Allyna dan Jhino akhirnya pergi ke sebuah cafe yang tak jauh dari lokasi kantor Jhino, yaitu Gliserra Food. Hari itu, Jhino merasa senang karena Allyna mengunjunginya. Ini pertama kalinya, dan Jhino berharap semoga saja Allyna akan lebih sering mengunjunginya walaupun hanya sebentar.
Sepanjang jalan mereka diam saja. Sebenarnya Jhino ingin mengatakan banyak hal kepada Allyna, tapi dia belum yakin apakah Allyna sudah benar-benar menerimanya. Jhino tidak ingin mood Allyna hancur hanya karena egonya untuk berbicara dengan istrinya.
Sementara itu, Allyna juga sebenarnya ingin menceritakan semuanya kepada Jhino. Bagaimana perasaannya tadi yang cukup deg-degan saat Prof Zahra membaca judul yang dia ajukan hingga bagaimana beliau menyetujuinya. Allyna ingin membagikan itu semua, tapi dia merasa tidak enak karena melihat wajah Jhino yang mengantuk dan lelah.
Setelah sampai di cafe itu, mereka berdua segera mencari meja dan memesan makanan dan minuman.
"Jadi, bagaimana ceritanya bisa di-ACC sama dosen pembimbingmu?" tanya Jhino membuka obrolan diantara mereka.
Allyna otomatis merasa bersemangat. Dia pun menceritakan panjang lebar semuanya. Jhino merasa senang bisa melihat dan mendengarkan cerita Allyna. Dia bersinar. Jhino bisa melihat betapa Allyna sebenarnya gadis yang bersinar. Hanya saja perjodohan kemarin membuatnya merasa terpuruk. Dalam hati, Jhino berjanji untuk terus membuat Allyna menjadi wanitanya yang bersinar.
Sayang sekali cerita Allyna harus terhenti karena makanan dan minuman mereka sudah datang. Jhino pun mengajak Allyna untuk makan terlebih dahulu.
"Setelah ini, sebaiknya kamu pulang saja. Bukannya aku tidak suka kamu disini, hanya saja aku sedang banyak pekerjaan. Aku tidak mau kamu bosan," kata Jhino.
Allyna merasa sedikit kesal. Padahal dia baru saja bersenang-senang dengan menceritakan rencana proposal skripsinya. Dia masih ingin membahasnya dengan Jhino. Entah kenapa ternyata bahasan skripsi ini sangat menarik untuk dibahas dengan Jhino. Allyna merasa nyambung.
Baru saja Allyna akan membuka mulutnya untuk menjawab perkataan Jhino, hp Jhino berdering. Jhino pun segera mengangkatnya.
"Sebentar, ada telepon dari Firza," kata Jhino meminta izin kepada Allyna untuk mengangkat telepon.
Allyna hanya mengangguk. Dia menguping pembicaraan Jhino dan Firza sambil menikmati makanannya. Allyna bisa mendengar kalau Firza memberikan sederet jadwal kepada Jhino. Selama ini Allyna tidak tahu kalau Jhino ternyata sibuk sekali. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri. Bahkan Allyna sudah merepotkan Jhino untuk membantunya mengerjakan proposal skripsinya.
"Maaf, tadi Firza konfirmasi untuk agenda hari ini," kata Jhino setelah menutup teleponnya dengan Firza.
"Iya, gapapa," kata Allyna.
"Kamu gapapa kan habis ini langsung pulang? Aku ada banyak kegiatan," tanya Jhino.
"Gapapa. Ya udah, kita makan dulu," jawab Allyna.
Jhino merasa lega karena Allyna memahami kondisinya. Walaupun hanya sebentar, tapi rasanya senang sekali bisa berduaan dengan Allyna tanpa adanya pertengkaran.
***
Allyna akhirnya pulang setelah selesai makan bersama Jhino dan mengantarkannya kembali ke kantornya. Sepanjang jalan pulang, Allyna memikirkan Jhino yang ternyata sangat sibuk tapi masih menyempatkan diri untuk membantu Allyna. Sementara selama ini, Allyna sangat egois dan memikirkan dirinya sendiri. Mendadak dia jadi merasa bersalah.
"Kayaknya aku harus memberikan sesuatu untuk dia. Tapi apa ya?" tanya Allyna pada dirinya sendiri.
Allyna berpikir sambil menunggu lampu merah berganti menjadi lampu hijau.
"Apa aku buatin masakan aja ya buat makan malam? Tapi… aku cuma bisa masak nasi goreng. Hmm… gapapa kayaknya. Dia pasti maklum lah sama aku," kata Allyna yang akhirnya menemukan ide untuk membalas kebaikan Jhino.
