MALAM pun berlalu, aku hanya bisa pasrah tidur dipeluk Alex semalaman. Untung saja tangannya gak resek. Tumben dia tidur meluk-meluk, selama ini aku sering tidur di sini dia gak pernah seperti itu. Mungkin saja karena semalam hujan lebat dan cuaca sangat dingin. Dia berfikir aku guling kali sampai dipeluk-peluk. Apalagi dia cuma pakai singlet dan celana pendek.
Astaga, apa yang aku pikirkan. Sempat-sempatny aku mengingat hal semalam.
"Lu belum mandi juga Dit? Gak buka bengkel lu?" Tanya Alex yang keluar dari kamar mandi.
"Eh, lu udah siap mandi. Cepat handuknya sini, gua juga mau mandi." Seruku menunggu Alex berpakaian.
"Mandai lah sana dulu, ntar gua antar handuknya." Sahut Alex membuka lemari pakaiannya.
"Gak lah gua tunggu aja." Seruku duduk menunggu handuk dari Alex. Tiba-tiba Alex melepaskan handuknya dan memberikannya padaku. "Gila lu, belum pakai celana udah buka handuk aja."
"Ya gak apa-apa lah, lu kok mulai aneh. Kita kan sama-sama cowok ngapain malu. Lagian lu dulu santai aja, kenapa sekarang lu jadi aneh? Jangan-jangan lu yang...."
"Jangan banyak bicara lu, gua mandi dulu." Seruku mengambil handuk dari tangan Alex dan segera ke kamar mandi.
Aku langsung menutup dan mengunci pintu kamar mandi. Aku heran, jantungku berdetak sangat kencang sekali ketika melihat Alex dalam keadaan bugil. Saat aku membuka semua pakaianku, bulu roma ku mendadak berdiri. Dan saat itu pula aku melihat kemaluanku menjadi keras.
"Ini...., ahhh biasa ini bangun tidur pasti tegang. Jangan berpikiran yang aneh-aneh." Seruku sambil memegang kemaluanku.
Aku langsung membayangkan Angel. Membayangkan kami berdua sedang bersetubuh di hotel. Tanganku langsung bergerak maju mundur. Aku meraba seluruh badanku dengan tangan kiri seraya tangan kanan mengocok kemaluanku.
Pagi begini tiba-tiba aku jadi terangsang. Aku terus meraba puting dadaku dan mengocok kemaluanku. Sampai akhirnya aku membuang cairan kejantananku. Ahh, puas dan lega sekarang rasanya.
"Wooyy, ngapain lu di dalam Dit? Lama kali lu, gak ada suara air lagi. Coli lu ya?" Teriak Alex. Aku terkejut mendengar panggilan Alex dan bersegera untuk mandi.
"Gua habis boker, sakit perut gua." Teriakku sambil mengguyur tubuhku dengan air.
Selesai mandi aku pun keluar. Alex memperhatikan aku dengan mengerutkan keningnya.
"Lama banget lu mandi, dah kayak anak perawan aja." Seru Alex dengan nada mengejek.
"Ehh, mulut lu. Kan tadi gua udah bilang boker, ya lama lah." Sahutku seraya membuka lemari pakaian Alex. "Gua pinjam lagi ya baju lu, soalnya gua lupa bawa baju dari rumah."
"Iyaaa, ambilah sana. Pakai aja yang mana lu mau." Seru Alex yang terus memperhatikanku. Aku jadi gerogi dan malu.
"Lu ngapain lihat gua? Sana lihat, gua mau berpakaian." Ketusku seraya menutupi badanku pake tangan.
"Dah kayak cewek aja lu, pake malu segala. Sama-sama cowok pun. Ya udah gua keluar dulu nyiapin sarapan." Seru Alex seraya berdiri dan berjalan keluar sambil meremas puting dadaku yang bidang lalu dia lari terbirit-birit.
"Brengsek lu Lex....!!!" Teriakku kesal. "Gila, masa daerah sensitif gua dipegangnya."
.......*********.......
Selesai berpakaian aku pun turun ke meja makan untuk sarapan. Alex sudah menungguku di meja makan. Bokap dan Nyokap Alex pun ikut menungguku.
"Ayo Radit, sarapan bareng kita." Ajak Nyokap Alex.
"I... iya tante." Sahutku sungkan.
"Lama amat dandan lu ahhahaha." Seru Alex mengejekku.
Aku melototin mataku pada Alex kesal. Dia malah tersenyum, bahagia sekali mengejekku di depan orang tuanya. Nyokap dan Bokap Alex tertawa melihat kelakuan kami berdua.
