webnovel

Sebuah Rasa

Bos Koko terkejut bukan kepalang. Wajahnya yang pias kini berubah menjadi pucat. Aku yang melihat, sungguh tidak kuat menahan tawa. Kututup mulut dengan kedua tangan.

"Itu yang ... anunya di potong,'kan, ya?" tanyanya pada Wawan. Namun, melihat ke arahku dan Karina sekilas.

"Mbak, jangan ketawa. Kasihan," bisik Karina.

"Maaf, kelepasan. Hihihi," balasku kembali berbisik.

"Iya, Pak. Jangan takut, Pak. Zaman sekarang sudah canggih kok. Sudah banyak pilihan metode untuk melakukannya. Rasanya cuma kayak digigit semut, kok Pak. Saya serius."

Wawan berusaha menenangkan. Ia masih terus menjelaskan bahwa hal itu bukanlah hal yang menakutkan. Hingga pada akhirnya Bos Koko menyerah dan berkata.

"Ba ... baiklah, nanti akan saya pikirkan. Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya harus istirahat dulu ke atas. Silakan dilanjutkan mengobrolnya."

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com