webnovel

The Roommate 1

Arissa berpikir kalau ia baru saja membuat sebuah kesalahan besar dengan menandatangani kontrak tinggal setahun dengan seorang maniak seks. Teman satu kontrakannya, Cristan dengan santainya selalu membawa wanita yang berbeda setiap malam untuk menjadi penghangat tempat tidurnya dan Arissa harus menahan derita untuk selalu menyumbat telinganya yang memerah akibat desahan dan erangan erotis yang harus ia dengar setiap malam. Masalahnya, ia baru saja pindah dan mendapat pekerjaan jadi ia tidak mungkin untuk langsung mencari tempat tinggal baru kan? Belum lagi, ia juga harus membantu mengirim uang bulanan ke panti asuhan dan anak tunggalnya. Hhh... Walaupun si maniak seks itu berwajah sangat menarik dengan tubuh yang luar biasa sempurna, Arissa harus bertahan untuk menuntaskan kontrak tempat tinggal sementaranya dan segera pindah secepat mungkin...

Nana15 · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
300 Chs

43 TERJEBAK

Pertemuan tersebut berlangsung cepat dan ringkas. Hanya sekitar 1 jam saja. Para anggota Senat pun mulai membubarkan diri masing-masing diikuti oleh para pengawal elite mereka. Hanya tinggal beberapa gelintir anggota saja yang masih sibuk mengobrol seputar bisnis dan masalah-masalah lain karena mereka sudah lama tidak bertemu. Kakek Besar masih terduduk di kursinya dengan santai. Ekspresinya tak lagi seserius tadi ketika pertemuan sedang berlangsung. Sementara Cristan juga masih terduduk di kursinya dengan wajah kusut seperti seorang prajurit kalah perang.

Kakek Besar lalu bangkit berdiri dan menepuk-nepuk pundak Cristan dengan gaya seorang ayah yang tengah menasihati anaknya dengan lembut.

"Ayo, pulang. Orangtua ini butuh tidur…."

Cristan tidak mengatakan apapun ketika ia berjalan mengikuti arah Kakek Besar untuk keluar dari ruang rapat tersebut dengan langkah gontai dan lunglai. Jade hanya mengikuti mereka dari arah belakang.

Mereka bertiga langsung kembali ke rumah utama dan Kakek Besar lalu duduk di ruang keluarga sambil menonton TV dengan ukuran layar yang sangat besar. Sementara Cristan, masih dengan muka kuyu hanya terduduk di sebelah kakek sambil menyandarkan dirinya ke sofa empuk yang mereka duduki. Rasanya persis seperti dilempar dari surga langsung menuju ke lapisan neraka yang paling bawah. Cristan tidak siap untuk ini. Tidak sekarang…

Tapi ia tidak bisa mundur lagi.

Ini medan perang! Dan mau tidak mau, ia harus siap…

"Heh…Kakek pasti sudah merencanakan semua ini kan?" tanya Cristan dongkol.

Kakek Besar mematikan TV dengan remote control dan memandang wajah cucunya dengan tatapan bingung.

"Apa maksudmu?"

"Kakek pasti sudah merencanakan semuanya kan? Mulai dari telepon itu, lalu pesta ulang tahun ini, dan sekarang pemilihan Senat dengan aturan baru yang tidak masuk akal seperti ini…"

Nada bicara Cristan semakin lama semakin tinggi. Terlebih lagi ketika ia mengatakan semua kesimpulannya, bentuk mata Kakek Besar semakin lama semakin menyipit dan membentuk bulan sabit terbalik. Lalu, tawanya pecah seketika.

Ok! Cristan masuk ke dalam jebakan orangtua ini! Ia terjebak!

Kakek Besar tertawa terpingkal-pingkal sambil menepuk-nepuk dengkulnya dengan keras selama beberapa saat sebelum kemudian tawanya berhenti karena ia terbatuk-batuk untuk mengambil nafas sejenak.

Jade yang masih berdiri di sana, bergerak sigap untuk mengambil air minum untuk Kakek Besar.

Setelah beberapa tegukan, Kakek Besar merasa jauh lebih baik dan dengan raut wajah jenaka, ia lalu memandang ke arah Cristan.

"Ya, itu benar…"

Tapi sebelum Cristan bisa protes lebih lanjut, Kakek Besar lalu mengambil sebuah surat dari dalam saku bajunya serta memberikannya kepada Cristan.

"Tapi itu semua atas ide ibumu, Arina.."