Saat lampu lalu lintas sudah berubah berwarna hijau, Allyna mulai melajukan mobilnya. Dia kemudian mampir ke sebuah supermarket yang cukup besar disana. Allyna berniat untuk berbelanja bahan-bahan untuk membuat nasi goreng spesial untuk Jhino nanti malam.
***
Jhino merasa bersemangat setelah Allyna mengunjungi kantornya. Sepanjang hari senyumnya tidak bisa surut. Semua orang bisa melihat betapa bahagianya Jhino hari itu.
"Apakah aku harus bertanya dia sudah sampai di apartemen atau belum?" tanya Jhino pada dirinya sendiri.
Sekarang dia sedang di ruangannya setelah selesai rapat dengan klien yang baru saja datang dari luar negeri.
"Tidak. Aku tahu Allyna tidak suka kalau aku terlalu perhatian dengannya. Aku tidak mau dia ilfeel. Semoga saja, dia baik-baik saja," kata Jhino. Dia mencoba untuk memantapkan hatinya.
Saat itu, Firza mengetuk pintu ruangan Jhino. Jhino pun mempersilahkan Firza masuk ke ruangannya.
"Maaf, Pak Jhino. Baru saja ada berita yang mengejutkan. Sepertinya, kita harus segera menyelesaikannya," kata Firza sambil menunjukkan dokumen penting kepada Jhino.
Jhino sangat kaget. "Baiklah. Kita kerjakan sekarang sampai selesai."
***
"Dia kemana sih? Udah jam 9 malam nggak pulang-pulang," gerutu Allyna sambil mondar-mandir di ruang makan.
Dia sudah menunggu Jhino sejak jam 5 sore tadi. Biasanya paling lambat Jhino akan pulang jam segitu. Entah kenapa hari ini Jhino pulang larut dan tidak memberinya kabar sama sekali.
"Aku udah masak nasi goreng nih. Udah dari tadi, pasti nasi gorengnya udah dingin," gerutu Allyna kesal.
Tak lama kemudian, terdengar suara Jhino yang memasukkan password apartemen mereka. Allyna pun segera berjalan ke ruang tamu.
"Kamu kemana-"
"Allyna, maaf…" kata Jhino dengan suara yang lelah.
Allyna baru saja mau marah-marah tapi melihat wajah lelah Jhino, dia jadi tidak tega.
"Maaf aku pulang larut dan tidak memberi kabar. Tadi ada hal yang harus aku bereskan. Aku mau mengabarimu tapi baterai hpku low. Maaf membuatmu menunggu," kata Jhino.
"Oh… iya, gapapa," kata Allyna sedikit kikuk. Dia tidak tahu harus bagaimana, "Ayo kita makan dulu. Aku udah masak. Ya… walaupun cuma nasi goreng."
Wajah lelah Jhino seolah tersuntik semangat. Mata Jhino berbinar-binar. "Kamu masak?"
"Iya, tapi mungkin udah dingin. Bia raku hangatkan lagi, nasi gorengnya," kata Allyna kemudian bergegas ke dapur.
Jhino yang bersemangat pun segera menyusul istrinya. "Nggak usah, gapapa. Kita makan aja. Atau kalau kamu nggak mau makanan dingin, mau pesan dulu?"
Allyna merasa gugup dengan nada bicara Jhino yang lembut. Dia menatap Jhino sejenak. "Nggak usah, aku keburu lapar."
"Ya udah, kalau gitu kita makan yang ada aja dulu," kata Jhino.
Allyna mengangguk.
Mereka sekarang duduk di meja makan dan sudah siap menyantap nasi goreng dingin buatan Allyna.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih karena kamu udah mau bantuin aku. Aku nggak bisa masak apapun selain nasi goreng ini. Maaf ya," kata Allyna.
"Kamu nggak perlu repot-repot seperti ini. Tapi, aku senang kamu mau coba masak. Nasi gorengnya enak," kata Jhino tersenyum.
Allyna tanpa sadar merasa salah tingkah. Baru kali ini ada yang memuji masakannya. Allyna rasanya ingin ngobrol panjang lebar dengan Jhino. Tapi sekali lagi, Jhino tampak lelah.
"Kenapa?" tanya Jhino karena Allyna melamun.
"Oh… enggak. Setelah ini aku mau tidur. Aku ngantuk," kata Allyna berbohong.
"Oh, ya udah. Biar aku aja yang beresin ini. Kamu tidur duluan aja," kata Jhino.
Allyna mengangguk. Dalam hati, dia sedang menunggu kapan bisa ngobrol panjang lebar lagi dengan Jhino. Entah kenapa dia sekarang mulai nyaman dengan suaminya itu.
Cie Allyna masak buat Jhino. Kira-kira bagaimana kelanjutan cerita mereka? Ikuti terus ya :)