dan berjalan meninggalkan mamanya.

Berjalan kearah resepsionis dan berniat untuk bertanya dimanakah letak kamar mandi sebelum netranya menangkap seseorang yang dikenalnya.

Kwon Soonyoung? Buat apa disini?

Soonyoung ada disana! dengan jas rapi dan rambut yang ditata kebelakang membuat tak seorang pun sadar bahwa ia hanya lah anak kelas 11 SMA. Cih, bahkan gaya berjalannya, pun sangat sombong.

Ia berjalan beriringan bersama dua pria yang kira kira seumuran ayah Jihoon dan mereka terlihat membicarakan sesuatu yang serius.

Sial! Soonyoung juga melihat ke arahnya! Soonyoung terlihat menghentikan langkahnya dan menatap Jihoon dari atas hingga bawah.

Jihoon yang gugup karena ditatap seperti itu membalikan tubuhnya kearah meja resepsionis dan mulai mengurusi masalahnya.

"Ada yang bisa ku bantu, nona?"

"Ah, begi-" ucapan Jihoon terhenti begitu seseorang berdiri disampingnya dan menatapnya dengan intens.

"Kau tak mau bertanya padaku saja, hmm?" kata kata yang dikeluarkan oleh Soonyoung membuat sang resepsonis dan Jihoon serentak menoleh kearahnya.

"Hai, Hyuna nuna lama tak berjumpa. Kau makin cantik, ya." Soonyoung mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum menggoda pada wanita itu.

Jihoon mendecih sebal dan mencoba untuk tak mengurusi masalah mereka, "Maaf tapi bolehkah aku tahu dimana letak kamar mandi?" Jihoon bertanya dengan senyum manisnya.

Meski ia baru mengetahui fakta bahwa wanita didepannya ini adalah seorang jalang tapi ia tetap harus menunjukan sikap baiknya.

Soonyoung buru buru mengetikan sesuatu pada HP-nya dan tersenyum mengerikan setelahnya.

"Oh, sebentar." Wanita yang bernama Hyuna tadi mengecek HP-nya lalu menatap Jihoon dengan dengan senyum manisnya. "Lantai dua, belok kiri, jalan terus. Apa kau paham?"

Jihoon menatap wanita itu dengan tatapan polosnya "Tak ada, kah yang di lantai satu saja?"

Pertanyaan Jihoon membuat Soonyoung tertawa terbahak bahak. "Hei, apa kau baru saja menawar padanya? Dia menyuruhmu untuk ke lantai dua berarti ya, tidak ada di lantai satu!"

Jihoon yang merasa malu, pun mendecih sebal, "Aku tak bertanya padamu tuan sok pintar!" setelahnya Jihoon kembali tersenyum manis dan mengucapkan, "Terima kasih" pada wanita tadi.

Setelah Jihoon berjalan cukup jauh, Soonyoung menatap Hyuna dan menyelipkan amplop pada saku di dadanya.

"Itu bayaranmu," setelahnya Soonyoung menunjukan smirknya.

"Lantai dua, belok kiri.." Jihoon berjalan kearah kiri, "Lurus terus" setelahnya ia berjalan lurus dan, "Oh? Tak ada apa apa disini.. Apa si resepsionis itu salah?"

Jihoon mempoutkan bibirnya tanpa sadar. Ia akhirnya memutuskan untuk berjalan kembali ke tempat mamanya karena wanita itu pasti sudah mengomel dan mencarinya.

Namun, na'as nasib Jihoon. Begitu berbalik, malah mendapati pemandangan yang sangat ia harap hanya lah khayalannya saja.

Seorang laki laki bertubuh besar dan sialnya ia tidak mengenalnya kini berdiri didepannya dengan tampang mesum.

"Hai manis.. Tersesat, heum?" Jihoon mencoba menetralkan ketakutannya. Ia menarik nafas dalam dalam dan memncoba berfikir.

Tidak! Ia tidak boleh berakhir begini! Hidupnya tak boleh hancur!