Cristan terpaku dan mengambil surat tersebut serta membukanya perlahan.

............….

Rose Mansion, 2 tahun yang lalu, seminggu sebelum kecelakaan….

"Kau yakin, Arina?"

Kakek Besar memandang wanita cantik yang sedang berdiri sambil menatap ke arah luar jendela dengan tatapan ragu. Cristan saat ini sedang meneruskan kuliahnya di bidang bioteknologi di kota Sierra setelah ia lulus dengan prestasi cum laude setahun yang lalu di negara Scudesco. Dengan program risetnya yang ia kembangkan sekarang, paling cepat Cristan akan menyelesaikan kuliahnya 2 tahun lagi. Dengan tingkat pengalaman yang minim, rasanya agak berlebihan jika Arina memaksanya secara halus untuk terlibat dalam urusan internal klan setelah ia menyelesaikan kuliah pasca sarjananya.

Wanita cantik itu menoleh ke arah Kakek Besar dan sambil duduk di atas sofa, ia menyesap teh hangat yang tersaji di atas coffee table dengan santai.

"A hero was born and baptized in tears and blood…" ucap Arina pelan tapi auranya terasa sangat

dominan di ruangan tersebut.

(Seorang pahlawan lahir dan dibaptis oleh darah dan air mata…)

"I never been this sure, Great Grandpa. He's a Levy after all and he was born from my womb.."

(Aku tidak pernah seyakin ini, Kakek Besar. Ia seorang Levy dan ia terlahir dari rahimku…)

.............

Cristan mengeluarkan isi surat tersebut.

Tidak ada tulisan apapun di dalamnya. Hanya secarik kulit hewan yang sangat tua dengan lambang kuno Klan Levy dari jaman founding father. Tidak ada seorang anggota pun yang mengetahui lambang kuno tersebut selain keturunan langsung dari founding father mereka, Leone Accardi. Tidak juga Leo Levy.

Kakek Besar hanya memberikan warisan tersebut kepada Arina dan Arina sekarang memberikan "perintah" yang sama kepada Cristan.

No more hiding. It's time for you to get up and fight!

Cristan serasa mendengar suara ibunya sendiri saat melihat lambang tersebut.

Perlahan, ia bangkit dari sofa dan menggenggam erat amplop surat tersebut setelah kembali memasukkan isinya lalu memasukkannya dengan hati-hati ke dalam saku celananya.

Jade sedang bersiap untuk mengantar kepergian Cristan ketika Cristan langsung mengeluarkan sebuah perintah.

"Tidak usah mengantarku kembali ke apartemen, Jade. Tolong siapkan The Troops untukku…"

Jade mengangguk dan dalam sekali gerakan, ia menelepon seseorang.

Dalam waktu kurang dari 5 menit, sebuah kelompok beranggotakan 6 orang pengawal pribadi sudah bersiaga penuh di dalam rumah utama. Sesuai protocol dan aturan dasar calon ketua klan, setiap calon ketua klan periode berikutnya berhak untuk mendapatkan pengawalan ketat dari satuan pengawal elite yang dibentuk langsung oleh klan bernama The Troops. Mereka bertugas untuk menjaga dan mengawal sang calon ketua klan sampai hari pelantikan tiba. Karena Cristan adalah salah satu dari calon ketua klan, maka ia pun berhak mendapatkan fasilitas tersebut.

Cristan lalu berjalan menuju ke arah pintu keluar dikawal oleh para pengawalnya ketika tiba-tiba ia mendengar suara aneh dari arah kamar tidur untuk tamu. Pelan, didorong oleh rasa ingin tahunya, ia membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati tanpa menimbulkan suara. Matanya langsung menangkap adegan erotis yang dilakukan oleh ayahnya sendiri dengan Tante Wanda tanpa malu-malu sama sekali. Tubuh keduanya tengah telanjang dan berpeluh keringat sementara suara erangan dan lenguhan sensual malah terdengar semakin jelas di area rumah utama yang sunyi tersebut. Cristan menutup pintu segera sambil membuang muka dengan ekspresi jijik dan segera berlalu dari rumah tersebut.

Mobil sport yang biasa ia pakai sudah menunggunya di depan rumah. Sementara anggota pengawalnya memiliki mobil mereka sendiri. Hanya ada 1 orang yang mendampingi Cristan sebagai supir sementara mereka bertolak dengan segera dari Rose Mansion.

Hanya ada satu pikiran di otak Cristan saat itu. Pergi secepat mungkin!!