webnovel

Pusat Kegiatan Seni

Editor: Wave Literature

Ketika menatap kursi kayu di tengah koridor, Chen Ge berdiri dengan was-was seraya mencengkeram palu dengan erat. Ia menunggu selama sepuluh detik, dan kursi itu tetap tidak bergerak.

Apa karena aku sedang menatapnya?

Chen Ge berjalan maju dan menyalakan fungsi rekaman ponselnya sebelum menggantung benda itu pada rantai di pintu. Kemudian, ia berjalan kembali ke arah taman di luar gedung dan menunggu dengan sabar.

Sekolah pada tengah malam benar-benar sepi; bahkan tidak ada suara kicauan burung atau serangga. Sekitar tiga menit kemudian, Chen Ge kembali ke asrama; ia telah mempersiapkan diri untuk melihat yang terburuk. Namun, ketika berdiri di pintu kaca, ia melihat bahwa kursi itu masih di tempat itu, hanya satu meter dari lampu aula yang rusak.

Tidak bergerak? Apa yang terjadi?

Chen Ge berjalan ke pintu dan mengangkat ponsel dari rantai. Ia melihat melalui video dan tidak ada yang luar biasa. Kursi itu berada di tengah koridor, seperti yang seharusnya.

Apa kursi itu hanya akan bergerak ketika berada di sekitar manusia yang hidup?

Ketika pikiran itu muncul di benaknya, Chen Ge langsung merasa ada sesuatu yang aneh. Ia segera berbalik dan melihat ke arah koridor, dan kursi itu sudah berpindah dua meter ke depan; sekarang benda itu sudah sangat dekat dengan pintu kaca!

Kursi itu kembali bergerak maju? Apa artinya? Kursi itu hanya bergerak ketika aku berada di dekat pintu kaca, apakah ini berarti ia menginginkan sesuatu dariku?

Bohong jika ia mengatakan ia tidak takut, tetapi toleransi Chen Ge terhadap rasa takut jauh lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Jadi, ia masih dapat mempertahankan akal sehatnya dalam situasi seperti itu.

Sekolah ini jelas berhantu, tetapi sebelum aku tahu alasannya, aku harus mencoba yang terbaik untuk menghindari hal-hal ini.

Chen Ge sebenarnya ingin menghancurkan pintu kaca dan bergegas untuk menghancurkan kursi itu berkeping-keping. Namun, mengingat ada banyak titik-titik buta di dalam gedung, ia takut ada ancaman tersembunyi di sudut-sudut yang tidak terlihat. Ia takut setelah memasuki gedung, bukan kursi yang akan hancur melainkan dirinya sendiri.

"Misi utama malam ini adalah menemukan sepasang sepatu dansa merah. Selama hal-hal aneh ini tidak mengganggu pencarianku, tidak ada alasan bagiku untuk berinteraksi dengannya." Chen Ge meraih teleponnya dan perlahan mundur menjauhi pintu. 

Lebih baik aku menyelidiki tempat lain dulu. Aku selalu bisa kembali ke tempat ini jika aku tidak dapat menemukan sepatu dansa. Lagipula, misi itu dianggap berhasil selama aku menemukan sepatu sebelum matahari terbit; masih ada banyak waktu.

Chen Ge mengingat lokasi asrama siswi sebelum kembali menelusuri jalan menuju gerbang sekolah. Ia mematikan ponselnya dan berjongkok di dekat gerbang utama, memegang palu di tangannya.

Berdasarkan perkiraanku, taksi di belakangku yang mengantar penumpang ke sekolah ini seharusnya sudah tiba, jadi kenapa jalanan masih begitu gelap?

Lampu mobil tentunya akan memberikan sedikit cahaya di tengah kegelapan total ini, tetapi Chen Ge menunggu lama tanpa melihat sumber cahaya menuju sekolah.

Mungkinkah ada kecelakaan?

Detail ini menghantui pikirannya. Chen Ge tahu tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini; orang yang mengikutinya ke Akademi Swasta Jiujiang Barat pasti memiliki beberapa motif tersendiri.

Orang di taksi itu mungkin tahu bahwa aku akan menunggunya, jadi ia mungkin keluar dari taksi lebih awal dan berjalan kaki ke tempat ini. Jika seperti itu kejadiannya, maka ini akan merepotkan.

Chen Ge berharap dia salah. Dia sudah memiliki banyak masalah saat ini.

Bagaimanapun, aku harus segera bertindak. Aku memiliki dua keuntungan: pertama, aku telah mengetahui sedikit denah tempat ini dan kedua aku memiliki Zhang Ya yang bisa membantuku. Dia tidak senang melihatku diganggu di rumahnya, kan?

