webnovel

The Power Of Us

Di tempat dunia yang kutinggali. Kami para manusia memiliki sebuah hal yang tidak bisa dijelaskan dan diluar nalar. Kami para manusia mempunyai sebuah kemampuan khusus. Dengan kekuatan itu kami bisa mengeluarkan berbagai macam kemampuan. Contohnya kami bisa mengeluarkan Api dan Air dari tubuh. Setiap orang didunia memiliki kemampuan yang berbeda, namun ada juga yang sama terkadang itu dikarenakan satu keturunan atau hanya kebetulan saja. Ada juga manusia yang tidak memiliki kemampuan contohnya diriku, aku terlahir tidak memiliki kemampuan sama sekali. Karena hadirnya kemampuan khusus didunia ku ini, aku memiliki firasat yang buruk akan hal itu. Bagaimana caraku bertahan hidup tanpa kekuatan. Tapi apakah mungkin ini semua hanya mimpiku saja?

Raz12 · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
20 Chs

Petra dan Ruby (End)

Kira membuka jendela dan mengambil paket yang di bawa drone tersebut. Kira menggunakan ponselnya dan memindai kode QR yang ada pada drone tersebut untuk membayar paket yang dipesannya.

Setelah pembayaran berhasil drone itu pergi dan Kira kembali menutup jendela. Kira membuka paket yang dipesannya, lalu mengeluarkan isi paket tersebut.

Isi paket tersebut adalah pakaian seorang pelayan yang ukurannya telah disesuaikan dengan ukuran tubuh Ruby.

Kira mencoba memeriksa apakah ukurannya pas dengan tubuh Ruby atau tidak. "Wah aku tidak sangka bahwa ini sesuai denganmu," ujar Kira.

"Kalian seriusan ingin aku memakai pakaian ini?" tanya Ruby.

"Iya... tapi bukankah teknologi zaman sekarang sangat maju. Padahal Kira baru saja mengukur ukuran tubuh Ruby dan memesannya. Tidak lama pakaiannya telah sampai saja," Petra terpukau.

"Sebenarnya ini bukan hanya karena teknologi. Aku pernah melihat artikel yang mengatakan bahwa industri produksi seperti ini juga dibantu dengan kemampuan khusus orang orang," ujar Kira.

"Bukankah itu terlalu praktis?"

"Entahlah aku juga tidak tahu. Nah sekarang Ruby silahkan kamu memakainya," Kira memberikan pakaiannya ke tangan Ruby.

Karena tidak bisa melawan lagi, Ruby dengan pasrah menerima pakaian itu dan memakainya di ruang ganti.

Setelah beberapa saat, Ruby kembali masuk ke dalam kamar Petra. Petra terpana melihat penampilan Ruby, sedangkan Kira biasa saja.

"Haha tidak aku sangka pakaian itu sangat cocok untukmu, Ruby," ujar Petra.

"Baik terima kasih atas pujiannya. Tapi aku dengan berat hati, sangat keberatan memakai pakaian ini," keluh Ruby.

"Ayolah jangan begitu Ruby, ini hukuman karena kekalahanmu. Lagi pula kamu sendiri yang menerima tantangannya bukan?" ujar Petra.

"Benar aku memang kalah, jadi apa yang harus aku lakukan selanjutnya?" tanya Ruby.

"Kamu harus melayani aku seharian" jawab Petra.

"Lebih pastinya lagi, apa yang harus bisa aku lakukan untukmu?"

"Bisa kamu buatkan bubur untukku?" suruh Petra.

"Baik akan aku lakukan" Ruby turun ke bawah dan mulai membuat bubur untuk Petra.

"Aduh bagaimana ya cara untuk membuat bubur? aku selama ini belum pernah membuat bubur..." Ruby kebingungan.

Karena penasaran Kira menghampiri Ruby ke bawah. Lalu dia melihat Ruby yang kesusahan. "Hai putri es, apakah kamu sedang kesulitan?" tanya Kira.

"Bisakah kamu tidak memanggilku seperti itu. Tapi seperti yang kamu bilang, aku sedang kesulitan saat ini,"

"Kamu kira kita ini hidup di zaman apa? kamu kan bisa mencari cara membuatnya di internet," saran Kira.

"Iya memang benar katamu, aku bisa melihat caranya di internet. Tapi jika aku melakukannya tidak akan sesuai dengan yang ditunjukkan di internet," keluh Ruby.

"Begitu ya... jika memang seperti itu, biarkan aku yang mengajarimu cara membuat bubur. Lagi pula kan kamu di masa depan akan menjadi istri Petra," tawar Kira.

"Bicara apa kamu ini. Walau begini aku masih mempunyai selera ya. Tapi memangnya kamu bisa membuat bubur?"

"Bisa, aku belajar melalui internet. Karena aku ini anak rumahan, jadi aku sering mencoba hal baru," jawab Kira.

Kira mendekati Ruby lalu membantu menyiapkan peralatan dan bahan untuk memasak bubur.

