webnovel

2. They grow together

Hari esok yang cerah pun tiba diiringi tangisan bayi2 gemes. Edward yang menangis sangat kuat. ia membutuhkan ASI yang sangat banyak. Edwin pun menangis tapi dikalahkan tanggisan Edward yang merajai tangisan semua bayi yang ada disana.

Laila sampai2 ga sempat mengurus Edwin karena Edward terlalu cepat merasa lapar. Dibantu sufor, kalau Edwin ga kebagian ASI.

*****

Ibu yang terluka kemarin masih terbaring lemah. Biaya admin RS dibantu sementara oleh Rudi. Ia berjanji akan membalas kebaikan Pak Rudi.

Seorang Lelaki setengah baya berjalan setengah berlari menuju ke lobby RS. Ia mendengar kabar anaknya yang tengah hamil mengalami kecelakan.

" Maaf Bu suster... Saya orang tua dari pasien bernama Siti Aminah. Yang kemarin malam saya dihubungi. Saya baru dari luarkota buru buru saya kemarin. Bisa Bu suster memberi info tentang kamar Anak saya? terus gimana keadaannya sekarang?" tanya Bapak itu sedikit gugup.

" maaf Pak, boleh kami minta identitas bapak, biar kami lebih yakin , bapak adalah orangtua Bu Siti. " tanya salah satu suster.

Bapak itu pun mengeluarkan KTPnya. Kartu itu bertuliskan nama Arman dengan alamat yang sesuai dengan info dari Siti.

" Baik Pak Arman. Sudah sesuai. Ini nomor" kamarnya dan kartu ini jangan sampai hilang ya Pak. " ujar Suster dengan jelas.

Pak Arman buru buru berjalan ke kamar Siti yang ada dilantai 2 khusus pasien yang mengalami luka yang ringan.

1 kamar disi 4 orang. Siti beruntung kamarnya hanya terisi 2 orang termasuk dirinya. lebih luas rasanya.

Tak lama sang ayah pun tiba. Arman langsung memeluk putri sematawayangnya. " Siti gimana kabarmu nak?? keadaan calon cucuku juga baik kan?"

" Yah, Siti baik2 saja, Siti terluka dibagian kaki ini saja tapi kulit Siti terkelupas lumayan. Ini sudah diobatin. Kata dokternya siang nanti Siti udah bole pulang. Tinggal ambil obat. berobat jalan gitu " Ujar Siti sambil menunjukan kakinya yang sudah diperban dengan baik.

" kalau calon dedek, uda di usg juga sama dokter, dia baik2 saja yah. ( sambil menunjukkan foto usg kepada ayahnya Arman). Arman sambil berkaca kaca mengelus2 perut putrinya itu. " Syukurlah nak, semua baik baik saja "

" Siti, mulai saat ini kamu jangan bekerja dulu. Tanggung jawab ayah juga kalau ada apa apa sama siti dan anakmu siti. Suamimu kalau tahu kamu seperti ini pasti bakal marah besar. " kata Arman sambil mengeleng2kan kepalanya.

" Ayah jangan bilang bilang sama Mas Yanto. Biar dia bekerja dengan tenang tanpa terganggu kejadian ini. Mas Yanto semingguan lagi akan kembali dari berlayar. Ayah jangan cerita apapun. Ayah janji yaa. " Ayahnya mengangguk pelan

" Asal kamu jangan lasak lasak lagi. sementara kerjaan kamu jadi ojek online off dulu sampai kamu melahirkan. Tahan tahan diri dulu. Kalau Mas Yanto tidak sanggup soal keuangan, ayah siap membantu. Tugasmu cuma satu jaga calon anakmu yang pertama ini dan calon cucuku ini. " jelas Arman.

" Baik Ayah. Siti akan mengikuti kata kata ayah kali ini. Mudah - mudahan luka kakiku ini membaik cepat sebelum mas Yanto kembali. " ujar Siti.

" Oya, Jadi orang menabrakmu yang bawa ke RS y? dia harus menanggung semua biaya sampai kamu benar benar sembuh " selidik Arman.

" Bukan Ayah , pelakunya sudah kabur setelah menabrak Siti. Untung mereka datang menolong Siti. " jelas Siti. Lalu dia pun menjelaskan semua yang terjadi pada Arman.

" Kita harus mengucapkan banyak terima kasih pada Mereka. Soal biaya RS ini, biar ayah coba tanyakan. Ayah masih sanggup melunasinya. Ayah pasti bisa. "

" maafkan Siti Yah, Saat seperti ini Siti malah menyusahkan Ayah. " Arman memegang tangan anaknya dan tersenyum. " ini musibah nak dan cobaan dari Tuhan. Ga ada yang perlu disalahkan. Rejeki pasti akan datang untuk kita yang tidak putus berdoa. " Arman menyakinkan Siti. Siti pun mengangguk sambil mencoba mengerakan kakinya yang masih nyeri.

Belum sempat Arman keluar, tiba tiba Tono masuk membawa kunci motor Siti dan sedikit santunan dari Bosnya

" Terima saja Pak Arman. Boss saya lagi bahagia banget. Dia kalau lagi senang pasti akan membagikan kebahagiannnya pada orang sekitarnya termasuk keluarga Bapak. Untuk biaya RS semua sudah diurus Boss saya. " ujar Tono sambil memberikan kembali santunan yang sempat ditolak Arman.

" Tapi... Pak... " Arman masih ragu. " Sudahlah anggap saja ini rezeki dari Tuhan untuk keluarga Bapak. Arman langsung berlinang air mata " Tolong Pak, saya ingin bertemu Boss bapak yang berhati mulia itu. Aku ingin mengucapkan terima kasih banyak pada beliau . " ujar Arman tak sanggup menahan air matanya. Siti pun menangis terharu. Ia juga ingin ikut serta sang ayah menemui Rudi.

