Semalaman Daniel berakhir menginap di rumah Jenni, sebenarnya bisa saja Daniel meninggalkan Jenni di rumah nya sendiri, hanya saja Daniel ingin memastikannya sendiri bahwa Jenni dalam keadaan aman didepan kedua manik nya.
"Eughh."
Sebuah lenguhan lemah terdengar di kedua telinga Daniel yang baru saja hendak berjalan mendekati ranjang Jenni.
"Morning sayang, kau sudah bangun ?" Sapa Daniel dengan seulas senyuman yang terpatri di wajah tampannya.
Jenni yang mendapati wajah Daniel tersebut langsung tersipu malu sambil mengerjapkan maniknya pelan.
"Bang Daniel tidak pulang ?" tanya Jenni pelan.
Daniel menggelengkan kepalanya pelan menjawab pertanyaan Jenni tersebut.
Ia mengatakan bahwa ia memang tak pulang dan menginap disana, namun tentu saja Daniel tak menjelaskan bahwa dirinya memutuskan menginap disana dikarena kan bahwa ibu dari Jenni tak pulang, melainkan Daniel mengatakan bahwa ia terlanjur tertidur di sofa luar saat tak sengaja menonton sebuah film yang di tayangkan di televisi.
Jenni tampak mengerutkan dahinya, mencoba meyakinkan ucapan dari Daniel tersebut.
Perlahan Jenni pun menganggukan kepalanya.
Butuh beberapa menit akhirnya Jenni tersadar ada yang janggal disana.
"Where's Mom ?" tanya Jenni tiba tiba.
Daniel yang berpura pura tak tahu mengenai arah pembicaraan Jenni langsung mengendikkan bahunya.
Tak mungkin bagi Daniel memberitahukan keadaan yang sebenarnya bukan ?
Terlebih Daniel sangat menyadari keadaan Rose setelah di beritahu anak buahnya secara detail saat Daniel kembali menghubungi anak buah nya tersebut, saat Jenni benar benar telah tertidur.
Disana Daniel tampak marah, bahkan hari ini saja Daniel sudah memutuskan akan bicara empat mata dengan seseorang, yang ia yakini dapat mempertanggung jawabkan atas semua kejadian yang terjadi.
Memang nya apa yang tengah terjadi dengan Rose ?
Flashback On
Seorang wanita paruh baya tampak tak henti hentinya berkutat dengan seluruh dokumen yang sudah ia tandai sedemikian rupa untuk ia periksa satu persatu.
Terlebih niat nya kali ini, ia akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, dan setelah itu ia memiliki waktu untuk nya berlibur, yang sebenarnya nantinya ia akan gunakan waktu nya untuk menghindar dari seseorang yang sedang mengancamnya itu.
Suara bantingan pintu dan derapan langkah kasar Rose dengar dari jarak 1,5 meter dari tempatnya.
"Astaga ! Kau mengangetkanku," ucap Rose sambil mengelus dada nya pelan.
Pemuda itu tak berkomentar, melainkan hanya sebuah sunggingan kecil dari bibirnya dapat terlihat dengan baik.
Tubuh Rose tampak sedikit bergidik ngeri, pasalnya pemuda yang datang itu adalah pemuda yang ingin ia hindari saat ini.
"Apa keperluanmu kembali datang kesini ?" tanya Rose pada pemuda itu.
Pemuda itu tampak mengendikkan bahunya pelan, dan kemudian mengambil langkah besar untuk duduk dihadapan Rose.
Degup jantung Rose tambah semakin tak beraturan, rasa takut yang semula menghilang, kini mencuat menyelimuti dirinya.
Rose yang pada dasarnya ingin menghindar dari pemuda itu, langsung berpura pura pada pemuda itu bahwa ia akan mengambil minum untuknya.
Pemuda itu dengan malas akhirnya menganggukan kepalanya mengiyakan perkataan Rose, tanpa berfikir Rose akan berlari menjauh dari pemuda itu.
Selagi ada kesempatan Rose pun langsung mencari tempat yang menurutnya aman, dan mengambil panggilan telefon yang menurut nya dapat dipercaya.
.
.
Tak lama setelah Rose menemukan tempat kecil disamping tangga dan memasuki tempat tersebut.
Rose tentu saja menghubungi putri nya dan memberi tahukan apa yang ia fikirkan.
Tanpa terduga oleh nya sebuah bunyi gebrakan pintu tiba tiba seolah sedang marah dan derapan langkah mendekat padanya.
Hati Rose langsung menciut dibuat nya, Rose membekap mulut nya sendiri berusaha tak bersuara sedikit pun di balik meja yang ada di ruangan itu.
Entah itu ruangan apa, yang ia pikirkan mungkin ruangan itu semacam gudang penyimpanan barang yang sudah tak di gunakan oleh kantor pengacara dimana ia bekerja.
Derap suara langkah itu sempat menghilang sebentar.
Rose dapat menghela nafasnya sejenak.
Namun tak lama ....
Sekitar 15 menit suara kekehan pemuda yang Rose hafal kembali terdengar di ruangan tempat Rose bersembunyi.
Rose memeluk lutut nya rapat rapat, dan berdoa sebisa mungkin agar sedikit menenangkan hatinya yang gelisah.
Saat ini difikiran Rose hanya satu, yaitu ia tak peduli jika ia bernasib buruk karena telah menolak menjadi pengacara pemuda itu, tapi tidak dengan putrinya, dan ia berharap bahwa akan ada seseorang yang nanti nya akan melindungi putrinya itu.
"Kau disini rupanya ... Rose ... Aku tahu alasanmu tak mau menjadi pengacaraku ... karena kau mengenal seseorang dari K'D Corporation Company bukan ?!!" bentak Pemuda itu.
Rose yang sudah terlampau takut tak berani melihat wajah pemuda yang ia tahu ada di hadapannya saat ini berhasil menemukan tempat persembunyiannya.
BRAK !!
"Kau tak boleh menyentuh wanita itu !"
Brugh !
Flashback Off
——
Leave Comment and Vote