Hari ini adalah hari kedua Sky bersekolah. Sebenarnya gadis itu sangat malas untuk pergi ke sekolah, namun mengingat status bahwa dirinya saat ini adalah murid baru, mau tak mau Sky harus pergi ke sekolah. Ia harus mengejar cita-citanya dengan menjadi seorang jaksa, seorang yang berteguh pada keadilan
Seusai sarapan pagi, Sky mengambil tasnya kemudian berpamitan pada ayahnya yang sedang meminum kopi sambil membaca koran di ruangan tamu. "Ayah! Sky pamit pergi ke sekolah ya, nanti Sky akan pulang bersama dengan Kak Kirei. Jadi tidak perlu menyuruh sopir untuk menjemput Sky"
Ayahnya berdiri lalu merentangkan tangannya, Sky mengambil chokocips di meja kemudian memakannya dan membiarkan ayahnya memeluk dirinya. Ayahnya mengelus kepala Sky yang sedang asik memakan chokocips di dalam pelukannya kemudian berkata, "Belajarlah dengan sungguh-sungguh dan buat ayahmu bangga, oke?"
Sky mengangguk kemudian memeluk ayahnya sebentar. Gadis itu berjalan ke arah keluar rumah dan mengatakan bahwa ia ingin pergi ke sekolah dengan menggunakan bus saja hari ini karena pulangnya ia akan bersama dengan Kirei
Sky masuk ke dalam bus kemudian memilih duduk di bagian belakang, ia menaruh tas nya di pangkuannya kemudian menghela nafas kasar.
Mengenai orang tua, Sky hanya tinggal bersama ayahnya dan juga banyak pelayan di rumah sebesar istana itu. Ayah Sky adalah seorang konglomerat dan juga pengusaha sukses di kotanya, dengan kekayaan berlimpah, Sky lahir dengan menggunakan sendok emas yang membuatnya menjadi tuan puteri
Namun sayangnya Sky tidak memiliki seorang ibu. Ayahnya berkata bahwa ibunya Sky meninggal karena sebuah penyakit walaupun Sky sendiri tidak yakin tentang hal itu.
Sky terus mencoba memahami, bagaimana rasanya mendapat kasih sayang dari seorang ibu? Ketika dirinya sendiri bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk merasakan dekapan hangat dari seorang ibu dan hanya mendengar cerita dari ayahnya bahwa ibunya dulu adalah seorang ratu pemanah korea selatan. Yang sangat dibangga-banggakan oleh semua orang dan harus berakhir karena penyakit katanya
Dia sudah berusaha serela mungkin untuk menerima semua ini, namun ketika datang ke tempat manapun, melihat seorang anak menerima kasih sayang dari ibunya membuat dadanya berkecamuk. Contohnya seperti pada saat ini, ia menatap ke arah seorang ibu yang sedang berpelukan dengan anak gadisnya, membelai lembut kepala anak gadisnya dan juga menasehati anak gadisnya
Sky hanya bisa menatap semua itu. Kedua matanya membendung sebuah cairan bening yang perlahan menetes, Sky menepis air matanya kemudian turun dari bus ketika bus itu sudah sampai di halte Sekolahannya.
Sekarang Sky sampai di sekolahnya, ia langkahkan kaki jenjangnya menelusuri panjangnya koridor lantai pertama, telinganya mendengar beberapa murid disini sudah mulai menggosip membahas sesuatu. "Kau tau insiden kecelakaan kemarin malam? Kudengar dia salah satu senior kita bukan?"
"Ya, kudengar juga katanya ia mati bukan karena kecelakaan, melainkan sengaja!"
Sky menghentikan langkahnya. Bukankah topik yang sedang mereka bahas kemarin itu mengenai kecelakaan yang terjadi tepat ketika ia selesai pulang dari kontes Piano? Sky mengedikkan bahunya acuh kemudian menaiki tangga menuju koridor lantai dua
Sesampainya di kelas, Sky berdiam diri sambil menatap ke arah Casey, salah satu teman sekelasnya yang katanya sudah populer hanya karena kakaknya dulu pernah bersekolah disini. Dari penampilannya, seragam ketat, rok sangat pendek dan juga make up yang menor membuat Sky berpendapat bahwa gadis ini adalah pencari sensasi
Ia terlalu ingin famous sehingga membuatnya akan menjadi jatuh suatu hari nanti. Sky duduk tegap begitu Beatrice, wali kelas mereka masuk kedalam mereka dengan raut wajah semangat. "Untuk memulai pelajaran pada hari ini, bagaimana jika kita melukis? Kita akan memulai melukis di kelas seni, ku harap kalian semua segera ke sana dan membawa benda-benda penting semacam ponsel, jangan sampai terlambat!"