Tono meminta mereka menunggu di kamar saja. Dia bilang bentar lagi bossnya juga akan datang menjenguk melihat keadaan Siti.

Tak lama Rudi pun datang. Hampir saja Arman bersujud padanya. Rudi segera menahan badan Arman.

" Tidak perlu sampai seperti itu Pak. sudah seharusnya saya memberbagi kebahagiaan karena istri saya melahirkan dua anak kembar yang kuat dan sehat. saya minta doa dari bapak saja. Saya sudah senang " jelas Rudi dengan penuh nada kebahagian.

Arman pun merasakan kebahagian itu. " Saya akan terus mendoakan Bapak dan keluarga Bapak senantiasa bahagia dan makin sukses kedepannya. " dan disahut Amin oleh semuanya. Siti dengan senang mengelus perutnya dan berkata dalam hati kelak kamu juga berhati baik seperti Pak Rudi .

Pertemuan begitu singkat tapi sangat bermakna bagi keluarga Pak Arman. Siti yakin Mas Yanto pasti senang juga bisa bertemu dengan Pak Rudi.

******

Beberapa bulan kemudian, Siti pun melahirkan seorang bayi cantik yang diberi nama Cindy. Sejak kelahiran Cindy, ekonomi keluarga membaik. Arman yang dulu hanya buruh pengrajin rotan. kini menjadi pengusaha Kerajinan Rotan dan kayu. Mas Yanto berhenti menjadi ABK. Dia memilih untuk bersama ayah mertua membangun usaha itu dari nol. Santunan Rudi lumayan membantu usaha awal mereka. Sekarang mereka punya usaha yang tembus pasar luar negri.

Walau demikian, Siti tetap hidup sederhana. Ia ingin putri juga demikian. Ayahnya pun setuju dengan pemikiran itu. Tapi Mas Yanto malah punya niat buruk untuk mencari kebahagian diluar sana.

*****

Tahun - Tahun pun berlalu, Edward dan Edwin perlahan tumbuh menjadi batita yang gemes yang mirip satu dengan yang lain. Mereka diurus masing2 perawat. Edward dijaga Bi Rina dan Edwin dijaga Bi Sari.

Edward lebih cepat secara fisik. Edwin lebih cepat secara pikiran. Ketika Edward berlari kian kemari. Bi Rina sampai kerepotan. Edwin malah duduk santai mewarnai dengan Bi Sari.

Mainan Edwin terjaga dengan baik. Edward malah sebaliknya. Tapi lucunya dia tidak pernah menganggu Edwin. Dia malah sering membantu Edwin.

Edwin bisa berbicara dan membaca dengan cepat. Beda dengan Edward yang malah sibuk dengan aktifitas fisik. Ia telat bicara dan malas membaca. Dia bukan autis, dia hanya suka bergerak.

Rudi dan Laila pernah membawa Edward menemui dokter anak. Dokternya bilang Edward baik baik saja. Dia itu hiperaktif dan meminta mereka bersabar dan mencari guru terapi khusus untuk anak anak seperti ini.

Akhirnya Edward kecil pun menjalani terapi dan dia dengan mudah menguasai pelajaran gurunya itu. Tapi dia memang malas soal bacaan dan teori. Dia lebih suka aktifitas fisik seperti sepakbola, basket.

Edwin malah sangat pinter soal teori. Kecil2 gini aja dia sudah bisa membaca cerpen anak2 dengan mudahnya.

Hingga tiba saatnya mereka pun disekolahkan di Tk international dengan fasilitas terbaik. Bi Rina dan Bi Sari dengan sabar menunggui mereka.

Ketika sedang bermain , Edwin sengaja di jatuhkan anak2 yang nakal dari ayunan. Melihat hal ini Edward marah dan mulai berkelahi dengan anak2 itu. Rambutnya keriting semakin kusut karena berkelahi.

Edwin hanya menangis dan meminta tolong. Lalu guru pun datang melerai mereka. Edward dan anak2 itu pun dihukum karena berkelahi. mereka disuruh berdiri disamping kelas mengangkat 1 kaki.

" Edward, makasih sudah menolongku tadi. " ujar Edwin. " sudah tugasku sebagai kakak untuk menjagamu Edward." ujar Edward

" lain kali kalau kakak dihukum lagi, Edwin yang akan mengantikan kakak. "

" Mana bisa gitu tar ketahuan lo " kata Edward.

Edwin memberantakan rambutnya dan sedikit merapikan rambut Edward dengan air wastafel. dan berkaca.

" Liat kakak ga ada yang bisa membedakan kita kalau kita punya rambut yang sama. " ungkap Edwin. Edward yang agak bodoh soal berpikir pun tercengang. " wauu.. ide cemerlang hahhaha. Boleh juga tuh hhha. kapan kapan kita tukaran pasti banyak yang terkecoh "

" Siap Edward " sambil memberi sikap hormat pada Edward .

******

Cindy kecil pun tidak kalah pinter dari Edwin. Dia anak yang rajin dan baik hati. Tapi nasibnya kurang baik ketika Ayahnya Yanto malah menikah lagi dengan wanita yang lebih cantik dari ibunya. Wanita itu membawa serta dua anaknya Lia dan Dani yang kerap membullynya.

Siti memilih untuk pergi dan tinggal bersama ayahnya Arman. Usaha mereka tetap berjalan walau yang harus merasakan kesedihan dari Siti , Arman dan terutama Cindy. Ia harus tetap tinggal bersama ayahnya agar ayahnya tidak berhenti menyekolahkannya.