"Halo Sayang, kamu masih melek kan?"tanya Aksa yang dari tadi menunggu Hana bicara.
"Eh iya Kak, maaf ... habisnya aku bingung mau dari mana nanya nya."
"Bingung kenapa, tanyain aja sayang!"
"Gini lho ... aku akhir-akhir ini sering lihat Kak Intan murung, sedih, tambah pendiem. Aku curiga kalau ada sesuatu."
Aksa memicingkan matanya mendengar Hana menyinggung Intan. Karena itu juga sebenarnya tujuan Aksa menelepon Hana. Ingin mengetahui keadaan Intan sebenarnya.
"Curiga kenapa Yang, tanya aja sama aku!" jawab Aksa.
"Sebenarnya antara Kak Daniel dengan Kak Intan ada apa sih?" tanya Hana. Dia memang agak curiga ketika dulu vc dengan Aksa, Daniel meminta melihat Intan saat itu. Seolah Daniel rindu dengan Intan. Padahal yang dia tahu Daniel dan Intan baru sekali bertemu.
"Eh itu, sebenarnya, aduh gimana ya ngejelasinnya sama kamu, emangnya Intan enggak pernah cerita masalah Daniel?" tanya Aksa,.
"Tidak pernah malah Kak."
Aksa tidak begitu terkejut mendengarnya. Dia melihat sosok Intan saja sudah ajaib bisa menjadi manajer Hana dan Hana sepertinya belum mengetahui siapa Intan sebenarnya. Apalagi urusan hal begituan dengan Daniel.
Pertama bertemu dengan Intan, memang terlihat kalau orangnya sangat tertutup. Dan herannya sekarang Daniel malah menjadi bucin pada gadis macam itu.
"Memang ada apa sih Kak, apa Kakak tahu sesuatu?" tanya Hana.
"Yang, dengerin aku baik-baik ya, waktu di Berlin dulu aku kan pernah cerita sama kamu, kalau aku pernah dikasih obat sama Arabella, nah yang pertama kali minum itu Intan karena berusaha mencegah aku agar tidak minum minuman yang sudah dicampur obat, dan bodohnya aku malah marah-marah sama Intan terus ikut minum. Dan pada akhirnya kami berdua menjadi gila. Kamu juga tahu, kenapa aku maksa banget ke kamar kamu. Dan Intan juga karena kepengaruh obat itu, akhirnya dia malah melakukannya dengan Daniel Sekretarisku."
"Bangke bener sekretarismu itu Yang, pecat dia ... jadi dia yang udah bikin Kak Intan jadi tambah diem dan murung!" umpat Hana kesal.
"Eh ... eh dengerin aku dulu Yang, Daniel itu juga karena sama-sama khilaf. Kan gimana enggak hilap kalau Intan duluan yang nyosor."
"Apa, Kak Intan yang nyosor duluan?" tanya Hana tidak percaya.
"Iya, orang aku saksinya, sebelum aku ke kamarmu kan, aku lihat mereka duluan."
"Kakak kenapa enggak melarang mereka, dosa tahu. Udah tahu salah malah didiemin!" Hana malah ceramah.
"Gimana aku mau melarang, kan aku juga dalam keadaan hang over juga Yang," jawab Aksa.
Hana terdiam mendengar perkataan Aksa. Dia sedang berpikir pantas saja Intan seperti sedih dan sedang menyesali sesuatu. Rupanya itu kejadian yang membuat dirinya sedikit berubah.
"Halo Yang, masih melek kan?" tanya Aksa, takut malah Hana ketiduran karena tidak ada suara lagi dari Hana.
"Iya Kak masih on kok."
"Hmmm ... o-ya, kamu inget kan waktu dulu kamu hamil, aku kena sindrom apa?"
"Iya inget Kak, sindrom ngidam simpatik, eng ... apa ya namanya itu ...."
"Sindrom cauvade."
"O iya itu," sahut Hana.
"Tahu enggak aku curiga kalau Daniel sekarang sedang kena sindrom itu, soalnya gejalanya sama persis kayak aku dulu Yang."
"Apaaa?" teriak Hana kaget.
"Aduh sakit banget telinganya denger kamu teriak kenceng banget," ujar Aksa tadi sempat menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Ma-maaf Kak, soalnya aku kaget banget."
"Bener enggak kalo dia hamil?" tanya Aksa lebih penasaran.
"Kok kamu tanya ke aku Kak, aku enggak tahu."
"Bener juga sih,orang kayak Intan enggak mungkin akan cerita itu pada orang lain."
"Tapi kalau dilihat dari perubahan sikap dan kebiasaan Kak Intan memang beda, doyan makan, suka ngemil yang asem-asem, bahkan kemarin sempat perhatiin kalau dia lama banget di kamar mandi."
"Nah, aku yakin dia beneran hamil Yang."
"Terus kalau memang benar dia hamil, gimana Kak?" tanya Hana.
"Ya kalau hamil, itu mah terserah mereka berdua mau gimana, kita enggak bisa ikut campur dalam urusan pribadi mereka."
