Pagi pagi sekali Kylie tampak rapi, tetapi tidak seperti biasanya.
Jika biasanya ia mengenakkan setelan jas dengan rok, ataupun dress selutut, kini ia hanya mengenakkan celana jeans dengan blouse santai disertai kardigan berwarna navy melekat di tubuhnya yang ramping.
Sang ayah yang sudah berada di ruang makan tampak bingung dengan penampilan Kylie yang terlampau santai menurut nya.
Bukankah putrinya adalah seorang pengacara ? Lalu mengapa mengenakkan pakaian seperti itu?
Hal itulah yang ada di pikiran ayah dari Kylie.
"Kau tidak bekerja?" tanya Evan pada Kylie yang terlihat santai duduk di bangku yang berada di hadapan dengannya.
Kylie menganggukan kepalanya pelan, dan mengatakan bahwa ia mengambil cuti untuk dua hari ini.
"Mendadak? Tak biasanya kau seperti ini?" ujar Evan sambil mengerutkan keningnya bingung.
Jujur saja, seingat nya putrinya adalah orang yang sangat serius akan planner nya, dan jika ia ingin mengajukan cuti atau semacam nya biasanya ia telah mengatakannya lebih dulu padanya, karena hal tersebut telah terencana dengan baik. Namun kini seperti ada yang aneh dengan putrinya itu.
"Sedikit, tapi aku sempat memikirkannya beberapa waktu lalu," kilah Kylie.
Suara helaan nafas pelan kelauar dari belah bibir Evan.
"Apa ada hal yang mengganggu pikiran mu?" tanya Evan kembali sedikit khawatir pada putrinya itu.
Seulas senyuman cantik, ia berikan pada Evan, disertai gelengan kepala kecilnya.
Mau tak mau Evan tak bisa mengungkitnya kembali, ataupun memaksakannya untuk berbicara pada dirinya mengenai masalah yang sedang di pikirkan putrinya itu.
"Baiklah, kalau begitu semoga harimu menyenangkan hari ini, jika ada perlu dan kau membutuhkan ku, kau dapat menghubungi Dad seperti biasa," ujar Evan pada akhirnya.
Gadis itu menganggukan kepalanya mengiyakan ucapan Evan.
Setelah nya keduanya sibuk menikmati sarapannya yang telah di siapkan oleh pelayan yang khusus menyiapkan makanan di rumah itu.
***
"Mom!"
"Astaga Jen, tak bisakah kau tak mengejutkanku?" ujar Rose menggelengkan kepalanya, sembari memutar maniknya malas menanggapi tingkah putrinya itu.
Jenni dengan santainya hanya terkekeh pelan menanggapi perkataan Rose.
"Jadi mengapa kau tadi memanggil Mom secara tiba tiba?" tanya Rose sembari menyodorkan piring berisi makanan pada Jenni.
Jenni hanya mengendikkan bahunya pelan, dan tersenyum pada Rose.
Ia sendiri juga tak tahu mengapa pagi ini hari nya menjadi lebih ringan dari sebelum sebelumnya, untuk itu tadi ia sedikit mengusili Rose begitu saja.
Mungkin saja Jenni kali ini merasa hari nya menjadi lebih ringan, karena beban yang selama ini seolah menggantung di pundak nya kini seolah berhembus pelan dari tanggungannya, karena ia telah membagi bebannya pada sang sahabat. Tak ada hal tersembunyi lagi yang ia tak ceritakan pada Edward. Satu satu nya sahabat yang ia percayai.
"Makanlah," ujar Rose pada akhirnya sambil mengusak rambut Jenni pelan.
Jauh di dalam lubuk Rose ia merasa senang menatap wajah Jenni yang semakin terlihat ceria untuknya.
'Sepertinya Daniel memang berdampak baik untukmu,' lirih Rose dalam benak nya sambil menatap putrinya yang sesekali menyunggingkan senyumannya itu.
***
Kylie yang telah selesai dengan sarapannya, tampak beranjak dari tempat duduk setelah Evan berpamitan dengannya untuk segera berangkat ke kantor.
Dengan langkah mantap, disertai sunggingan kecil Kylie berjalan menuju kamarnya untuk mengambil tas kecil nya, dan juga handphone nya yang ia tinggalkan di kamarnya.
