"Aku akan meluruskan ini. Pertama, aku bukannya tidak mungkin menerima perjodohan ini, tapi aku memang tidak akan pernah menerima perjodohan ini. Kedua, aku ini masih muda dan bahkan belum lulus kuliah. Bagaimana bisa aku harus menikah dengan orang sepertimu? Ketiga, kamu bukanlah tipeku. Bahkan sejak pertama kali kita bertemu, kamu bukanlah tipeku. Kalaupun kita menikah dan kamu jadi suamiku, kamu harus mengingat ini, kamu bukanlah suami yang aku inginkan," kata Allyna dengan pedas kepada Jhino.
Jhino sebenarnya sangat tertohok dengan perkataan Allyna itu. Dia tidak menyangka Allyna akan mengatakan hal seperti itu. Tapi Jhino tidak marah sedikit pun. Dia berusaha untuk sangat sabar kepada Allyna. Jhino memang jarang marah, bahkan hampir tidak pernah marah kepada siapapun. Mungkin inilah mengapa orang-orang sering menganggapnya remeh.
Dia menghela nafas. Allyna dapat merasakan kalau dirinya menang. Mungkin setelah mengatakan hal tersebut, Jhino akan mundur dari perjodohan ini dan membuat Allyna bebas.
"Baiklah, aku mengerti apa yang kamu katakan dan aku paham betul apa maksudmu. Jadi... sekarang biarkan aku menjelaskan ini..." kata Jhino kemudian tersenyum sebentar.
Allyna mendadak merasa harus mengantisipasi apa yang akan Jhino katakan. Apakah dia akan mengatakan hal-hal yang buruk? Entahlah, Allyna tiba-tiba merasa ngeri. Tapi sebisa mungkin dia menyembunyikan perasaan itu dan terlihat garang.
"Kamu harus tahu akan hal ini. Seharusnya kamu tidak mengatakan hal ini kepadaku karena bukan aku yang menginginkan perjodohan ini. Kamu harus ingat dan sangat mengingat ini bahwa perjodohan diantara kita berdua adalah kemauan kedua orang tua kita. Kamu mungkin ingin menolaknya dan itu adalah hak kamu, Allyna..." kata Jhino dengan sesabar mungkin.
Meskipun perkataannya terasa menyayat hati, tapi Jhino mengatakannya dengan nada yang sabar dan tidak ada emosi sedikitpun.
Allyna merasa sedikit kesal dengan perkataan Jhino. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal seperti itu. Ya... walaupun Jhino mengatakannya dengan sabar, tetap saja ini membuat emosi Allyna naik.
"... Aku mengikuti perjodohan ini karena aku merasa aku harus menuruti kemauan orang tuaku. Aku bukanlah anak yang pembangkang. Aku selalu menurut kepada orang tuaku selama itu adalah hal yang baik. Aku tidak tahu apakah menurutmu ini baik atau tidak. Tapi, kalau mereka sudah memilihmu, mungkin mereka merasa kamu adalah calon yang baik..." lanjut Jhino.
"Bukan anak pembangkang? Apa kamu mau mengatakan bahwa aku adalah anak pembangkang?" tanya Allyna yang merasa tersindir dengan perkataan Jhino.
Jhino memejamkan matanya sejenak. Memang tidak mudah menghadapi seseorang yang masih muda dengan pemikiran yang menurut Jhino sedikit tertutup dan tidak bisa melihat situasi dari berbagai sudut pandang. Jhino bisa merasakan kalau Allyna egonya masih tinggi sekali. Dia mementingkan apa yang menjadi keinginannya sendiri.
"Tidak, Allyna. Aku tidak bermaksud mengatakan hal itu kepadamu. Hanya saja aku ingin meluruskan dan memberitahu kepadamu kalau aku selalu menjadi anak yang penurut kepada orang tuaku. Itulah alasan kenapa aku tidak menolak perjodohan ini sama sekali," jelas Jhino dengan nada sesabar mungkin.
Emosi Allyna rasanya naik turun. Baginya Jhino sungguh menyebalkan. Bagaimana bisa dia tidak menolak perjodohan ini sedikitpun hanya karena alasan dia adalah anak yang penurut? Oh... sungguh kolot bagi Allyna.
"Baiklah. Kalau itu penjelasanmu dan pembelaanmu bahwa kamu menuruti kemauan orang tuamu. Tapi... aku ingin memastikan, apakah kamu tidak punya kekasih?" tanya Allyna yang buru-buru disambut dengan pandangan bertanya oleh Jhino.
