webnovel

permulaan

"Baik pertama tama halo semuanya! Aku Ruby!" sapa seorang gadis bernama lengkap Shera Ruby Assyifa

"Live lagi?" tanya seorang pemuda bernama Vanter Louis Alexondra.

"Hehehe seperti biasa" jawab Ruby cengengesan.

"Jangan salahkan aku jika besok pagi matamu berubah menjadi panda" celetuk Louis.

"Nyenyenyenye jingin silihkin iki dasar membosankan! Dia pikir dia itu siapa seenaknya memerintah" rutuk Ruby.

"Aku jadi penasaran dinosaurus punah karena apa ya Aldiano?" tanya pemuda yang bernama Kaiga Damian Galaxsi.

"Pertanyaan sampah! Kenapa kau malah bertanya kepada ku? Aku mana tahu!" jawab nya ketus, Vian Aldiano Daven namanya.

"Dih katanya bersaudara dengan mereka masa tidak tahu" gerutu Damian.

"Nama ku Vian Aldiano Daven bukan Aldianosaurus okey?!" kesal Aldiano.

"Jangan terlalu kesal nanti kau cepat tumbuh rambut putih lho" jahil Damian.

"Maksudmu kau mendoakan ku cepat tua?" tebak Aldiano.

"Wow kau pintar bisa menebak nya ya kurang lebih seperti itu" jawab Damian santai.

"Damian kau!" tunjuk Aldiano, Damian menjulurkan lidahnya.

"Berisik!!" teriak seseorang bernama Luca Sabiru Ravel.

"Kau yang berisik!" cetus Aldiano.

"Sialan aku kalah lagi" lesu seorang pemuda bernama Rayen Rain Alviro.

Keesokan paginya tepat jam 6...

"Jadi bagaimana?" tanya Ruby.

"Entahlah Ruby ini terlalu rumit" jawab seorang gadis yang bernama Shoujo Emilie Zaura.

"Tidak apa apa kita pasti bisa mengatasi nya!" semangat seseorang bernama Sherly Amora Cantika.

"Amora" panggil Aldiano.

"Oh ayolah sepertinya akan ada drama lagi" malas Damian.

"Hubungan tanpa status jangan ikut campur" pinta Amora, Emilie mendelik.

"Kau tahu Amora? Susah membuat gadis itu untuk peka" sindir Damian kepada Emilie.

"Emilie memang tidak akan pernah peka" sahut seorang gadis bernama Nayeon Chelsea Salsa.

"Sudahlah waktunya untuk berangkat ke sekolah lihat jam berapa sekarang?" tanya seorang gadis bernama lengkap Jian Lyora Kania.

"Baru jam 4 pagi Lyora aku masih sempat main game" jawab Rain , ingin pergi namun ditahan oleh Louis & Sabiru.

"Jam 6 Hujan!" koreksi mereka semua.

"Ayo kita seret saja dia!" tunjuk Ruby mengusulkan.

Rain berlangkah mundur saat mendengar ucapan Ruby.

"Hua teman teman! Ini sangat kejam!!" teriak Rain.

"Ini bukan pertama kalinya" ucap Damian menyeletuk.

"Berat juga apa isinya? Buku tebal perpustakaan?" tebak Chelsea asal, Lyora mengeluarkan semua isi tasnya dan memang benar buku tebal mereka semua menganga tidak percaya.

"Dasar kutu buku" cibir Sabiru.

"Memang kenapa? Terserah ku!" cuek Lyora.

"Okey Lyora kau membaca semua nya?" tanya Rain.

"Tidak hanya setengah Rain belum selesai" jawab Lyora.

"Sudahlah cepat aku tidak ingin terlambat" desak Louis.

"Uuu kenapa Louis?" tanya Ruby.

"Bukan urusan mu Ruby" jawab Louis jutek, ia pergi lebih dulu.

"Dasar es batu berjalan yang jutek!" sebal Ruby.

"Kalian berdua sepertinya cocok satunya keras kepala dan satunya seperti es batu aws Emilie!" pekik Damian, karena gadis itu menginjak kakinya.

"Hiraukan saja dia Ruby" tajam Emilie, Damian bersiul siul ke arah lain.