Adapun alasan terbesar Kylie mengambil cuti yang sangat ia sayangkan adalah ...
.... Ia ingin menjadi mencari tahu mengenai kekasih dari seorang Daniel, orang yang ia cintai.
Kali ini ia membulatkan tekadnya untuk menemukan gadis yang berhasil mengambil hati Daniel.
Ia tak suka jika ada orang lain yang jauh lebih unggul darinya.
Ia berpendapat bahwa dirinya adalah gadis terbaik, dan yang paling pantas untuk bersanding dengan seorang CEO muda seperti Daniel.
Lagi pula sejauh ini menurutnya ia tak memiliki kekurangan apapun.
Ia memiliki wajah yang rupawan, kemudian karier ataupun status orang tua yang cukup membanggakan, jadi seharusnya dirinya tak memiliki celah kecacatan bukan?
Hal itulah yang ia tanamkan pada dirinya, tanpa memikirkan perasaan ataupun pandangan lainnya terhadap orang lain.
Setelah mengambil barang yang ia butuhkan. Lantas Kylie segera menuju mobil nya yang terparkir di halam rumah nya yang luas.
Pagi ini Kylie hendak ke kantor Daniel terlebih dahulu, dan memastikan apakah Daniel nantinya akan keluar makan siang dengan sang kekasih, atau justru sebaliknya.
Sebab jujur saja ia belum mendapatkan nama atau pun gambaran mengenai kekasih Daniel, yang ia katakan sebelumnya dengan cukup menggebu gebu menurutnya.
Jujur saja Kylie cukup sakit hati dengan Daniel, yang dengan mudah nya menolak ajakan berkencan, yang biasanya ia sama sekali tak pernah menawarkan hal tersebut pada lelaki lainnya.
Dari banyaknya lelaki yang telah mengejarnya dan mengajak nya untuk berkencan, baru Daniel lah yang langsung menolak ajakan kencannya dengan tegas, tanpa mengulur waktu sedikit pun.
.
.
Kylie kini telah sampai di kantor Daniel, dengan santai ia mulai mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sosok Daniel yang ia percayai bahwa Daniel akan datang pada jam tersebut.
Tepat dugaan Kylie, lima menit setelah nya Daniel tampak keluar dari mobil nya yang berjarak hanya tiga mobil yang berselisih dari mobilnya.
'Tampan,' benak Kylie menatap Daniel yang tengah berjalan dengan tubuh tegap nya bak model berjalan pada arena pacu menuju lift khusus untuk nya.
Sesaat manik Kylie tampak fokus pada sosok Daniel.
Sungguh ia sangat senang hanya melihat Daniel dari kejauhan pada posisi nya saat ini yang berada di dalam mobil.
Setelah nya Kylie tampak sibuk mengetikkan sebuah pesan pada seseorang yang menurutnya dapat membantu dirinya.
'Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan,'
***
Semenjak kejadian permintaan maaf yang terkesan memaksa untuk nya, Revan menjadi pemuda yang sibuk di dalam kamar nya saja, tanpa keluar sedikit pun, bahkan sang kakek terpaksa menyuruh pelayan yang biasa menyiapkan makanan harus mengantarakan ke kamar pemuda itu.
Revan bahkan tak berbicara apapun pada sang kakek.
Ia memilih untuk menutup dirinya dalam beberapa waktu ini.
Menurut pendapat Revan sendiri, cara ini adalah hal yang ampuh untuk nya dalam menemukan ide cemerlang nya kembali agar dapat berjaya seperti sebelum ia tersandung pada perusahaan Daniel, ataupun pengacara yang menolak membantu nya, yang tak lain adalah Rose.
"Kau lihat saja orang sombong, aku akan membalas mu, kali ini aku akan berusaha membatasi pergerakanku dan tak membuat ulah padamu layaknya virus yang seolah tidur. Namun setelah ini aku mendapatkan waktu yang tepat, aku akan membalasmu dengan cara tak biasa," desis Revan pada dirinya sendiri sambil mengepalkan tangannya.
Ia membenci Daniel!
.....
Leave a comment and vote