Kezia yang sebelumnya merasa kesal dengan Alfred, kini sibuk mendiamkan pemuda itu, bahkan ia tak menegurnya sama sekali. Alfred yang menyadari adanya perubahan aura pada gadis itu hanya dapat menegukkan salivanya susah payah.
Ia ingin membuka suranya demi memecahkan keheningan, hanya saja ia terlalu takut jika nantinya apa yang ia katakan dapat memperburuk keadaan, terlebih ia tak terlalu mengerti mengenai wanita. Selama ini ia tak pernah membukakan hatinya untuk siapapun, bukan karena ia tak mau merasakan jatuh cinta, hanya saja waktu nya untuk mengembangkan perusahaan selama ini telah membuat waktunya tersita akan hal tersebut. Lagipula sebelum sebelumnya ia fikir belum waktu yang tepat baginya untuk menyambut cinta yang datang kepadanya.
"Bang Al menyebalkan mengapa sedari tadi aku tunggu bang Al untuk meminta maaf padaku, atau mengajakku berbicara malah tidak sama sekali? Apa memang bang Al sangat menyukai dengan keterdiaman seperti ini?" tanya Kezia bingung.
Deg!
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com