"Damian!" tekan Ruby.

"Aku hanya bercanda Ruby" canda Damian.

"Tidak peduli! Hey lihat! Ada dua orang yang lagi di mabuk asmara cinta!" beritahu Ruby.

"Wow itu dia lagi hamil?" beo Chelsea, Sabiru langsung menutup matanya.

"Semua orang dewasa seperti ini ya?" pikir Rain.

"Kau benar ini adalah hari pertama kita masuk sekolah menengah atas" ucap Lyora.

"Singkatan Lyora?" pinta Chelsea.

"SMA Chelsea" balas Lyora.

"Oh begitu selamat!" seru Chelsea.

"Louis bilang dia sudah menemukan kelas kita" beritahu Aldiano.

"Akhirnya es batu berjalan itu ada gunanya juga ayo" senang Ruby sambil memakan permen.

Di kelas....

"Halo anak bayi" sapa seseorang.

"Siapa yang kau panggil anak bayi?!" tanya Ruby merasa kesal.

"Yang makan permen lolipop" jawab nya.

"Dia sedang membangun singa yang sedang tidur" bisik Chelsea.

"Biarkan saja dia tidak tahu" balas Emilie.

"Akan ku tunjukkkan siapa yang anak bayi sebenarnya!" geram Ruby.

"Kita hentikan?" tanya Rain.

"Tidak Rain biarkan saja" jawab Lyora.

"Ouh okey" paham Rain.

"Hajar Ruby! Hajar dia!" seru seorang gadis bernama Stevanya Arabella Gendis.

"Gendis?" beo Emilie, Gendis cengengesan.

"Sekolah disini juga?" tanya Chelsea.

"Yap! Aku tidak menyangka bertemu dengan kalian" jawab Gendis.

"Satu pertanyaan lagi Gendis kapan kau punya kekasih? Lihat itu anak tetangga sudah punya anak" tiru Damian bertanya.

"Kau ini sedang apa sebenarnya Damian?" tanya Gendis balik.

"Tidak ada sih aku hanya meniru ucapan tetangga ku pada anaknya" jawab Damian ngelantur.

"Terus kayak begini jawaban nya dih orang dia hamil sebelum menikah" ucap Rain, ia ber tos kompak dengan Damian.

"Rain aku salin perkataan mu tadi ya!" ucap Amora.

"Untuk apa?" tanya Aldiano.

"Membuat orang tua ku bungkam! Agar mereka tidak memaksa ku menikah muda nanti" jawab Amora.

"Kan ada aku, kenalkan aku sebagai calon suami mu nanti Amora" suruh Aldiano, dibalas tamparan kecil di pipinya dan itu ulah Amora.

"Jangan bercanda Aldiano!" tajam Amora.

"Maafkan aku Amora! Aku berjanji!" ringis Aldiano sembari memegangi pipinya sedikit memerah.

"Itu pasti menyakitkan ya Aldiano?" tanya Sabiru.

"Diamlah Sabiru! Ini bukan urusanmu" jawab Aldiano sinis, sedangkan yang lain sedang menghitung.

"12345 tutup telinga kalian semua!!" perintah Damian, mereka semua menurut kecuali Ruby Sabiru & Aldiano.

"LOUIS!!!" teriak Ruby menggelengar.

"Apa? Teriakan mu melebihi harimau ada apa Ruby?" bingung Louis.

"Kenapa meja ku paling depan?!" tanya Ruby.

"Itu karena kau kan pendek pasti tidak bisa melihat papan tulis" jawab Louis enteng.

"Hey tiang listrik awas kau! Aku akan membalas mu! Lihat saja!" ancam Ruby.

"Membalas dengan apa? Tidak membiarkan ku menyentuh tubuhmu malam ini?" tebak Louis.

"Iya!" balas Ruby tegas, Louis menghela nafas panjang.

"Ternyata itu ulah kalian?!" kaget Rain.

"Ada apa Rain? Kau punya masalah?" tanya Ruby.

"Tentu saja Ruby! Aku tidak bisa tidur 2 hari 2 malam gara-gara kalian berdua!" jawab Rain.

"Tinggal masang headset apa susahnya" usul Louis.