Akhirnya aku sarapan bersama keluarga Alex. Iri sekali melihat Alex bersama keluarganya yang utuh. Seketika jadi rindu dengan kedua orang tuaku. Sudah lama sekali mereka meninggalkan aku dan Rain.
"Papa duluan ya, mau berangkat kerja. Makan yang banyak Lex." Seru bokap Alex pamit pergi kerja kepada kami.
"Hehehe.... Iya Om, hati-hati." Seruku
Nyokap Alex pun mengantar ke depan rumah. Aku dan Alex melanjutkan sarapan kami. Karena kesal aku memukul kepala Alex.
"Ehhh, kenapa lu tiba-tiba memukul kepada gua?" Tanya Alex sambil tersenyum mengejek.
"Lu ya, sok-sok an ngejek gua di depan nyokap dan bokap lu." Ketusku.
"Lu yang aneh, kayak yang baru aja lu di sini. Kenapa lu jadi berubah gini sih? Bukannya kita udah biasa seperti ini di depan orang tuaku?" Sahut Alex mengerutkan keningnya.
Aku baru sadar kalau sifatku jadi aneh di rumah Alex. Kenapa tiba-tiba aku jadi pemalu di sini. Padahal sudah sering ke rumah Alex, bahkan sering bercanda dengan orang tuanya. Ada apa denganku tiba-tiba jadi serba salah begini bersikap.
Aku menggaruk-garuk kepalaku bingung. Mungkin karena banyak sekali pikiranku belakangan ini. Jadi apa yang sudah biasa ku lakukan jadi serba salah.
"Lu aneh banget belakangan ini Dit. Mungkin lu kepikiran adik lu." Seru Alex merapikan meja makannya.
"Oh ya lu jadikan ke rumah gua melihat keadaan adik gua?" Tanyaku jadi teringat Rain saat Alex membicarakannya.
"Ya jadi lah. Lagian gua juga kangen sama dia. Dah lama juga gua gak ketemu Rain." Seru Alex seraya mencuci piring bekas sarapan kami.
"Oke lah, makasi ya. Lu nanti gua antar atau bawa mobil sendiri?" Tanyaku.
"Terserah aja, tapi kayaknya gua bawa mobil sendiri aja. Soalnya sepulang dari rumah lu, gua ada urusan." Jawab Alex.
"Oh.., baiklah gua mau buka bengkel dulu ya." Seruku pamit.
"Iya, hati-hati lu di jalan." Sahut Alex.
Aku pun keluar dari rumah Alex dan berpamitan dengan nyokap Alex. Aku melihat jam di tanganku, ternyata masih jam 7 pagi. Ya tidak apalah buka pagi-pagi kali, mana tau banyak pelanggan pagi ini.
Aku pun naik ke mobil dan pergi meninggalkan rumah Alex. Aku harus lebih rajin lagi cari uang, sudah menipis tabunganku. Mudah-mudahan Rain masih banyak pegangannya.
Saat aku sampai di bengkel, aku langsung membuka dan membersihkannya. Baru saja selesai menyapu lantai bengkel, ada pelanggan baru yang datang minta servis motornya. Aku sangat senang pagi-pagi sudah ada motor yang masuk. Aku dengan cepat mengganti bajuku dengan singlet yang biasa ku pakai untuk kerja.
"Abang sudah lama buka bengkel di sini?" Tanya Pelanggan baruku itu, yang duduk sambil memperhatikan aku mengerjakan motornya.
"Kurang lebih sudah 1 tahun." Seruku.
"Kok aku baru tau ya. Coba dari dulu tau, pasti aku servis motor ke sini terus." Sahut Pelangganku. Aku hanya tersenyum mendengar kata-katanya. "Apalagi montirnya ganteng seperti abg."
Mendadak aku syok saat dia bilang aku ganteng. Padahal pelangganku itu cowok. Aku langsung melihat ke pelangganku tersebut. Dia tersenyum manis. Astagaa, apa yang terjadi dalam hidupku belakangan ini. Apa aku terlalu stress, hingga semua orang ku pikir adalah gay.
"Hahahha, makasi dek. Aku biasa aja kok." Seruku jadi tak konsentrasi kerja.
"Benar lho bg, apalagi lengan abang itu kekar sekali.' Sahut pelangganku memperhatikan semua anggota tubuhku.
Jantungku mulai merdetak kencang lagi. Rasanya jijik sekali seorang cowok ngomong seperti itu kepada cowok pula. Oh tidaaaak....!
Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!
Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius