webnovel

Chapter 38

Segerombolan burung raksasa menghampiri Issac dan kawan-kawan. Tidak hanya Kiyoyasu saja yang diserang. Tiga orang bersamanya menjadi sasaran target empuk bagi burung itu. Kepakan sayap hitamnya mengeluarkan ratusan bulu tajam. Tiecia histeris melihatnya. Issac menadahkan lengan kirinya, posisi bertahan. Pelindung diaktifkan, mengakibatkan serangan barusan terpental.

"Tiecia, bisa kau bantu meningkatkan pelindung yang kumiliki?"

"Tapi bagaimana caranya?" sembur Tiecia.

"Coba pikirkan sendiri!" teriak Issac.

Gadis berambut pirang mencoba berpikir sejenak. Di saat laki-laki berambut perak sibuk bertahan. Tekanan dari serangan burung raksasa itu membuat gerakan Issac menjadi terbatas. Dia berdecak lidah, melotot tajam pada serangan bertubi-tubi. Di samping itu, Kiyoyasu terus berayun tanpa henti. Pada telapak tangan kanannya, rupanya telah mengaktifkan pedang odachi. Memotong burung raksasa di bagian lehernya. Tubuhnya terhempas ke lautan. Ombak yang pecah, mulai terseret menuju daratan. Kiyoyasu melompat setiap tubuh burung berukuran raksas. Dengan santai, dia melewatinya tanpa ada hambatan. Sedangkan Reynold dan Issac harus menyelesaikan apa yang diperbuat oleh pria berbaju zirah aneh itu. Tongkat sihir Tiecia diayunkan. Melindungi Reynold dan Issac dari ombak yang pecah. Air laut mengalir pun terbelah. Di belakangnya, Tiecia juga mengambil langkah tindakan. Rahang giginya bergesekan. Ototnya menegang. Saat hendak melakukannya, Tiecia merasakan tongkat sihirnya menyatu dengan tubuh dia. Partikel-partikel sihirnya bersentuhan dengan permukaan kulit dia. Sorot kedua bola mata Tiecia terbelalak kaget. Takut dirinya terkena kutukan seperti Issac dan Reynold.

Namun, tidak ada reaksi dari mereka. Kedua lengannya. Saat itulah, gadis berambut pirang berteriak kencang. Sorot kedua matanya berubah menjadi sosok menakutkan. Kedua bola matanya memutih, dengan memiliki dua rahang di bawahnya. Dua tanduk dari tulang. Dimulai dari bagian punggungnya. Jumlah tulang yang menancap sekitar puluhan. Tersebar di mana-mana hingga mengeluarkan suara mengerikan. Kedua telapak tangannya memanjang beserta memiliki kuku tajam. Pada bagian pinggang, terdapat empat buah rusuk tulang menyerupai belalang. Warna merah pekat pada kulitnya. Gigi tajam di bagian perut terbuka lebar. Sebuah simbol kebalikan dari Dewa Ila yang merupakan pencipta. Simbol itu berupa tanda tanya terbalik, dengan ukiran huruf W secara terpisah pada bagian tengah. Dewa balas dendam, Yutra kah? Gumam Issac dalam hati. Tiecia berubah wujud menjadi sosok iblis yang mengerikan, tanpa disadari olehnya. Keriput-keriput mulai menyebar ke alam sadarnya. Berwarna merah pekat dan terdapat jantung yang memanjang. Tidak seperti ukuran pada seorang manusia umumnya.

Iblis itu membungkukkan badan. Sebuah hentakan dari kaki kanannya. Melesat dan melompat setinggi-tingginya. Kiyoyasu mengikat tali pengait ke sisi sebelah kiri. Tepat saat iblis itu bertengger. Makhluk itu membungkukkan badan dan mengangkatnya, meneriakkan sesuatu. Cakarannya berhasil menghancurkan burung raksasa. Menghasilkan luka paling dalam. Kiyoyasu tidak tahu siapa yang memanggil makhluk itu kemari. Paling tidak, dia sudah mengetahui bahwa iblis itu bukanlah musuh. Reynold yang masih sibuk menodongkan shotgun ke depan, berceletuk pada Issac. Laki-laki berambut perak penasaran dengan sosok sesungguhnya dari monster tersebut.

"Kutukan macam apa itu?" tanya Issac.

"Itu adalah manifestasi."

"Manifestasi?"

"Kau pernah memberitahukanku soal The Blind Angel Snake bukan?"

"Aku ingat. Tapi rasanya aneh sekali. Harusnya manifestasi itu sangat langka jika wujud dari manusia."

"Pemikiranmu sama sepertiku Issac. Tapi yang membuatku yakin adalah perkataanmu waktu itu."

Issac sadar bahwa ucapan beberapa waktu silam mempengaruhi orang-orang di sekelilingnya. Termasuk mereka yang membuli Tiecia. Oleh karenanya, The Blind Angel Snake tertarik pada gadis tu.

"Bagaimanapun juga, durasinya tidak akan bertahan lama."

"Sama sepertimu memanggil laba-laba dan energi hitam dalam tubuhmu bukan?" tebak Issac.