"Maksudku, kamu mungkin saja sedang jomblo dan tidak ada pilihan lain untuk menerima perjodohan ini karena setelah bertemu denganku, kamu tertarik padaku yang cantik ini?" tanya Allyna memancing Jhino dengan pertanyaan yang sudah dipastikan oleh Allyna dapat membuatnya semakin muak dengan pertanyaan Allyna itu.
Jhino menghela nafas dan mencoba untuk tersenyum.
"Allyna, sekali lagi aku harus meluruskan ini kepadamu. Aku... memang tidak punya kekasih, pacar, gebetan, atau sebagainya. Aku bukanlah orang yang mudah jatuh cinta. Selama ini, aku berusaha tidak jatuh cinta dengan wanita karena orang tuaku ingin aku fokus pada mimpiku..." jelas Jhino yang membuat Allyna semakin merasa aneh pada diri Jhino.
Mana mungkin dia nggak pernah jatuh cinta. Cupu banget jadi orang, batin Allyna.
"... Jadi, kamu tidak perlu khawatir kalau aku akan meninggalkanmu di tengah perjodohan ini dengan berselingkuh bersama orang lain. Tidak, aku bukan orang yang seperti itu..." lanjut Jhino.
"Oke, oke, baiklah. Lalu kamu pasti tertarik padaku karena aku cantik kan? Iya kan?" tanya Allyna ingin segera mendapatkan jawaban dari Jhino dan memberikan pernyataan yang bisa membuatnya terjebak dengan jawabannya sendiri.
"Allyna, kamu memang cantik. Aku yakin akan ada banyak laki-laki yang setuju dengan pendapatku dan mengatakan hal yang sama. Kamu memang cantik. Tapi sekali lagi, aku menerima perjodohan ini karena aku menuruti kemauan orang tuaku. Dan, Allyna, ini sangat penting bagimu. Aku harus mengatakannya," kata Jhino terhenti sejenak karena ada orang yang lewat dan terlalu dekat dengan meja mereka berdua.
Allyna sudah menunggu apa yang akan dikatakan oleh Jhino. Apakah ini akan membuatnya emosi lagi? Atau pada akhirnya Allyna bisa menjebak Jhino dengan jawaban yang dia berikan.
"Cantik itu relatif, Allyna. Cantik itu tidak hanya sekedar paras. Tapi seseorang yang bisa dikatakan cantik secara sempurna kalau kepribadiannya juga baik. Aku bukanlah orang yang berhak untuk menilai kepribadianmu. Tapi kamu pasti bisa menilai sendiri, apakah kamu memang cantik secara sempurna atau tidak. Maafkan aku harus mengatakan ini, tapi aku bukan menerima perjodohan ini karena kamu cantik. Aku sudah mengatakan berkali-kali apa alasanku," kata Jhino masih dengan nada sabar dan lembut.
Jhino tahu kalau emosi Allyna masih sering naik turun. Dia harus berusaha untuk menanggapi apapun yang Allyna katakan dengan sabar dan tenang. Menghadapi orang yang masih mempunyai ego yang tinggi tidak bisa dengan emosi.
Allyna menatap Jhino dengan tidak percaya. Bagaimana bisa Jhino mengatakan kalau dia tidak bisa menilai kepribadian Allyna? Apakah ini tandanya dia menyindir kalau Allyna punya kepribadian yang buruk? Emosi Allyan memuncak. Dia kesal bukan main.
"Apakah menjadi penurut itu sangat menarik dan menyenangkan seperti yang kamu bayangkan selama ini? Aku rasa kamu memang orang yang cukup kolot. Kamu mengatakan seolah aku adalah orang yang buruk. Padahal pada kenyataannya, kita sangat berbeda, itu saja..." kata Allyna dengan emosi yang menjadi-jadi.
Jhino menatapnya dengan pandangan tenang dan sabar. Bukan berarti Jhino tidak ingin menenangkan Allyna, hanya saja dia tidak mau ada penolakan yang lebih jauh. Pertemuan dan perdebatan ini saja sudah membuatnya lelah. Padahal mereka belum menikah, tapi sudah bertengkar hebat seperti ini.
"... Dan asal kamu tahu, aku sudah punya pacar dan dia lebih ganteng daripada kamu," kata Allyna.
Kira-kira bagaimana tanggapan Jhino dengan perkataan Allyna? Ikuti terus ya :)