webnovel

Emosional

"Kita kaya, Bos!"

"Sudah kuduga dia akan terkecoh."

Balapan dimenangkan oleh Teddy. Pada akhirnya Baron memberikan pria itu uang senilai tiga miliar. Baron tak akan miskin hanya karena kehilangan uang tersebut, namun....

[Flashback On]

Baron memimpin balapan. Mesin motornya melaju dengan kecepatan penuh. Di pertengahan area balapan, dia terus meluruskan pandangan. Baron tak ingin terusik sedikit pun.

Namun tiada disangka, ada sebuah mobil merah menghalanginya. Mobil merah itu bahkan tergores mesin motor pada bagian ujung sebab Baron kewalahan mengerem.

"Sialan!" desisnya lantas menghentikan laju motor.

Sementara Teddy tersenyum puas dibalik helmnya. Dia masih mengendarai motor dan membiarkan Baron berhenti di tengah balapan.

"Baron! Bisa-bisanya kamu bohongi mommy lagi? Kamu bilang kamu nggak akan balapan lagi!" Helena keluar dari mobil dengan emosi yang tersulut.

"Mommy ngapain sih di sini, hah?!? Mommy nggak tau kalau tempat ini rawan pencopetan? Rawan begal?"

"A-apa? M-mommy nggak tau," jawab Helena dengan raut wajah berubah pucat.

"Sekarang apa?" Baron mengacak rambutnya—frustasi tentu saja. Helena menggagalkannya untuk memenangkan balapan. Meski dia tak suka dengan perilaku seenaknya wanita itu, dia tetaplah ibu kandungnya. "Mommy tau? Gara-gara mommy uang tiga miliar aku hilang!"

Helena membulatkan bola mata sempurna, "T-tiga miliar? Apa yang kamu bicarakan, Baron?!?" bentaknya seraya meraih kedua bahu Baron. Dia menggoyangkan bahu Baron—mungkin berharap bahwa apa yang dikatakan Baron tadi tidaklah benar.

"Udahlah nggak penting. Sekarang mommy pulang, dan nggak usah ikut campur urusan Baron lagi!"

"Tidak Baron, kamu tidak boleh balapan liar lagi. Kamu bisa ditangkap polisi kalau.... "

"Kalau apa?!?" bentak Baron sekali lagi. Sekali lagi, Baron bukanlah orang yang suka memendam perasaan. Dia cenderung meluapkan emosi secara langsung—bisa dibilang dia orang emosional.

"K-kamu kenapa bentak mommy?" Helena menunduk sendu, namun Baron sama sekali tak menghiraukannya.

"Terserah mommy mau di sini aja atau pulang. Baron mau balik sama temen yang lain," ujar Baron lantas hendak kembali mengendarai motornya.

"Baron, tunggu!" cegah Helena. Wanita dengan rambut yang diwarnai merah pada ujung-ujungnya, kulitnya yang awet muda serta kacamata hitam yang dipakainya membuat Helena terkesan mewah. Ah, jangan lupakan high heels setinggi harapan Baron itu, Baron bahkan tak bisa membayangkan betapa repot nya memakai benda tersebut.

"Mommy mau bicara," sambungnya.

"... " Tanpa berkata, Baron mengurungkan niat untuk memakai helm full face-nya. Dia menunggu perkataan selanjutnya dari Helena. Sudah cukup dia kehilangan uang tiga miliar, dia tak ingin menambah beban pikiran lagi karena ulah mamanya sendiri.

"Kamu udah tau kan kalau mommy sama daddy mau cerai, jadi... "

"Kalau mau ngomongin masalah cerai, mending nggak usah. Percuma! Kalian juga nggak akan pernah mau dengerin aku, 'kan?" sela Baron.

Kalimat yang keluar dari mulut Baron membuat Helena menutup bibir rapat-rapat. Tatapannya kembali sendu, dan Baron merasa muak melihatnya.

"Mommy udah disakiti terus sama Daddy. Mommy nggak kuat lagi, Baron. Tapi tolong, tolong nanti kamu tinggal sama mommy ya?" bujuk Helena dengan wajah melas ala-nya.

Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Baron. Dia kembali tak acuh. Sebagai anak satu-satunya Helena, Baron sungguh mengetahui sifat asli ibunya. Helena ingin harta gono-gini, dia ingin mengambil alih perusahaan yang diatasnamakan dengan namanya. Baron tak ingin hidup repot karena perceraian mereka.