"Baik yang pertama kamu perlu lakukan, ambil satu porsi nasi" Ruby mengambil satu porsi nasi. "Ini sudah, lalu selanjutnya?"

"Ambil wajan ini, lalu panaskan air di dalamnya," Ruby mengambil air dan memanaskannya di kompor.

Kira dan Ruby menunggu hingga airnya mendidih. "Selanjutnya kamu masukkan nasinya ke dalam air panas ini," ujar Kira.

Ruby memasukkan nasi ke dalam air panas. "Lalu selanjutnya kamu tunggu jangan sampai, nasinya terlalu lembek,"

"Kamu ini cerewet sekali ya Kira," Ruby protes.

"Sudah fokus saja masaknya. Hei lihat itu nasinya melebur ke luar!" Mereka baru sadar nasinya melebur.

"Wah gimana ini?!" Ruby menjadi panik.

Setelah berhasil menghentikan nasi yang melebur, Ruby menjadi lemas. "Yah aku gagal lagi kali ini," keluh Ruby.

"Jangan menyerah ayo cepat kita bersihkan ini dan membuat yang baru," ujar Kira.

"Hm," Ruby sedih.

Ruby dan Kira pun membersihkan kekacauan yang mereka buat. Setelah bersih, Kira mulai mengajarkan kembali Ruby membuat bubur.

"Itu bumbu yang salah kamu masukkan, ulangi lagi,"

Kira dengan tegas memandu Ruby membuat bubur, hingga Ruby menjadi kewalahan.

Setelah Ruby yang berjuang dengan keras, akhirnya selesai membuat bubur yang benar untuk Petra.

"Akhirnya kerja kerasku membuahkan hasil yang baik," Ruby lega.

"Kamu jangan senang dulu. Kita belum tahu rasanya, jadi kita serahkan hasil akhirnya kepada Petra," ujar Kira.

"Aku harap rasa dari bubur ini tidak hancur" Ruby berharap.

Lalu Ruby dan Kira kembali naik ke atas menuju kamar Petra. "Apa saja yang kalian berdua lakukan? lama sekali" tanya Petra.

"Ini Ruby sedang berusaha menjadi istri yang baik untukmu," ujar Kira.

"Benarkah? manisnya..." Petra senang.

"Kalian ini memang suka bercanda ya," Ruby duduk di samping Petra.

"Ini bubur yang kamu minta, aku berhasil membuatnya," Ruby memberikan buburnya kepada Petra.

"Kamu menyuruhku yang sedang sakit untuk makan sendiri? suapin aku dong" ujar Petra.

"Kamu ini memang manja ya," Ruby mengambil sesendok bubur. "Ayo buka mulutmu," "Aaa... haup" Ruby menyuapi Petra.

"Bagaimana rasanya?" tanya Ruby.

"Mmm..." Petra mencoba menguyah dan merasakan dengan baik rasa buburnya.

"Bagaimana Pet?" tanya Kira.

"Ini enak sekali, nafsu makanku kembali lagi," ujar Petra.

Mendengar hal itu, Ruby menjadi senang sekaligus lega. Ruby melihat ke arah Kira dan Kira memberikan jempol kepada Ruby. Terima kasih guru. Pikir Ruby.

"Hei ayo cepat suapi aku lagi, aku lapar," Petra tidak sabar.

"Iya sebentar," Ruby kembali menyuapi Petra.

Melihat Petra dan Ruby yang sedang serasi. Kira merasa dia hanya menjadi nyamuk di sana. Jadi dia memilih untuk pergi. "Kalian berdua, aku pergi dulu ya, mau ke minimarket. Kalian ada yang mau dititip tidak?" tanya Kira.

Mereka menggelengkan kepala. "Baiklah aku pergi dulu ya," Kira pun pergi ke menuju minimarket.

"Hah aku merasa menjadi pengganggu di antara mereka. Namun aku harap mereka segera jadian," ujar Kira.

Sementara itu Ruby dan Petra.

"Ayo kemari, pijatkan bahuku. Bahuku rasanya keram sekali," suruh Petra.

"Huh baik," Ruby pun memijat bahu Petra.

"Sekarang tanganku, lalu kakiku," ujar Petra.

"Baik tuan," Ruby pasrah memijat Petra.

Petra yang keenakan dipijat Ruby. Mulai mengantuk dan akhirnya tertidur. Ruby terus memijatinya dan baru sadar jika Petra telah tertidur.

"Dia tertidur? lucunya," Ruby mengelus kepala Petra. Karena Petra telah tertidur, Ruby melihat lihat sekelilingnya.

Ruby melihat meja belajar Petra dan melihat buku pelajarannya yang berantakan. "Dia ini kapan bisa rapinya sih?" lalu Ruby membersihkan meja belajar Petra.

Ruby baru ingat jika mereka mempunyai pr. "Biar aku tebak, dia pasti belum mengerjakan pr," Ruby mengecek pr Petra.