Hana hanya menggelengkan kepalanya. Lalu membuka pintu kamarnya. Sampai di dalam kamar, begitu pintu di tutup. Aksa langsung memeluk tubuh Hana dari belakang. Hana mencoba melepaskan pelukan Aksa dengan pelan.
"Kak, jangan peluk dulu!" kata Hana meronta tidak mau dipeluk. Dia mencoba melepas tangan Aksa yang tengah memeluknya.
"Kenapa?" tanya Aksa tidak mau melepaskan pelukannya.
"Aku gerah Kak," jawab Hana beralasan.
"Kalau gerah, buka saja ya?" kata Aksa nakal.
"Enak saja main buka. Enggak ah. Awas dulu ikh!" kata Hana yang merasa risih dan geli ketika dagu Aksa menyentuh leher Hana. Jari Aksa menggelitik leher Hana yng terlihat mulus.
"Enggak mau, aku pengen peluk kamu gini," kata Aksa tidak mau melepaskan pelukannya.
Akhirnya Hana hanya pasrah dipeluk seperti itu oleh Aksa. Sebuah keputusan yang salah memang mengizinkan Aksa masuk lagi ke dalam kamarnya. Bukan tidak mungkin, kalau malam ini Aksa tidak akan melepasnya lagi. Begitu lama Aksa menunggu kesempatan ini.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com