"Aku tidak tersesat. Aku harus pergi sekarang," langkah Jihoon terhenti kala laki laki itu berdiri depannya dan menghalangi jalannya.

"Maaf, aku sedang sibuk sekarang."

"Ouh, jangan terburu buru sayang. Ayo kita main main sebentar." ujar laki laki itu sambil memojokan Jihoon ke tembok.

"Tidak!! Tolong, ku mohon..hiks.."

Tanpa sadar Jihoon berjongkok dan mulai menangis dengan kencang. Membuat orang tadi mulai kebingungan karena ini diluar rencana.

"Hei, kau!" sebuah suara yang membuat laki laki tadi menoleh kearah belakang.

Soonyoung ada disana dan menyandarkan tubuhnya di tembok. Ia memberi kode agar laki laki itu pergi.

Soonyoung sedikit mengerutkan keningnya begitu menyadri Jihoon menangis dengan posisi berjongkok dan itu membuat bagian dalam dari rok mini gadis manis itu sedikit terlihat.

Kini laki laki itu tertawa gemas karena berhasil mencuri sesuatu dari Jihoon. Tak ingin membahasnya, Ia melepaskan jasnya dan ikut berjongkok didepan Jihoon lalu dengan lembut ia menaruh jaketnya di paha Jihoon guna menutupi barang berharga gadis itu.

Jihoon menatap Soonyoung dengan takut takut. Arah mata Jihoon jatuh pada jas Soonyoung yang kini berada di pahanya.

Seakan mengerti dengan kode Jihoon yang kebingung, Soonyoung menunjukan cengirannya dan berkata, "Ah ini.. Celana dalammu tadi terlihat jadi aku memutuskan untuk menutupinya dengan ini."

Bersiaplah.. Satu.. Dua.. Tiga.

DUAGH!!

Pukulan lumayan keras yang membuat Soonyoung jatuh terduduk kebelakang. Jihoon sendiri kini sudah berdiri dan memundurkan beberapa langkahnya dari Soonyoung sambil menatap wajah laki laki itu dengan sinis.

"Yak! Kau mesum! Katakan padaku apa saja yang sudah kau lihat, hah!?" Jihoon yakin pipinya kini sudah sangat merah. Jadilah dia menutupi wajahnya dengan jas Soonyoung.

"Aww! Ahhh! Astaga pantatku.. Kenapa kau harus mendorong

ku, sih?" Soonyoung mengatakannya sambil berjalan mendekati Jihoon.

"Jangan mendekat atau, aku akan memukulmu, lagi." Jihoon makin menutupi wajahnya dengan jas Soonyoung.

"Wah, ternyata kau tak tahu balas budi,ya. Aku baru saja menolong

mu dari om om mesum dan kau malah menendangku? Kau juga mengancam akan memukulku. Ckckckck aku penasaran bagaimana reaksi teman temanmu jika mereka mendengar hal ini." sial, Jihoon terjepit di tembok.

Tak punya jawaban dan pilihan lain, akhirnya Jihoon berkata, "T-terima kasih." dan mengeratkan genggamannya pada jas Soonyoung yang masih ia gunakan untuk menutupi pipi memerahnya.

"Hanya itu?" Soonyoung mengeluarkan smirknya dan mengarahkan tangannya pada bagian paha dalam Jihoon, mengelusnya pelan sambil berkata, "Setidaknya biarkan aku mengusap pahamu—Akhh!! Yakk! Aw.. Kakiku sakit!"

Soonyoung melompat lompat tak jelas sambil memegangi tulang kering sebelah kirinya yang baru saja di tendang keras oleh Jihoon.

PLAK! Jihoon bahkan memberikan bonus berupa tamparan di pipi kiri Soonyoung hingga kulit putihnya sedikit berbubah warna menjadi merah.

"A-apa yang telah kau lakukan, hah!? Aku bilang jangan menyentuhku! I-itu pelecehan namanya!" setelah mengucapkannya, Jihoon berlaru meninggalkan Soonyoung.

Tak lupa ia melemparkan jas laki laki sipit itu hingga tepat mengenai kepalanya.

