Ling Chu kembali ke rumah dua kali lebih lambat dari biasanya.
Dia membuka pintu dan memandangi rak sepatu ada dua sepatu yang berbeda, satu milik Ling Yao dan satu lagi milik pria dewasa.
Wanita gila itu membawa kembali Guo Chen ke apartemen mereka.
Ling Chu kesal ketika memikirkan kedua orang mesum itu melakukan adegan 21 ke atas di apartemen ini. Meski tempat ini luas dan kedap suara tetap saja risih harus tinggal dengan orang yang pamer kemesraan.
Jika bukan kar'na Ibu Ling khawatir, dia tidak akan mau tinggal satu apartemen dengan wanita Ling Yao.
Ling Chu berusaha mengecilkan suara langkah kakinya yang terseok-seok. Ling Chu tidak ingin mengganggu mereka bermesraan atau Ling Yao akan datang memaki dirinya.
Kedua orang yang sedang bersemangat di dalam kamar berhenti sejenak. Guo Chen mengusap poni Ling Yao yang menempel di pipi penuh keringat.
"Kurasa kita harus berhenti, Xiao Chu sudah kembali" kata Guo Chen turun dari kasur, mengekspos tubuh jakung dengan otot indah tak berlebihan. Dia mengambil pakaian yang berserakan di lantai.
Ling Yao yang berada di kasur memutar mata yang masih terbakar nafsu, dia mengatur nafas yang belum stabil. Dia tidak puas dengan sikap tunangannya karena tidak ingin melanjutkan pertempuran mereka.
"Sayang~ kamu tidak perlu khawatir tentang Xiao Chu" kata Ling Yao memeluk bantal dengan tatapan lemah lembut menunjukkan kerinduan pada Guo Chen.
Seolah terhibur oleh penampilan menggoda Ling Yao, Guo Chen mencium lembut kening Ling Yao dan tersenyum manis untuk menghentikan tunangannya yang bodoh agar menjadi lebih patuh.
"Tidakkah kamu lapar? Ayo pergi ke Cafe yang ingin kamu kunjungi kemarin" ajakan Guo Chen membuat mood Ling Yao membaik, dia meminta Guo Chen menunggunya bersiap-siap.
"Baiklah, aku akan menunggumu diluar" setelah dia menutup pintu kamar, ekspresi penuh cinta Guo Chen menghilang.
Di sisi lain Ling Chu yang berada di kamar segera merebahkan tubuhnya yang kesakitan di kasur, dia menutup matanya sejenak.
"Xiao Chu.."
Suara khas pria yang dalam namun menyenangkan di telinga membuat bulu kuduk Ling Chu merinding. Tubuhnya yang baru saja rileks seketika menegang.
"Kakak Chen, kenapa kamu kemari? Kakakku tidak ada di kamar ini" kata Ling Chu mengusir Guo Chen secara halus.
Baru-baru ini Guo Chen sering menghampiri Ling Chu saat berkunjung kemari. Ketika Ling Yao lengah, Guo Chen akan datang ke kamar Ling Chu.
Mencoba bersikap ramah pada Ling Chu seperti menjaga adik kandungnya sendiri.
Guo Chen berusaha memenangkan hati Ling Chu, dia selalu menyapa dan pamit pulang, mengajak ngobrol, makan bersama ataupun menemani Ling Chu saat sedang di luar apartemen.
Ling Chu menyesal tidak mengunci pintu kamar, dia terlalu lelah hingga lengah pada protagonis pria depannya ini. Instingnya berkata Guo Chen di dunia ini sangat berbahaya.
Ling Chu menyadari Guo Chen memiliki niat lain padanya. Dia menatap waspada terhadap pria jangkung yang bersandar di kusen pintu.
Guo Chen memandangi remaja yang berhati-hati padanya. Ling Chu seperti anak kucing yang sedang meledakkan bulu siap menyerang jika dia bertindak gegabah.
Enam tahun telah berlalu, Ling Chu tidak pernah berubah selalu imut dan menarik perhatiannya. Guo Chen tak bosan dengan penampilan Ling Chu yang beranjak dewasa.
"Kamu sudah makan? Aku dan Yao Yao akan pergi ke cafe XX" kata Guo Chen tersenyum lembut pada Ling Chu.
Ketampanan protagonis memang tidak bisa dielak bahkan Ling Chu memerah karena wajah tampan karismatik milik Guo Chen. Tapi dia tidak ingin berada terlalu dekat dengan pria berbahaya ini.
"Tidak, aku sudah makan. Kakak Guo bisa pergi dengan kakakku. Aku ingin beristirahat, bisakah Kakak Guo pergi" kata Ling Chu menolak kebaikan Guo Chen. Dia mengambil bantal dan memunggungi pria yang bersandar di pintu.
Sejenak ruangan Ling Chu hening, Guo Chen tidak beranjak pergi sama sekali. Dia hanya fokus memandangi punggung Ling Chu yang terlihat kurus dan kelelahan.
Sekilas Guo Chen dapat melihat dahi dan kaki Ling Chu biru dan agak bengkak sepertinya dia diganggu lagi di sekolah.
Guo Chen melangkah masuk ke dalam kamar Ling Chu. Dia duduk di kasur Ling Chu dan dengan lancang menyentuh bengkak di kaki yang terlihat lemah itu.
