"Kau tau, aku selalu berpikir semua ini kesalahan ku".
kata Ahmad sambil tertunduk.
"Aku pikir sebab kematian mereka adalah karna ku".
lalu ia berdiri dan mulai mendekati kakaknya.
"KAU TAK PERNAH JUJUR!, kau sembunyikan tentang penyakit mereka kepada ku, aku cukup yakin akan semua ini".
lalu ia pergi dari kakaknya yang sedang duduk itu.
"AH...! KENAPA SEMUA INI, HARUS AKU ALAMI!" Teriak ia di sebuah pantai yang sepi.
"Kenapa?, KENAPA?" Hanya teriak kan yang bisa ia lakukan kali ini.
Segelas teh hangat tak kan bisa menenangkan hati nya, terduduk lesu, di teras sambil memandang lurus ke depan, mata nanar seakan menahan amarah di dalam hati, lampu jalan berwarna kuning samar-samar menerangi setiap pejalan kaki.
Kenapa hidup nya harus seperti ini.
Cukup satu permasalahan saja, tak usah ditambah lagi yang lain.
Mungkin begitulah pikir nya.
"aku tak yakin Ahmad, namun siapa yang tahu tentang kesembuhan, melainkan ia saja".
Kata dokter itu, sambil memberi resep obat.
"Tak apa" kata ia sambil tersenyum pada dokter itu.
"apakah kakak mu sudah menemui mu?" Ahmad hanya mengangguk sambil keluar dari ruang dokter itu.
Jalan hidup begitu sukar sekarang, lautan berombak tinggi gulungan ombak itu siap menggulung siapa saja yang ada di depan nya, para nelayan tak berani melaut, pantai-pantai kini sepi dengan pengunjung, musim berganti setengah semester terlewati.
Ia dan alfia sudah bertemu sejak awal liburan semester.
Memandangi lagit malam, ia dan alfia berjalan menyusuri kota pesisir.
"Alfia! Ada yang ingin ku katakan pada mu". Ucap ahmad dengan nada rendah namun nampak serius terpancar dari guratan wajahnya.
Alfia menoleh ke arah-nya dengan mata tajam menatap ahmad, sedangkan ahmad kini tertunduk lesuh melihat kebawah.
Lalu ia arah kan pandangan-nya ke arah kaca bianglala.
Melihat dari atas betapa indah nya kota pesisir ini, dengan wajah sedih ia menoleh ke arah alfia, tangan alfia ia pegangi, lalu ia letakan di dada-nya, merasakan detak jantungnya.
"Kamu belum pernah bukan mendengar tentang penyakit ku, maksudnya tentang sakit yang kuderita?".
Ucap ahmad, lalu tangan kiri-nya menyentuh wajah alfia, dengan sedikit tersenyum, senyum penuh keterpaksaan.
"Kita sudah kelas tiga ya?".
"Sudah sekitar 4 tahun lebih kita menjalani hubungan ini".
"Aku tak pernah sekali pun bosan tentang mu, menulis surat untuk mu, dan membaca balasan surat darimu".
"Kamu tau apa yang aku suka dari mu?".
Alfia hanya diam mendengarkan ia berbicara, dengan sedikit ada rasa khawatir kepada ahmad, yang berbicara kepada-nya dengan raut muka sedih.
"Aku suka, saat kamu bepura-pura bodoh didepan ku, hanya karena ingin di perhatikan olehku.
Kalau makan suka belepotan, punya energi yang tak pernah habis, dulu aku suka saat kamu terjatuh di waktu kita masih kecil, aku suka dengan rambut hitam lurus mu ini. Aku..."
ahmad berhenti berbicara.
Lalu ia lepaskan tangan kiri-nya dari wajah alfia, dan tangan kanan nya masih tetap menggenggam tangan alfia.
"Sebab aku tak seberuntung dirimu, tentang penyakitku.
Mungkin tak akan bisa disembuhkan, sepertinya aku tak akan lama lagi hidup di dunia ini maka."
Kemudian ia dekati wajahnya ketelinga alfia ia bisikan suatu kalimat ditelinga alfia.
"Maka aku berpesan semoga kamu dipertemukan dengan orang yang kamu sayangi di masa yang akan datang".
ucap nya.
Alfia mata-nya membelalak tubuh nya menjadi kaku, tiba-tiba ia peluk tubuh ahamad.
"apa yang kamu bicarakan, ini hanya bohongkan?"
Seakan ia tak percaya tentang apa yang ahmad ucapkan.
"Sebelum bianglala ini turun (berhenti berputar) aku ingin mengingat tentang kenangan ini semua dalam diriku".
"Mungkin hari ini, esok atau seterusnya, aku tak yakin akan bisa dapat seterusnya bersama mu, namun jika itu adalah akhir dari segala-nya, aku hanya ingin kamu mengingat tentang ku, karena manusia yang sudah tiada masih dapat hidup dalam ingatan orang yang mereka sayangi".
Bianglala berputar, perlahan-lahan mulai turun.
Nampaknya ahmad sudah mengetahui tentang takdirnya, perlahan-lahan matanya mulai sayu-sayup menutup.
Nafas panjang ia hembuskan.
"Bruk..."
Tubuhnya jatuh ketubuh alfia, kini alfia tak lagi bisa merasakn nafas yang dihembuskan dari hidung ahmad.
"AHMAD...!" teriak alfia, kepada ahmad ia goyang-goyangkan tubuh ahmad agar ahmad bangun namum nampaknya itu sia-sia saja.
Sampai bianglala itu berhenti berputar.
Kini semua sudah berakhir dari kisah cinta mereka.
Kisah cinta anak muda dalam kisa makna cinta.