"Headset ku kemarin rusak gara-gara ulah Damian Aldiano dan Sabiru" cerita Rain.

"Kenapa malah aku?" tanya Aldiano.

"Jangan pura pura lupa soal kemarin! Aku mengingat kejadian itu dengan jelas" jawab Rain.

Flashback on kemarin...

"Yeah! Lawan monster nya!" ucap Damian, ia lagi main game di handphone nya.

"Lagi bermain apa Damian?" tanya Sabiru.

"Hei Sabiru! Aku sedang bermain.. Ah entahlah aku lupa namanya tapi ini sangat seru" jawab Damian.

"Aku ingin bermain" pinta Sabiru.

"Boleh tapi yang kalah harus menyuruh Louis untuk melakukan sesuatu yang memalukan setuju?" tanya Damian.

"Setuju! Aku tidak sabar melihat kau menyuruh Louis bernyanyi" jawab Sabiru cekikikan.

"Dalam mimpi mu Sabiru!" ketus Damian.

"Kalian berdua jika berisik lagi itu ada kapak aku akan memenggal kalian menggunakan itu" ucap Aldiano mengancam, mereka berdua dia mematung seketika.

"I hold you" senandung Ruby melewati mereka bertiga.

"Ruby kelihatan bahagia dan senang kali hari ini" celetuk Sabiru.

"Wajahnya penuh semangat" tambah Damian.

"Jangan kepo" ucap Aldiano.

"Bukannya itu headset Rain? Pinjam sebentar!" ucap Sabiru, ingin merebutnya dari tangan Aldiano.

"Aku melihat nya lebih dulu! Kau tidak bisa merebutnya Sabiru!" tarik Aldiano.

"Sudahlah teman teman kini giliran ku" sungut Damian.

"Berikan pada ku!" Sabiru menarik sampai headset Rain rusak.

"Ao Rain akan mengamuk melihat nya" takut Damian.

"Hai gays ada apa? HEADSET KU?! Siapa yang melakukannya?!" tanya Rain.

"Dia" jawab Aldiano Sabiru Damian menunjuk satu sama lain.

Flashback of...

"Tapi Rain aku tidak ikutan menarik headset mu itu" jelas Damian membela diri.

"Tapi hanya kalian bertiga yang berada di ruang tamu!" tunjuk Rain.

"Tidak juga kemarin Ruby lewat" beritahu Sabiru.

"Ruby?" tanya Rain.

"Jangan menyalahkan aku Rain aku hanya lewat tidak peduli dengan apa yang dilakukan Aldiano Demian dan Sabiru" jawab Ruby jujur.

"Benar juga kau kan peduli dengan Louis saja" ucap Rain.

"Apa kau bilang tadi Rain?!" tanya Ruby.

"TIDAK ADA RUBY!!" jawab Rain cepat.

"Waktunya buang sampah" titah Aldiano.

"Giliran siapa? Nattlas?" panggil Amora.

"Maaf itu nama ku giliran ku untuk membuang sampah" balas seorang pemuda yang bernama Kendrick Erlangga Nattlas.

"Aku Amora" ucap Amora tersenyum manis.

"Halo Amora, aku Nattlas aku ingin pergi ya buru buru semoga kita bertemu kembali Amora" ucap Nattlas langsung pergi.

"Iya sampai jumpa juga Nattlas! Bye bye" lambai Amora juga.

"Apa apaan itu tadi?" tanya Aldiano cemburu.

"Hanya berkenalan Aldiano! Kenapa sih?!" jawab Amora terheran-heran.

"Peka lah sedikit Amora kau sebelas duabelas dengan Emilie ternyata Aldiano itu sedang cemburu" tutur Louis.

"Kenapa membawa namaku?! Louis awas saja kau!" greget Emilie.

"Louis benar Emilie kau memang kurang peka terhadap perasaan ku kepada mu" alay Damian.

"Tidak usah membahas itu Damian!" lirih Emilie.

"Kami ikutan sedih mendengar nya kawan sabar ya" kompak Sabiru & Rain.

"Basic rude friends!" maki Damian.

**

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

DaoistXFwn0Ocreators' thoughts