"E-eh! Jihoon!" Soonyoung berteriak. Saat ia sadar bahwa kegiatannya tadi tak membuahkan hasil dan malahan hanya akan membuatnya tampak bodoh, ia menundukan wajahnya dan berbisik, "Dasar wanita aneh.."

Suara hentakan sepatu berhak tinggi yang bertabrakan dengan lantai terdengar sangat kontras di lorong hotel itu.

jihoon dengan pipinya yang memerah hebat dan jantungnya yang berdebar dengan kencang.

Ia marah, malu, gugup, dan kaget!! Ini pertama kalinya ada orang asing yang menyentuhnya—Soonyoung itu orang asing baginya— dan parahnya ia laki laki! Dan langsung menyentuh pahanya! Sekali lagi Jihoon tekankan..PAHANYA!

Jihoon adalah anak baik baik yang selalu di antar jemput oleh ayahnya. Bahkan jika hanya les atau pergi ke rumah teman, ayahnya akan mengantarkan Jihoon.

Tak peduli jam berapa itu, yang mengantar Jihoon haruslah ayahnya. Mereka tak terlalu percaya kalau ada orang lain yang mengurus Jihoon.

Semua pelayan yang bekerja di dalam rumah—maksudnya memiliki potensi untuk berinteraksi dengan Jihoon—adalah wanita. Sehingga Jihoon tumbuh menjadi gadis yang memiliki hubungan canggung dengan laki laki.

Beruntung saja di kelas 11 ini dia bisa berteman dengan Seokmin yang notabene adalah laki laki. Entahlah, Jihoon merasa aman bersama Seokmin. Jihoon bahkan tak segan untuk menyentuh pipi Seokmin atau memukul pelan laki laki berhidung perosotan itu.

Eh, eh jangan salah sangka dulu! Jihoon tak mungkin menyukai Seokmin! Laki laki itu sudah ada yang memiliki. Seorang anak kelas sebelah yang memiliki paras kucing yang Jihoon ketahui namanya adalah Jisoo.

Kalau Wonwoo..masalah percintaan wanita itu sangat membuat frustasi untuk didengarkan. Ia dijodohkan oleh orang yang merupakan mantan pacarnya saat SMP dulu.

—GREAT SEDUCER—

Ke'esokan harinya Jihoon berangkat sekolah dengan wajah cemasnya. Ia benar benar gugup dan tak tahu harus berbicara apa jika nanti ia bertemu dengan Soonyoung.

Remasan kuat ia berikan pada ujung jaketnya. Haruskah ia hanya menganggap kejadian kemarin itu hanya angin lalu? Ya..sepertinya begitu lebih baik. Cukup pura pura tak kenal Soonyoung dan menghindar darinya.

Jihoon menghela nafas dan berujar, "Fighting." dengan lirih sebelum ia membuka pintu kelas dan berjalan masuk sambil menunduk—menghindari bertatapan dengan wajah Soonyoung maksudnya.

Ia terus berjalan hingga sebuah tangan menahannya. Sial! Seperti adegan di drama Korea yang selalu Jihoon tonton saja! Astaga..apa orang ini Soonyoung?

Jihoon mendongakan kepalanya secara perlahan sambil memejamkan matanya erat. Perlahan ia membuka matanya dan bernafas lega saat menyadari bahwa Seungkwan lah orang yang menahan tangannya tadi.

"Jihoon-ie sayang~ hehehe anu.. Maafkan aku!" Seungkwan menyatukan kedua tangannya didepan wajahnya layaknya orang berdoa.

Setelah nafas leganya tadi, ia mengeluarkan tatapan kesalnya dan bersiap menghujani Seungkwan dengan pertanyaan.

"Mwo? Mwo? Kesalahan apa yang telah kau lakukan, hah?" Jihoon berujar khawatir. Anak ini tak berbuat macam macam, 'kan?

"Hari ini kita tidak bisa duduk bersama. Aku sudah ada janji duduk dengan Mina hari ini. Maaf, ya." Seungkwan berujar dengan wajah sedihnya.

"Ih~ kenapa begitu? Lalu aku duduk dengan siapa?" Jihoon menatap Seungkwan dengan tatapan kesalnya.

"Ck! Kau kan bisa duduk dengan," Seungkwan menjeda omongannya dan mengedarkan pandangannya. "Kwon Soonyoung! Atau bisa juga dengan Minhyuk? Mereka masih tak ada partner, tuh" lanjut Seungkwan tanpa merasa bersalah.

"Yeoksi, Boo Seungkwan! Lihat saja pembalasanku!" Jihoon menatap Seungkwan dengan sinis sebelum berjalan ke arah seorang wanita yang duduk dibangku belakang dengan hati hati.

Sial..ia tak mengenal wanita itu tapi, ia harus melakukannya karena hanya tersisa dia dan seseorang yang tak ingin Jihoon sebukan namanya yang belum memiliki pasangan duduk.

Disisi lain sepertinya Soonyoung tengah menahan rasa bosannya dengan memainkan HP-nya dan menopang wajahnya didagu.

"Soonyoung-ah. Duduk bersamaku, ya." seorang wanita yang tadinya sudah mendapat tempat duduk kini berdiri dari tempatnya, menghampiri Soonyoung dan mengatakan hal itu bak seorang jalang.

"Jangan bertingkah layaknya jalang disekolah Yura-ah. Kau bisa diskors kalau ketahuan." Soonyoung menatap Yura sambil menopang wajahnya di dagu.

Wanita yang dipanggil Yura itu kini tersenyum malu malu dan mencubit kecil lengan Soonyoung, "Arraseo, akan ku lakukan nanti saat pulang sekolah saja" setelahnya ia menunduk untuk berbisik pada Soonyoung, "Daddy."

Di depan wanita itu Soonyoung hanya mengangguk dan menunjukan senyum tipisnya padahal laki laki itu kini tengah merotasikan matanya malas.

Atau.. Tidak! Karena sekarang mata malas Soonyoung sudah berubah menjadi mata lapar akibat melihat adanya mangsa didepan mata.

Soonyoung melihat Jihoon yang kini memasang ekspresi sebal sekaligus khawatirnya saat ia berbiacara dengan seorang gadis yang duduk di pojok belakang.

"Ah, jadi ini tempat duduk pacarmu, ya? Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, ya."

"Maafkan aku Jihoon."

"Ah, tidak tidak! Jangan meminta maaf. A-aku tak akan mungkin menganggu kalian, 'kan?" Jihoon tersenyum manis meski sebenarnya jantung gadis itu berdetak tak karuan.

Tentu saja! Kalau wanita yang bernama Minhyuk ini tak bisa duduk bersamanya itu berarti ia harus duduk bersama si sipit mesum itu!

Aish! Matilah Jihoon!

Jihoon menghela nafas berharap yang keluar bukan hanya karbondioksida tapi, juga semua syaraf malunya agar dirinya tak perlu malu malu untuk duduk bersama Soonyoung.

Semangat Jihoon-ah! Hanya untuk hari ini saja!

Perlahan Jihoon berjalan ke arah meja Soonyoung dan berhenti tepat didepannya menghasilkan bisik bisik tak jelas dari bangku dibelakang.

Jihoon menunduk dan menggigit bibirnya. Ia berdecak dengan wajah masamnya dan mencoba untuk menetralkan kegugupannya dengan berdehem.

Ia mendongak dan menemukan Soonyoung yang tengah menatapnya dengan senyum manisnya. Cih, senyuman buaya!—batin Jihoon.

"A-apa!?" gertak Jihoon yang gugup kala ditatap seperti itu.

"Ya, memangnya ada apa?" Soonyoung yang tak mau kalah ikutan bertanya dengan nada tak terima.

Jihoon memalingkan wajahnya tak percaya dengan jawaban Soonyoung. Ia berdecak malas dan berkata, "Singkirkan tasmuuuhh" ujar Jihoon ketus sambil mendorong tas Soonyoung hingga Soonyoung sendiri hampir terdorong jatuh dari kursi lalu Jihoon duduk dibagian bangkunya.

Soonyoung ikut memalingkan wajahnya tak percaya. Harga dirinya baru saja dilukai!

"Bagaimana jika aku bilang," Soonyoung menjeda omongannya dan tersenyum sinis.

Ia melakukan hal yang sama dengan yang Jihoon lakukan—mendorong tasnya hingga Jihoon hampir jatuh dari kursi—untuk totalitas, Soonyoung juga ikut mendorong tubuhnya agar mendekat ke tubuh Jihoon, "Tidak mau" dan kembali pada posisinya lagi.

"Ouh yak! Kau pikir ini kursi nenek moyangmu? Ku bilang minggirhhh!!" Jihoon mendorong kuat tas Soonyoung dengan kedua tangannya sedangkan Soonyoung hanya menahan bagian lain dari tasnya dengan satu tangan sambil memasang wajah mengejeknya.

"Shi—reo." ujar Soonyoung lirih sambil menjeda omongannya dan jangan lupakan wajah sombong dan mengejeknya.

Jihoon yang menyerah akhirnya berhenti saat ia rasa tenaganya mulai habis  "Hah..hah..hah..oke! Kalau itu maumu! Lihat saja, aku akan membuang tasmu!" Jihoon beranjak berdiri dan mengambil tas Soonyoung hendak membuangnya.

Soonyoung yang melihat pemberontakan seperti ini hanya mendecih kecil dan menarik tasnya kembali dengan kuat hingga Jihoon ikut ikutan jatuh dengan posisi memeluk Soonyoung.

"KYAAA APA APA'AN ITU!?"

"ASTAGA! ASTAGA! JIHOON MEMELUK SOONYOUNG!"

"Cih, dasar jalang!"

"Entah kenapa mereka terlihat cocok!!"

Jihoon memejamkan matanya dengan erat. Astaga! Ia sangat sadar bahwa kini kedua tangannya tengah berada di leher laki kaki mesum!!

Senyuman manis tanpa sadar Soonyoung keluarkan. Ia bahkan memiringkan kepalanya untuk menyamankan posisinya mengamati wajah Jihoon yang terlihat lucu saat ketakutan seperti itu.

"Wuahh~ Jihoon-ie ternyata agresif, ya." suara lirih Soonyoung di telinga Jihoon membuat gadis manis itu tesadar dan mendorong Soonyoung sekuat kuatnya.

Jihoon bersyukur hari ini ia memakai Jaket yang meliki mode resleting yang bisa ditarik hingga menutupi seluruh wajahnya. Jadilah ia memasangkan penutup kepalanya menarik resletingnya hingga sebatas hidung.

Setelahnya ia mulai menyibukan diri dengan menata buku buku untuk pelajaran pertama dengan gerakan kaku dan gugup.

Hal itu membuat Soonyoung tak kuasa menahan tawanya saat tak jarang ada beberapa benda yang Jihoon jatuhkan. Bahkan kini Jihoon terlihat panik mencari penghapusnya yang tak sengaja ia gelindingkan ke bawah tadi.

Soonyoung tahu, penghapus Jihoon itu menggelinding sampai ke sepatunya. Jadilah Soonyoung mengambilnya dan ia mendekatkan dirinya pada Jihoon dan berbisik tepat ditelinganya.

"Kalau kau gugup, bilang. Tak usah ditutup tutupi begitu," setelahnya, Soonyoung menurunkan resleting jaket Jihoon hingga sebatas leher dan menunjukan penghapus tadi didepan wajahnya sambil berkata, "Nih, penghapusmu. Merepotkan saja."

Buru buru, Jihoon merebut penghapusnya dan menolehkan wajahnya kearah kiri—Soonyoung di sebelah kanan Jihoon—dan menopang dagunya seakan ada objek menarik disebelah sana.

"Terima kasih." ujarnya tanpa melirik ke arah Soonyoung.

Tak ingin membuat si gadis makin malu, Soonyoung hanya menahan tawannya sembari mengangguk dan kembali keposisinya.

TBC

Bạn cũng có thể thích