Mungkin mata Chen Ge sudah mulai terbiasa dengan kegelapan, atau mungkin itu adalah efek dari Penglihatan Ying-Yang, tetapi tempat disekitarnya tidak lagi terlihat buram dalam kegelapan.

Berada di tempat terang sama dengan meminta untuk diburu oleh mereka yang berada dalam kegelapan, karena itu Chen Ge tidak menghidupkan ponselnya dan segera berjalan menuju ke gedung lain dalam kegelapan. Bangunan tertinggi di sekolah itu adalah gedung pendidikan. Tingginya lima lantai, dan di belakangnya ada sebuah lapangan yang dipenuhi tumbuhan liar. Di seberang lapangan terdapat bangunan yang terpisah dari bangunan lain.

Bangunan itu mencolok karena berwarna merah pudar.

Gedung pendidikan dipenuhi dengan kelas-kelas, jadi sepatu dansa tidak akan ditemukan di sana; kemungkinan benda itu ditemukan di asrama siswa bahkan lebih kecil lagi. Lebih baik aku melihat bangunan merah itu.

Chen Ge berjalan melewati pinggir lapangan sebelum ia mencapai pintu depan bangunan yang aneh itu.

Bangunan itu setinggi bangunan asrama siswi, tetapi ukurannya hanya dua pertiga. Begitu mendekat, Chen Ge memperhatikan bangunan misterius itu. Ada papan kayu yang diletakkan di pintu depan, dan dua kata yang mencolok tertulis di atasnya dengan tinta merah — DILARANG MASUK!

Bangunan apa ini?

Rasa penasaran adalah bagian dari sifat manusia. Keinginan Chen Ge untuk memasuki gedung bahkan semakin bertambah setelah membaca tanda peringatan. Pasti ada sesuatu yang terjadi di sini beberapa tahun yang lalu — mungkin sepatu dansa merah yang kucari ada di dalam.

Chen Ge berjalan mendekati papan kayu dan melihat pintu depan disegel dengan dua kunci.

Aku bisa mendobrak pintu dengan palu, tetapi tindakanku itu akan membuat keributan; yang mungkin menarik perhatian orang yang mengikutiku.

Chen Ge kemudian menjauh dari pintu dan berjalan menyusuri pinggir gedung. Di salah satu sisi, ia melihat sebuah jendela yang benar-benar rusak — bahkan sepotong kaca besar telah hilang.

"Aku dapat masuk melalui jendela itu." Chen Ge mengulurkan tangannya melalui jendela untuk membuka kunci jendela dari dalam. Ia kemudian menunggu beberapa menit untuk memastikan tidak ada orang di dalam gedung itu sebelum ia masuk.

Bos rumah hantu menutup jendela dan memindahkan segalanya seperti sebelumnya. Ia tidak berani menurunkan kewaspadaannya saat mengamati sekelilingnya. Ia berada di studio kesenian. Dindingnya dipenuhi dengan hasil karya para murid, dan model marmer terletak di atas rak.

Tempat ini memang terlihat menyeramkan, tetapi tidak dapat dibandingkan dengan Rumah Hantuku.

Chen Ge berjalan melewati barisan model marmer menuju pintu belakang ruangan itu. Dia melihat melalui jendela pintu dan mendapati spanduk yang bertuliskan 'Pusat Kegiatan Seni' yang tergantung di koridor.

Sepertinya aku berada di tempat yang tepat. Chen Ge membuka pintu itu perlahan. Mungkin karena tempat itu sudah lama tidak digunakan, bunyi gesekan pintu dan engselnya terdengar ngilu di telinga Chen Ge.

Tenang, aku akan segera meninggalkan tempat ini begitu aku menemukan sepatu itu.

Karena berada di dalam gedung tertutup, Chen Ge kembali menyalakan ponselnya. Cahaya redup tidak memberinya kenyamanan. Cahaya itu justru menambah rasa takut Chen Ge.

Chen Ge melihat kamar-kamar lantai satu satu per satu dengan sekilas. Semua ruangan itu adalah studio kesenian. Bahkan, di dalamnya masih terdapat beberapa pensil, dan lukisan yang tertinggal.

Bangunan ini terdiri dari empat lantai; studio tari yang kucari mungkin ada di lantai lain.

Berbekal ponsel dan palu, Chen Ge menaiki tangga. Ketika ia hampir mencapai lantai dua, jantungnya mulai berdetak kencang, dan punggungnya begitu dingin.

Karena ketika ia melihat koridor lantai dua, ada sebuah kursi kayu disana.

Kursi ini lagi?

Otot-otot di tangan Chen Ge menjadi tegang dan cengkeramannya pada palu semakin erat.