"Baron, tunggu! Baron!" Baron langsung meninggalkan Helena yang tersulut emosi di sana.

"Benar-benar... " Raut wajah wanita itu seketika berubah. Dia kesal lantas bergegas kembali memasuki mobilnya.

Tanpa Baron sadari, rupanya Teddy masih menunggunya. Baron mengernyitkan dahi, apa yang ada di otak pria itu? Apa dia pria dermawan yang merelakan tiga miliar begitu saja?

Baron akhirnya menepikan motornya. Sementara Teddy tengah menyeringai—entah apa rencana pria itu..

"Mau jadi dermawan dadakan, huh?" sindir Baron.

Teddy, pria yang seumuran dengan pamannya, mendengus pelan. Dia menggelengkan kepala, "Bocah kecil sepertimu nggak akan tau masalah orang dewasa."

"Kau tahu, ayahmu menghamili wanita lain. Sebentar lagi kariernya akan hancur, dan kau? Kau pasti akan jadi gelandangan, hahaha!" Teddy tertawa begitu puas. Dia bahkan mematikan mesin motor. Helm full face dia lepas begitu saja sehingga memperlihatkan raut wajah senangnya.

Sebuah tonjokan pun melayang cepat. Lebam tercetak jelas di pipi sebelah kanan Teddy. Tadinya Baron ingin memukul bagian jantung, namun takut pria itu tak tertolong dalam sekali pukul.

"Jaga ucapan lo!" desisnya.

Teddy memegangi pipi, dia kemudian menatap Baron dengan remeh. Lagi dan lagi.  Teddy selalu menampakkan seringai memuakkan nya.

"Bentar lagi pasti bokap lo jadi trending topik. Mario, si pengusaha kaya yang dermawan, rela mendirikan sebuah badan amal, dan bahkan rela mengabdikan dirinya dua tahun di Afrika untuk membuatkan sumur di sana, kini tengah menghamili wanita lain dan kabarnya perceraian sudah di depan mata, HAHAHA!"

Bug!!

Baron tersulut emosi—dia tak bisa menahan diri. Bahkan jika bisa, Baron hendak membunuh Mario saat ini juga. Akan tetapi, kepalanya dipenuhi oleh masalah di keluarganya yang benar-benar rumit. Baron tidak menyangka dia mendengar kabar tersebut dari mulut kotor Teddy.

"Sekali lagi lo omong macem-macem tentang keluarga gue, gue pastiin lo mati di tangan gue saat itu juga!"

Setelah mengucapkan itu, Baron sempat menginjak perut Mario dengan kaki beratnya. Darah pun keluar dari mulut pria itu. Namun Teddy—dia tetap mempertahankan smirk andalan. Dia merasa puas Baron telah terkecoh dengan omongannya.

"Tumben dia terkecoh," ujar Teddy.

[Flashback Off]

~~~

Ariana serta teman yang lain merasa kebingungan. Baron tak kunjung muncul, sementara Teddy tertawa bahagia. Bagaimana tidak? Tiga miliar ada di depan matanya saat ini.

"Kemana dia?" Mike masih menunggu kemunculan Baron—tak ada tanda-tanda apapun dari pria itu.

"Apa terjadi sesuatu ya sama dia?" Ariana juga merasa risau. Bagaimana jika Baron kecelakaan? Atau mungkin pria itu kena begal seperti yang hampir dia alami.

Tidak. Tidak. Ariana menggelengkan kepalanya cepat. Bagaimana mungkin ada pria yang berani membegal Baron? Pasti pria itu akan meninggal di tempat jika hal itu terjadi.

Vero berusaha menghubungi Baron. Namun tak ada respon apapun dari sang empu.

"Gimana, dia belum respon?" tanya Mike merasa khawatir.

"Nggak, Bang. Gimana sih tuh anak? Dia kemana coba?" Vero bertanya-tanya. Sementara Mike hanya menghela napas frustasi. Pertama kalinya Baron menghilang dalam balapan seperti ini. Dia hanya takut hal-hal yang tak diinginkan terjadi.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di layar ponsel Mike maupun Vero. Ada sebuah link yang tersebar di grup Agabronx. Link itu berasal dari anggota gengnya.

|Momon|

Woi cpt liat ini

https://....

Mike dan Vero saling menatap satu sama lain. Mereka mencoba bertelepati. Hingga dalam satu ketukan, sebuah berita menegangkan membuat kedua bola mata mereka membulat sempurna.