"Kalau benar Kak Intan hamil, apa Kak Daniel tahu kalau Kak Intan hamil?"
"Dia udah ngira begitu sih, soalnya aku sendiri yang pertama kali sadar dengan gejala itu."
"Wah benerkah, cocok kamu jadi bidan!"seloroh Hana.
"Ngomong-ngomong bidan, aku KB nih Yang!" kata Aksa menahan hasratnya.
"KB apaan, Keluarga Berencana, punya anak juga belum Kak, masa kepengen di KB?" tanya Hana.
"Yang ...KB ... kangen bercinta," bisik Aksa.
"Kesini saja Kak, kamu tahu enggak kalau aku sedang pakai apa?" tanya Hana menggoda Aksa. Dia senyum-senyum karena ingin menjaili Aksa.
"Ah kamu nantangin aku terus, emangnya kamu lagi pakai apa?" tanya Aksa sambil berbisik. Dalam otaknya dia sudah membayangkan Hana sedang memakai lingerie seksi menggoda.
"Aku, sekarang lagi pakai baju trening yang tebel banget karena lagi dingin," jawab Hana sambil terkikik.
Aksa menggerutu kesal karena jawaban Hana di luar ekspetasinya. Lamunannya tentang Hana yang seksi dan menggodanya nakal buyar menjadi Hana yang memakai baju trening persis waktu dulu di malam akad nikahnya dengan Hana.
"Padahal punyaku udah tegang duluan bayangin kamu ..." kata Aksa kesal.
"Tegang kenapa Pak?"
Aksa terkejut karena Daniel sudah berada di sampingnya sedang berdiri.
"Ka-kau, sejak kapan kau berada di situ?" tanya Aksa gelagapan karena takut percakapan vulgarnya tadi terdengar Daniel.
"Sejak tadi juga saya ada di sini, cuma Bapaknya saja yang tidak sadar," kata Daniel membela diri.
"Apa kamu sedang menguping?" taya Aksa.
"Tidak Pak, saya ke sini mau ambil dokumen surat kontrak dengan TV B itu, tapi Bapak sedang menelepon," kata Daniel mencari alasan.
"Ambillah !" kata Aksa menyingkirkan sikutnya yang sedang bertumpu di tumpukan berkas.
"Baik Pak!" Daniel kemudian mengambil tumpukan berkas itu.
Aksa kemudian melanjutkan percakapannya dengan Hana.
"Yang, nanti aku telepon kamu lagi ya, sekarang Oppa mau kerja dulu," kata Aksa gombal.
"Apa Kak,Oppa? udah tua dong?" tanya Hana sambil tertawa.
"Itu Opa sayang, beda lagi. Kamu tahu sendiri kan kalau wajah ku ini seperti Oppa-Oppa Korea yang ganteng, itu kayak idola kamu itu, siapa? BTS? kamu masih suka sama mereka?" tanya Aksa nyerocos.
"Oppa Korea dari mana kamu Yang, kamu itu Ahjussi udah tua, bukan Oppa lagi, hihihi ... jangan ah samain dengan member BTS, wajah Kakak jauh banget dari super idol," sahut Hana.
"Tega amat kamu Yang, enggak mau muji dikit sama lakinya," protes Aksa.
"Habisnya Kakak sih yang tumben pengen dipuji kayak Oppa Korea, bagi aku, Kakak itu cakep dan lebih ganteng dari Seo Kang Joon," kata Hana.
"Siapa itu Yang, orang Bandung ya?" tanya Aksa.
"Orang Koreaa Yang," jawab Hana.
"Oh soalnya ada Kang ... Kang gitu. hehe aku kira dia orang Sunda," tukas Aksa.
"Hemm ... ya sudah ya ... Met kerja sayang, love you .... mmmuach," kata Hana.
"Love you too, mmmua ...."
Tuttt .
"Kebiaaasaaaan kamu mah Yang, maen tutup begitu aja,belum juga aku balas ciumannya."
"Pak gawat!" seru Daniel.
"A-ada apa?" tanya Aksa.
"Ini kenapa ada coret-coret begini di berkas kontrak kita?" tanya Daniel sambil memperlihatkan sebuah dokumen penting, tertulis dengan tulisan nama Hana lengkap dengan gambar emoticon hati.
Aksa hanya tertawa menghapus rasa tegangnya karena melihat hasi coretan itu. Sudah pasti Daniel akan protes.
"Dasar Bos bucin !"
= = = Studio Author ===
Aksa : Thor, kapan aku dipertemukan dengan Hana?
Author : Emangnya kenapa Tung, loe udah kagak nahan?
Aksa : Please deh, jangan pura-pura bego!
Author : Ingetin reader dulu gih!
Aksa : Wahai reader yang luar biasa badai, jangan lupa untuk kirim Power Stone, komen dan Review.
Author : Cakeeeeep!
Aksa : Gue emang cakeep Thor . ^.^ . Siapin adegan yang hot sama Hana ya!
#digeplak Author