webnovel

The Power Of Us

Di tempat dunia yang kutinggali. Kami para manusia memiliki sebuah hal yang tidak bisa dijelaskan dan diluar nalar. Kami para manusia mempunyai sebuah kemampuan khusus. Dengan kekuatan itu kami bisa mengeluarkan berbagai macam kemampuan. Contohnya kami bisa mengeluarkan Api dan Air dari tubuh. Setiap orang didunia memiliki kemampuan yang berbeda, namun ada juga yang sama terkadang itu dikarenakan satu keturunan atau hanya kebetulan saja. Ada juga manusia yang tidak memiliki kemampuan contohnya diriku, aku terlahir tidak memiliki kemampuan sama sekali. Karena hadirnya kemampuan khusus didunia ku ini, aku memiliki firasat yang buruk akan hal itu. Bagaimana caraku bertahan hidup tanpa kekuatan. Tapi apakah mungkin ini semua hanya mimpiku saja?

Raz12 · Fantasy
Not enough ratings
20 Chs

Petra dan Ruby (2)

Lalu Kira menelpon Ruby. "Ring Ring Ring" Suara smartphone Ruby berbunyi. Ruby yang sedang tertidur pulas terbangun karena suara telepon.

Dengan matanya dia mengangkat telepon. "Ya halo ini siapa?" Tanya Ruby.

"Ini aku Kira, Ruby kamu tidak mau menjenguk Petra?"

"Ha?, kenapa aku pula aku harus melakukan itu?"

"Kamu baru bangun ya?, kamu lupa ya kalau si Petra sekarang sedang sakit?"

Lah iya juga si bocah itu kan sedang sakit. Pikir Ruby.

"Terus jika dia sakit aku harus kesana menjenguk nya?"

"Tentu saja, kan karena kamu dia menjadi sakit, apa kamu lupa berapa kali dia menjadi basah kuyup karena kamu?"

"Tidak mau pokoknya aku tidak ingin kesana" Ruby bersikeras.

Ni anak keras kepala juga ya, hm... aha!. Kira melihat kearah Petra dan memperagakan orang yang sedang batuk. Kira mengisyaratkan jika Petra sedang demam berat.

Petra pun mengerti, Kira mendekatkan telepon kearah Petra dan Petra batuk sekeras kerasnya seperti sedang kesakitan.

Ruby menjadi merasa bersalah karena mendengar Petra yang sedang sakit. "Ehem nah jadi bagaimana Ruby?" Tanya Kira.

"Ih iya iya aku akan segera kesana, aku bersiap dulu" Ruby pun mematikan panggilannya.

Kira dan Petra pun tos. "Yey kita berhasil" Petra senang. "Uh kepalaku rasanya pusing sekali" Petra kembali berbaring.

"Kamu sih terlalu bersemangat, udah tau sedang sakit gitu"

"Berarti jika dia sudah datang kesini, aku tinggal memaksa dia menjadi maid ku dengan kesepakatan kemarin kan?, bukan begitu?"

"Iya kamu benar, tenang saja dia pasti tidak akan bisa menolak. Jika nanti dia bersikeras menolak aku akan membantumu memaksa dia menjadi maid" Kira tersenyum jahat.

"Hehe iya kamu benar, aku tidak sabar ingin melihat wajahnya yang malu itu, nguehehe" Petra pun ikut tersenyum jahat.

Tidak lama kemudian Ruby pun datang kerumah Petra. "Ding ding ding" Kira pun menyambut Ruby dengan senyuman.

"Selamat datang Ruby"

"Ada apa nih kamu terlalu sopan?"

"Tidak ada apa apa kok..." Kira memperhatikan penampilan Ruby.

"Eh? ada apa ini?, kenapa kamu berpenampilan rapi sekali?, kamu kan hanya menjenguk orang yang sakit, dekat rumahmu lagi"

"Seorang perempuan kan harus tetap berpenampilan rapi untuk menunjukkan pesonanya" Ruby bersikap tenang.

"Oh jadi begitu..." kamu berusaha bersikap tenang ya Ruby?, tapi tenang saja sebentar lagi kamu akan kalang kabut.

Kira dan Ruby pun naik keatas menemui Petra. Ketika Ruby baru membuka pintu... "Ohok ohok!" Petra pura pura terlihat kesakitan.

"Petra?!, kamu kenapa sampai seperti ini Petra?, Kira cepat telepon ambulan!" Ruby menjadi panik.

Kira memegang pundak Ruby. "Tenanglah Ruby, coba kamu lihat dengan baik wajahnya. Dia sedang berusaha menahan tawanya" Kira menunjuk Petra.

"Buaaahaa!, ohok ohok!, wahaha!" Petra tertawa terbahak bahak.

