Ke-esokan hari Amel dan Gavin benar benar ke dokter psikolog. Amel benar benar merasakan debaran jantung-nya. Amel lebih baik berbicara di depan banyak orang atau secara publik, daripada harus mengecek dirinya ke dokter psikologi, yang menghubungkan ke psikis.
Trauma memang ada, namun Amel dapat mengendalikan itu. Amel tidak menunjukan sisi ketakutannya, Amel hanya selalu dihantui oleh orang berbaju hitam dan angka angka misterius yang akhir akhir ini terus hadir. Ralat, semenjak ibunya meninggal, angka angka itu hadir, dan parahnya sekarang Amel tidak tau dimana keberadaan Ayahnya sendiri.
Amel melihat lihat kesekitar lewat jendela mobil Gavin. Matanya terpaku pada gerobak yang menjual makanan rujak dipinggir jalan. Dengan cepat Amel menepuk nepuk bahu Gavin.
"Sayang berhenti dulu," pinta Amel. Gavin yang mendengar permintaan Amel, segera meminggirkan mobilnya dan memberhentikan mobilnya. Amel dengan cepat keluar dari mobil.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com