Setelah para siswa-siswi menjawab perkataan Beatrice dengan kata, 'Ya' secara serempak, Beatrice keluar dan berjalan mendahului para murid menuju ke ruangan seni. Satu persatu dari siswa mulai beranjak dari kursinya kemudian berjalan menyusul Beatrice sambil bercengkerama dengan teman mereka masing-masing
Kini hanya tersisa dirinya sendiri di dalam kelas, Sky masih berdiam diri di kursinya sambil menatap ke arah murid-murid yang telah pergi. Sebenarnya dari kemarin banyak sekali murid yang ingin berteman dengannya, namun Sky menolak mereka secara halus dengan perkataan bahwa ia lebih nyama sendiri
Suasana hening disini menambah kesan horornya, Sky beranjak dari kursi nya dan berlari ke arah luar kelas dengan kencang begitu merasakan sebuah tangan dingin pada pundaknya. Ketika sudah berada di luar kelas, ia kembali merubah raut wajahnya menjadi dingin kemudian mengikuti para murid menuju ke ruangan seni.
Sesampainya di ruangan seni, Sky menatap malas ke arah Casey yang sedang duduk di depan sana. Kali ini gadis itu menjadi model, "Kalian harus memperhatikan dengan baik gestur tubuhnya, boleh melukis secara abstrak karena itu adalah seni. Pastikan kalian melukisnya dengan baik, silahkan dimulai"
Sky menatap ogah-ogahan ke arah Casey yang sedang tersenyum manis didepan sana. Ia mengambil sebuah kuas kemudian berkata, "Apa mulutnya tidak keram menampilkan senyuman genit seperti itu?"
Dengan ogah-ogahan, Sky mulai melukis wajah Casey dengan baik, walaupun terkadang ia merasa bosan dan mengubah bagian wajah Casey menjadi berkumis. Tepat pada saat itu Beatrice melihat lukisan Sky,
"Wah, Sky! Lukisanmu sangat bagus!" ujar Beatrice, sontak perhatian para murid beserta Casey terfokus pada Sky yang sedang tersenyum canggung, mereka bertepuk tangan sambil berjalan mengerubungi Sky
"Tapi apa ini? Mengapa kau menggambar kumis pada wajahnya?" sedetik kemudian tawaan terdengar jelas di ruangan seni, Sky hanya menampilkan tawa hambarnya sambil menatap Casey yang mulai berjalan ke arahnya.
"Ah, tadi aku hanya sedang memikirkan sesuatu, aku memikirkan ayahku jadi tanpa sadar aku menggambar kumis pada wajahnya" sangkal Sky. Dalam hatinya ia berkata, Baik, jawaban yang bagus Gamartha Skylar. Teruskan
"Kau yakin kau merindukan ayahmu?" sahut Charlotte, dia merasa sedikit tidak yakin dengan jawaban Sky. Walaupun ia juga senang dengan Sky, karena gadis itu berani membuat Casey menjadi bahan tertawaan hari ini
"Eum, tapi bukankah wajah Casey cocok dengan kumis ini?" tambah Lottie yang disetujui oleh sebagian murid di kelas. Sky dapat menangkap jelas raut wajah kesal dan malu dari wajah Casey, Sky menunduk pelan kemudian bergumam, "Sudah tidak mendapat teman sekarang kau malah mencari musuh, bagus Sky" gumamnya pelan
Tiba-tiba perhatiannya terarah kepada Yvonne, salah satu gadis terimut di kelasnya itu sedang berdiam diri sambil menampilkan raut wajah cemas. Sesekali ia menoleh ke arah ponselnya dan menatap ke arah lain dengan cemas, Sky menebak dalam hitungan beberapa detik gadis itu akan berjalan kesini dan meminta ijin pada Beatrice pergi ke toilet
Dan benar saja, Yvonne beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan mendekati Beatrice yang masih asik membicarakan tentang lukisan Sky, gadis itu berdiri di belakang Beatrice kemudian berkata, "Permisi, Mrs. Beatrice. Aku izin pergi ke toilet" ujar Yvonne
Sky menatap Yvonne yang masih menampilkan raut wajah cemasnya itu, Beatrice berbalik badan dan menatap muridnya. "Jangan terlalu lama atau kau akan kehilangan nilai melukismu nanti"
Beatrice menangguk, "Iya, terimakasih Mrs. Beatrice"
Gadis itu melangkah pergi melalui pintu belakang kelas, Sky yang penasaran memutuskan untuk mengikuti gadis itu secara diam-diam. Ia beranjak kemudian berkata, "Mrs. Beatrice, aku izin pamit pergi ke toilet"
Beatrice ikut menatap ke arah Sky, "Jangan terlalu lama. Kau harus segera menyelesaikan lukisanmu ini"
Sky menangguk dan berdiri. Kemudian ia pergi melangkah keluar dari kelas melalui pintu bekalang, sama seperti cara Yvonne keluar kelas tadi.