Ruby menjadi kesal tapi dia menahan diri untuk memukul Petra. "Kalau kejadiannya seperti ini, sepertinya aku bisa menebak rencana kalian"

"Kamu tahu?" Tanya Petra dan Kira.

"Sebelum aku datang kemari kalian sebelumnya sudah sepakat untuk membuat sandiwara. Dan sandiwara itu berupa, Petra harus berpura pura sakit untuk menipuku...

... Dan kalian nantinya ingin melihat reaksi ku setelah melihat keadaan Petra, bukan begitu?"

"Prok prok prok" Kira dan Petra bertepuk tangan.

"Wah hebat sekali analisamu Ruby, seperti seorang detektif" Kira terpukau.

"Iya benar, biasanya dia kan sulit untuk menebak hal seperti ini" Ujar Petra.

"Hah... Itu bukan kemampuan ku yang terlalu hebat, tapi karena aku sudah tahu betul sifat jahil kalian berdua, lagi pula kita kan sudah bersama sejak kecil. Jadi siapapun pasti bisa menebaknya"

"Tapi hebat ya Ruby, kamu sampai sepanik itu melihat keadaan Petra"

"Iya nih, apa mungkin kamu ada rasa denganku" mendengar ucapan itu, Ruby semakin kesal dan menjewer mulut Petra.

"Kamu jangan kepedean ya Petra, aku tadi itu panik karena takut kamu mati karena aku. Siapa juga yang mau menjadi kriminal karena temannya mati"

Petra menjauhkan tangan Ruby dari mulutnya. "Iya deh, tapi meski begitu terimakasih ya sudah mau menjenguk ku" Petra tersenyum.

"I iya tidak masalah" Ruby memalingkan wajahnya.

Hoho apakah ini adalah kejadian romantis yang terjadi diantara kalian?. Sebenarnya aku tidak ingin menganggu tapi aku ingin melihat lebih lagi pertengkaran kecil kalian itu. Kira mendekati Petra dan berbisik.

"Hei Petra cepat katakan padanya untuk menjadi maid mu hari ini"

"Oh ok ok" Petra melirik kearah Ruby.

"Apa?" Ujar Ruby.

"Ehem jadi gini Ruby, apa kamu masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin"

"Glek" Ruby cegukan.

"Bagi siapapun yang memenangkan perlombaan boleh meminta satu permintaan kepada yang kalah dan tidak boleh ditolak"

"Iya iya aku paham, cepat sekarang kasih tahu apa yang kamu mau" Ruby kesal.

"Hehe.. aku ingin hari ini kamu menjadi maid pribadiku dan menjagaku hari ini"

Ruby terkejut. "Apa!?, tidak tidak!, aku tidak mau melakukan hal yang memalukan seperti itu, pokoknya aku tidak akan mau melakukan hal itu" Ruby menolaknya dengan tegas.

"Ohok ohok!... aku yang sakit seperti ini, apa jadinya ya jika aku katakan pada ibu siapa yang membuatku menjadi seperti ini" Petra mengancam Ruby.

Dia mengancam?... tidak mungkin si bodoh ini akan memiliki rencana sebagus ini untuk mengerjaiku, apa lagi sampai mengancam ku.

Ruby melirik melihat Kira. Ini pasti karena idenya Kira, lihat saja ya Kira, akan aku balas kamu suatu hari nanti. Kira membalas tatapan Ruby dengan senyuman.

"Iya iya aku tinggal melayani mu sajakan?"

"Benar sekarang kamu harus bersikap seperti seorang pelayan yang sedang melayani majikannya"

Cih dikiranya aku hewan peliharaannya ya. "Baiklah tuan apa yang bisa aku bantu?" Ruby membungkukkan badannya.

"Hm Petra sepertinya ada yang kurang deh darinya... apa ya?..."

Apa lagi yang direncanakan anak satu ini.

"Aha dia kekurangan pakaian seorang pelayan, jika dia memakai itu pastinya dia akan lebih terlihat mirip dengan seorang maid"

"Kamu benar juga Kira, tapi aku tidak punya pakaian pelayan"

Sabar saja Ruby, hanya hari ini saja harga dirimu diinjak injak.

"Kamu lupa ya teknologi zaman sekarang kan sudah canggih" Kira mengeluarkan smartphone miliknya.

"Aku hanya perlu mengukur ukuran tubuhnya dengan kamera ini... Kira memutari Ruby.

Lalu aku kirim file ukuran tubuhnya kepada penjual dan tinggal aku beli deh pakaiannya, sekarang kita tinggal paketnya datang"

"Eh tunggu kamu sudah memesannya, siapa yang akan bayar nanti?" Tanya Petra.

"Tenang saja kali ini, aku yang akan membayarnya"

"Kamu ini Kira main pesan aja, gimana tadi jika aku tidak punya uang"

Lalu tidak lama kemudian sebuah drone datang. "Hei itu ada Drone diluar jendela?" Ujar Petra.