Ling Chu terkejut dengan tindakan pria itu, reflek menarik kakinya untuk lepas dari tangan Gu Chen.
Jantung Ling Chu berdetak kencang, dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh pria ini sekarang.
Guo Chen dengan mudah menghentikan gerakan kaki Ling Chu lalu menekan pelan bengkak kaki Ling Chu.
"Ah! Kamu ngapain?! Lepas!" Kata Ling Chu yang semakin berontak, dia berusaha menjauhkan tangan Guo Chen dari kakinya yang keseleo.
"Sakit?"
Pertanyaan bodoh Guo Chen membuat Ling Chu yang sudah lelah menjadi semakin tidak sabaran.
Dia adalah Tuan Muda keluarga Guo namun sikap Guo Chen yang meraih kaki lawan jenis sangatlah tidak sopan.
Ling Chu : "*$@*&#! Tentu saja sakit! Lepas! &#*@!"
Guo Chen : "...."
Guo Chen mengangkat alisnya terkejut, dia tak menyangka akan dimaki oleh Ling Chu.
Ini pertama kali bagi Guo Chen melihat kucing kecilnya mengungkapkan banyak emosi. Biasanya Ling Chu akan menahan diri dengan bersikap baik dan sopan pada dirinya.
Mata hitam Guo Chen berkilat terang, menunjukkan dia tertarik pada apa yang baru saja diucapkan Ling Chu.
"Maaf, kakak terlalu bodoh menanyakan itu" Guo Chen tersenyum lebih dalam dari biasanya, mata hitam yang gelap mencerminkan sosok Ling Chu.
Ling Chu gemetar ketakutan saat melihat perubahan ekspresi Guo Chen yang sangat bahagia. Matanya melebar, kepanikan tidak bisa lagi tertutupi.
Tangan pria itu mendorong bahu Ling Chu untuk tetap berbaring di kasur. Kekuatan Ling Chu tidak sebanding dengan pria dewasa, dia tidak bisa bangun untuk menghindari Guo Chen.
Jantung Ling Chu berdetak semakin kencang, pandangan mata pheonix pria itu kian memanas membuat wajah kecil Ling Chu memerah. Ling Chu menyadari bahwa tangan Guo Chen semakin naik dari luka bengkak ke bagian dalam pahanya.
Wajah tampan Guo Chen menjadi dekat dalam pandangan Ling Chu. Nafas Guo Chen hangat menyebar ke leher Ling Chu, terdengar cepat dan berat. Rasa ambigu memenuhi ruangan kecil Ling Chu.
"Sayang, aku sudah siap!" Teriak Ling Yao dari luar kamar.
Gerakan keduanya terhenti, Guo Chen menutup matanya, menenangkan emosi yang tiba-tiba melonjak.
Ketika dia membuka mata pheonix lagi, Guo Chen telah menjadi pria tenang dan lembut seperti pria bangsawan yang terpelajar.
Guo Chen berdiri merapikan kemeja yang kusut kemudian mengusap rambut Ling Chu yang sudah berantakan.
"Kakak akan membawakanmu makanan enak, kamu istirahatlah" kata Guo Chen sebelum meninggalkan Ling Chu yang masih linglung dengan apa yang baru saja terjadi.
Setelah pintu kamarnya tertutup, Ling Chu sadar kembali. Dia mengambil langkah besar langsung mengunci pintu. Meraih selimut menutupi tubuh yang gemetar ketakutan hampir dilecehkan oleh Guo Chen.
Ling Chu : "#*@$!" Guo Chen, pria mesum itu ingin memakannya hidup-hidup!
Dalam novel XXXXX, protagonis pria merupakan pria pantang yang ramah sehingga dengan mudah disukai semua orang. Namun tidak mudah untuk terjerat dalam status hubungan dengan lawan jenisnya.
Berbeda dengan Guo Chen di dunia ini, protagonis mesum yang suka bermain ke club malam.
Bahkan kemungkinan besar Ling Yao tidak tahu tunangannya sangat suka berkunjung ke club bersama teman-teman generasi dua. Ling Yao selalu menganggap protagonis pria lembut dan menyayanginya.
Terima kasih pada teks progres plot, berkat itu dia tahu kelakuan busuk protagonis pria di dunia ini.
Hal ini membuat Ling Chu lebih berhati-hati saat bertemu dengan Guo Chen terutama setelah kejadian hari ini.
Semenjak kejadian itu, Ling Chu secara blak-blakan menghindari Guo Chen. Setiap kembali ke kamar Ling Chu tidak akan lupa untuk mengunci pintu dan tidak akan keluar kamar sampai pria itu pergi.
Jika Ling Chu tidak sengaja bertemu Guo Chen, dia akan lari sebelum Guo Chen menyadarinya.
.
.
.
Dua bulan berlalu, kehidupan di kejar hantu terus dijalani Ling Chu namun progres plot sangat lambat hanya bertambah 7%.
Ling Chu kebingungan terhadap alur novel, ada perubahan romansa kedua protagonis artinya merubah semua jalan cerita dalam novel XXXXX.
Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, hanya membiarkan plot dunia berjalan mengikuti arus Waktu.