Reynold memalingkan wajahnya. Tersenyum miring dan berjalan sembari menghentakkan kedua kakinya. Bersiap untuk mengalahkan segerombolan burung raksasa. Dari kejauhan, sosok iblis mencakar setiap kali pijak. Cakaran terus dilakukan hingga menghancurkan organ dalamnya. Kedua telapak tangannya penuh berlumuran darah. Menenggak cairan darah sehabis membunuh burung raksasa. Iblis itu menjilatinya hingga darahnya tidak tersisa sedikit pun.

Mata iblis berkedip sebanyak tiga kali. Melihat sekelilingnya penuh mangsa. Wajah Kiyoyasu mengeras. Iblis itu menerjang burung raksasa, tidak sadar di bawahnya ada dirinya. Kukunya yang tajam berhasil menembus kulitnya. Kiyoyasu melepaskan tali pengaitnya. Melemparkan tali selanjutnya ke burung raksasa lainnya. Akan tetapi, kepakan sayapnya menghasilkan angin dari berlawanan arah. Kiyoyasu kehilangan keseimbangan. Dia pun terjatuh dari ketinggian 500 meter. Hembusan angin yang kencang, telah membuat Kiyoyasu menarik napas dalam-dalam. Jantung berdegup kencang. Berharap ada burung yang berusaha menghinggapinya. Sementara itu, iblis itu melompat ke sana kemari. Mencakar dan menghancurkan organ dalamnya. Tidak berhenti sampai disitu, iblis itu terus menekan segerombolan burung. Badannya membungkuk ke atas. Air liurnya menetes. Langsung melompat ke tiap burung berukuran raksasa. Petir menggelegar, membuat sekujur tubuh iblis menjadi 100 kali lebih kuat dari biasanya.

Kiyoyasu telah mencapai 350 meter. Burung berukuran raksasa memekik suaranya. Membuka rahang mulutnya lebih lebar. Kiyoyasu mengayunkan pedangnya dari arah samping kanan. Membelah horizontal. Energi sihirnya meningkat dari biasanya. Rahangnya menegang. Kedua lengan hingga telapak tangannya gemetaran. Tetapi itu tidaklah menjadi masalah. Manuver burung raksasa menghampiri iblis. Kedua tangannya membuka mulutnya. Merobeknya jadi dua bagian. Tidak ketinggalan, dia mencengkram mulutnya dan dihempaskan ke lautan. Lautan ombak pecah membesar. Iblis menggeram sembari mendongak ke langit. Petir menggelegar menghantarkan tubuhnya. Mengalirkan energi yang cukup besar. Saat itulah, Kiyoyasu mencari cara untuk mendarat dengan selamat. Saat salah satu burung raksasa hendak menghampirinya, tali pengait dibentangkan cukup luas. Mengenai kakinya hingga dirinya bergelantungan di udara. Kedua tangan Kiyoyasu menekan tuas. Seketika, otomatis bergerak dengan sendirinya. Dia berada di atas tubuh burung raksasa. Energi sihirnya mengalir cukup deras. Memanggil Baitsuna selaku ras Kitsune untuk merasukinya. Membentuk tulisan kuno dengan tiga huruf. Burung raksasa itu memekik ketakutan. Mengubahnya menjadi sosok rubah berekor sembilan raksasa.

Reynold dan Issac melihat fenomena itu. Rubah itu membantu mendaratkan Kiyoasu ke daratan. Hembusan angin kencang meniupi poni rambutnya. Tangan kanannya dibentangkan lebar. Sorot kedua matanya terpejamkan. Mengingat kembali tulisan saat pertama kali mengetahuinya.

"Muramasa's Sword was a most skillful smith but a violent and ill-balanced mind verging on madness, that was supposed to have passed into his blades. They were popularly believed to hunger for blood and to impel their warrior to commit murder or suicide. Once drawn a sword, a Muramasa blade has to draw blood before it can be returned to its scabbard, even to the point of forcing its wielder to wound himself or commit suicide. Thus, it is thought of as a demonic cursed blade that creates bloodlust in those who wield it."

Kiyoyasu terus memejamkan kedua matanya. Saat burung raksasa mendekatinya untuk selamatkan sesamanya, dia membuka kelopak matanya. Sorotan tajam ke arah sana.

"Muramasa-ba Technique Style!"

Saat itulah, pedang Odachinya berayun dengan cepat dan rapi. Memotong kepalanya sampai bersih. Reynold dan Issac terbelalak kaget dengan aksi yang dilakukan Kiyoyasu. Tidak ketinggalan, iblis itu melotot tajam sembari meneteskan air liurnya. Pekikan burung raksasa terlontar sangat panjang. Dia melompat, menghampiri Kiyoyasu. Saat itulah, kedua pihak saling bertarung satu sama lain.

Di sisi lain, kedua bola mata Tiecia terbuka lebar. Dia berbaring di sebuah tempat dengan beralaskan awan putih yang lebat. Gadis berambut pirang celingak-celinguk di sekitarnya. Dia tidak tahu di mana saat ini berada. Hanya beralaskan awan dan pohon menjulang tinggi seperti pohon beringin.