Esoknya, pada jam tujuh pagi Sing sudah siap dengan baju kasual dan juga almamaternya sedang duduk di ruang tengah dan meminum susunya.
Sedangkan Max? Ia masih belum bangun setelah kelelahan bekerja dari subuh hingga ke subuh lagi tadi.
Jadi Sing membiarkannya istirahat dahulu.
"Woe nyet, lu udah di kampus?" Tanya Sing pada Chimmon melalui sambungan telepon.
"Otw, lu dianter apa sendiri?"
"Sendiri, kesian calon suami gue kecapekan"
"Yaudah gece, gue tunggu di parkiran"
"Yaudah tunggu gue turun dulu"
Sing lalu membawa tas nya, dan pergi ke kamar sebentar untuk melihat Max.
"Sayang Harit kuliah dulu ya" pamitnya sambil mencium pipi Max.
Max itu seseorang yang mudah sekali terbangun saat ada yang memanggil namanya atau berbicara kepadanya. Jadi ia menanggapi Sing dengan memeluknya sebentar.
"Hati hati, bawa mobil yang putih aja. Yang merah lagi di service" ujarnya dengan serak.
"Iyaa, Harit nanti cuma satu kelas kok, kelar pas makan siang, babay Max"
"Oke Babaaay" jawabnya lalu kembali tertidur sementara Sing berangkat ke kampusnya.
Jadwal Max hari ini hanya satu kali flight pp ke palembang nanti sore. Jadi ia masih memiliki banyak waktu untuk beristirahat.
Sementara Sing kini sudah sampai dan hendak pergi menuju kelas bersama Chimmon.
"Yang namanya Noe tuh yang mana si?" Tanya Chimmon.
"Kaga tau, napa emang?" Jawab Sing sambil memainkan ponselnya.
"Tadi malem di gc kelas dia ngetag lu masa gak tau?" Sing pun menggeleng kecil. Ia lalu segera menduduki bangku nya.
"Kaga, kenapa si?" Bingung lelaki itu. Chimmon menghela napas, ia lalu ikut duduk dan segera membuka tasnya.
"Dia tuh nanya kenapa jarang muncul di gc, gajelas anjim" jawab nya.
"Lah? Ada kebutuhan apa gue harus sering muncul di gc? Suka suka gue dong mau muncul apa kaga, ih apaan si freak banget" oceh Sing lalu mengaktifkan laptopnya.
Chimmon ikut mengangguk menyetujui nya. Memang menurutnya freak sekali orang itu.
Kelas pun berlangsung dengan aman, hingga saat kelas berakhir dan itu adalah jam makan siang.
"Eh lu yang namanya Sing bukan?" Tanya seorang lelaki berparas barat dengan rambut blondenya pada Sing.
"Iya, napa?" Jawab lelaki kecil itu sambil membawa ranselnya.
"Oh gue Noe, mau makan siang bareng?" Ujarnya santai membuat kedua lelaki itu menatapnya aneh.
"Oh jadi elu yang namanya Noe" ujar Chimmon dengan nada sarkasnya membuat Noe menoleh kearahnya.
"Iya, kenapa?"
"Gapapa si, lu kenapa nawarin Sing makan siang bareng?" Tanyanya yang membuat Noe bingung.
"Lah emang kenapa? Gaboleh?" Sing menatapnya datar, lalu menatap Chimmon seakan mengodenya.
"Gue sama Sing mau makan siang bareng, gak perlu sama lu" ucap Chimmon.
"Loh? Gaboleh nih?" Tanyanya dengan nada menjengkelkan.
"Gak!! Udah ada pawangnya dua duanya" tiba tiba sautan lelaki lain dari depan pintu membuat ketiganya menoleh padanya.
Ooh, itu dia.
"Hah? Ada pawangnya? Trus kenapa?" Tanya Noe.
"Ya jelas gak bisa, kan pawangnya gak ngebolehin" ujar lelaki itu sambil merangkul Chimmon.
Itu adalah Purim. Ia tadinya berniat menjemput kekasihnya itu untuk makan siang bersama. Tetapi ia mendengar percakapan mereka membuatnya segera mendekati.
"Ck, cuma mau makan siang aja kaga boleh. Lagian kalo lu ada pawangnya yaudah gue sama Sing aja, mana pawangnya? Kaga ada kan?" Ujar Noe membuat ketiganya kesal.