•••
Sementara itu di sisi lain, seorang siswi bernama Daisy sedang menatap pantulan dirinya di cermin toilet, ia menghidupkan keran wastafel kemudian membasuh kedua wajahnya, ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin dengan wajah acak-acakan seperti itu
Lalu dia mengacak-acak rambutnya frustasi sambil berkata, "Ah, aku hanya menyuruhnya untuk menabraknya saja! Bukannya malah membunuhnya seperti itu!"
"Eh?!"
Daisy menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari salah satu bilik kamar kecil itu, ia menggedor pintu itu secara kasar sehingga membuat pintunya terbuka pelan, menampilkan wajah ketakutan dari Yvonne. Gadis itu menunduk tidak berani menatap kakak kelasnya itu
"Kau mendengar semua nya bukan?" ujar Daisy sambil menatap Yvonne tajam sedangkan yang ditatap hanya menunduk
"Jawab aku?!" gertak Daisy. Yvonne memejamkan matanya karena takut, kemudian berkata, "I-iya"
Daisy menarik rambut Yvonne kencang sehingga membuat sang empu meringis kesakitan, dengan gertakan penuh ia berkata, "Jika sampai ada orang lain yang tahu masalah ini selain kau dan aku, maka kau akan bernasib sama seperti Cathlyn! Paham?"
"I-iya, aku tidak akan menyebarkannya"
"Kau yakin?"
"I-i ya. Aku berjanji akan menutup rapat tentang masalah ini baik-baik"
Mendengar jawaban dari Yvonne, Daisy tersenyum puas kemudian melepaskan tarikan rambutnya pada Yvonne. "Bagus" ujarnya lalu melangkah pergi menjauhi Yvonne
Baru saja ia ingin membuka pintu keluar toilet tiba-tiba pintu itu sudah terbuka dan menampilkan Sky yang sedang menatap Daisy aneh. "Jaga matamu baik-baik jika tidak ingin ku cungkil" ujar Daisy sambil menatap Sky tajam lalu gadis itu pergi begitu saja meninggalkan Sky dengan penuh tanda tanya
Pertanyaan 'Apa yang sedang terjadi?' itu terjawab ketika Sky melihat Yvonne sedang menunduk sambil menatapnya, penampilan gadis itu acak-acakan dan Sky menebak bahwa gadis itu baru saja di rundung oleh kakak kelasnya tadi
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Sky pada Yvonne. Yvonne mengangguk masih dengan takut
"Apa dia tadi merundungmu?" ujar Sky mencoba mengajak Yvonne berbicara, namun gadis itu malah menggeleng
"Apa kau mengenalnya?" Yvonne mengangguk kemudian Sky menghela nafas kasar, "Kau perlu ke ruangan kesehatan, aku akan mengantarmu dan menitip izin kepada Mrs. Beatrice, okay?"
"Terimakasih, Skylar" ujar Yvonne pada Sky, teman sekelasnya. Sky tersenyum kemudian membantu Yvonne memasang jas yang sempat gadis itu lepaskan tadinya kemudian memegang pundaknya dan pergi ke ruangan kesehatan
To Be Continue...