"Ya emang pawangnya lagi kerja, makanya kaga disini. Lu gausah deh deketin dia, pawangnya galak" ujar Purim setengah meremehkannya.
"Lah? Kerja? Gamampu ya makanya kaga kuliah? wkwwk!!" Noe merendahkan Max.
Purim hampir saja meninjunya kalau Chimmon tak menahannya.
Sing menatap nya penuh amarah, bisa bisanya dia meremehkan Max.
"Heh bangsat, lu tau apa tentang calon suami gue?" Tanyanya sarkas.
"Wah? Calom suami nih? Dapet mahar berapa lu dari dia? Paling gak nyampe sejuta dolar" remehnya lagi.
"Heh sat!!" Umpat Chimmon.
"Ooh jadi gitu first impression lu ke calon suami gue yang bahkan belum pernah lu temuin? Oke" ujar Sing memulai pembicaraan sengitnya.
"Calon suami gue emang cuma supir, kerjaannya pun gak setiap hari"
"Wah? Supir? Anjir wkwkwwk, mau aja lu sama dia" balas Noe setengah tertawa.
"Dia bahkan udah mulai rintisan karirnya dari smp kelas 8, dan sekarang udah mapan disaat yang lain masih kuliah" lanjut Sing. Noe menatapnya masih heran.
"Dia dapet 2 gelar dan jadi kapten di kelas 12 kemaren"
"Apaan supir dapet gelar capten kek gitu? Maen maen lu?" Heran Noe.
Sungguh pria itu membuat ketiganya kesal setengah mati.
"Lu gak tau kan? Kalo sebenernya calon suami gue....." ujar Sing menggantung. ia terkejut ketika ada lelaki berpakaian familiar itu menyahut sambil berjalan mendekati.
"Capten pilot dari maskapai air asia international airlines dengan dua gelar di umur 19 tahunnya, setelah lulus dari sekolah ATRI diutus di pesawat tipe Boeing 747-800 bahkan di fresh graduatenya"
Ucap lelaki itu lalu merangkul Sing yang terlihat terkejut. Sama seperti Chimmon dan Purim yang sedikit terkejut akan kedatangan Max yang tiba tiba.
Apalagi ia sedang memakai seragam dan juga jas pilot yang membuatnya menjadi pusat perhatian sejak tadi.
Noe menatapnya heran sekaligus terkejut. Ia lalu menatap lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya itu kesal.
"Lu siapa?" Tanyanya. Max mendecih kecil, lalu menatap Noe meremehkan.
"Seperti yang udah calon istri gue bilang, gue calon suaminya, mau tau apa lagi lu?" Sarkas Max sambil menatap Noe jengkel.
"Gue ingetin sama lu, kalo masih berani deketin calon istri gue, lu liat aja akibatnya. Gue bawa lu ke landasan pacu dan bakal gue lindes pake ban pesawat, awoakwoakwok" sarkasnya membuat Noe mengumpat dan segera meninggalkan mereka dengan kesal.
"Mampus lu" ujar Chimmon sambil menatap punggung Noe.
"Heh bocil tiang, lu ngapa kesini make seragam hah?" Tanya Chimmon sambil menatap Max.
"Duh mak, gue jadi malu sendiri diliatin mahasiswa daritadi" ujar Max dengan cengiran khasnya. Entah kemana hilangnya aura menyeramkan darinya tadi.
" lagian si, aneh aneh aja"
"Kan gue mau kerja mak, nanti flight ke palembang jam setengah empat, kan gue sekalian jemput Sing mau makan siang bareng" jawab Max.
"Ih Max gak bilang, kan Sing makan siang sama nchim aja gapapa. Nanti Max jadi bolak balik dong?" Tanya Sing saat Max beralih mengambil ranselnya.
"Ya gapapaa, emang gaboleh?"
"Ya gak apa apa lah"
"Udeeeh, sekarang kuylah ke parkiran, gedeg gue diliatin mulu daritadi" ajak Chimmon lalu ia segera merangkul lengan Purim.
Max merangkul Sing selama perjalanan, membuatnya terlihat seperti memiliki aura 'dewasa' yang begitu kentara.
Padahal ia merupakan yang termuda di antara Chimmon dan Purim.
Chimmon dan Purim akan makan siang di tempat yang berbeda dengan MaxSing.
Sementara Max mengajak Sing makan siang bersama teman teman pilotnya yang lain di sebuah restoran.
_________________________________________