webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · สมัยใหม่
Not enough ratings
52 Chs

GETARAN

Bella berdiri di jendela kamarnya, dia tersenyum saat mengingat apa yang baru saja terjadi.

" Gue nggak nyangka kalo Evan bisa segitu seksi! Dan gue juga bener-bener nggak nyangka kaloooo...rasanya sangat nikmat! Sial! Gue rasanya pengen lagi dan lagi!" ucap Bella ambigu.

" Apa gue sudah jatuh cinta sama sahabat gue sendiri?" tanya Bella lagi.

FLASHBACK ON

" Masih sama aja!" kata Bella yang telah berdiri di depan warung bakso Pak Ade yang masih sama diingatan mereka.

" Iya!" sahut Evan. Lalu mereka masuk dan memesan 2 mangkok bakso tanpa siomay seperti saat SMU dulu.

" Apa nak Evan menikah sama nak Bella?" tanya Ade saat mereka duduk dan menikmati bakso didepan mereka. Ade ternyata masih mengenali mereka berdua.

" Uhuk! Uhuk!" Bella tersedak mendengar pertanyaan Ade. Evan langsung memberikan es teh miliknya pada Bella dan Bella meminumnya.

" Tidak, Pak! Kami hanya sahabat saja! Saya sudah menikah dan dia baru akan menikah!" jawab Evan tersenyum.

" Sayang sekali! Padahal kalian sangat cocok dan serasi! Yang satu tampan satunya lagi cantik!" tutur Ade. Bella dan Evan saling melihat lalu langsung tertawa.

" Hahaha!"

" Kami nggak akan mungkin jadi suami istri, Pak! Kami nggak bisa!" sahut Bella.

" Bener, Pak! Kami tidur seranjang aja nggak ada rasa apa-apa, malah geli!" kata Evan.

" Kalian ini aneh! Masa iya laki perempuan tidur berdua nggak terjadi apa-apa? Kalo bapak, udah panas dingin atuh!" kata Ade yang ditanggapi dengan tawa Bella dan Evan.

" Hahaha!"

" Itu nggak akan pernah terjadi, Pak! Ada-ada saja Pak Ade ini!" kata Evan.

" Apa bapak perlu bukti?" tanya Bella. Evan terkejut mendengar ucapan Bella. Apa maksud nih orang? batin Evan.

" Bukti?" tanya Ade membeo.

" Do! Lo tatap mata gue semenitttt aja!" kata Bella.

" Ayok! Sapa takut!" kata Evan yakin.

" Deketan!" kata Bella. Evan mendekatkan wajahnya ke wajah Bella, dengan cepat Bella menangkup wajahnya dan menariknya hingga mengikis jarak antara mereka.

" Liat ya Pak! Pak Ade hitung sampe 60!" kata Bella.

" Baik!" jawab Ade. Lalu Bella dan Evan saling menatap dengan jarak kira-kira hanya sepuluh senti saja antara hidung mereka.

" Satu, dua, tiga....."

Awalnya mereka hampir tertawa karena merasa konyol, tapi pada hitungan ke 25, Evan dan Bella bergantian saling menyusuri wajah mereka. Bibir Bella yang tipis, membuat Evan merasa ingin menikmatinya, begitu juga dengan Bella, entah mengapa bibir setengah penuh Evan tiba-tiba begitu menggiurkan untuk dicicipi. Deg-deg! Deg-deg! Jantung mereka berdua yang mula-mula berdetak pelan kini bertambah cepat. Bella dan Evan merasakan perasaan yang aneh saat ini, padahal saat SMU dulu mereka juga pernah melakukan hal ini tapi tidak terjadi hal-hal yang aneh pada hati mereka. Seksi! bantin mereka secara bersamaan.

" Enam puluh!" ucap Ade. Tapi kedua anak manusia itu masih saja saling bertatapan.

" Ehmmm!" Ade sengaja berdehem cukup keras, membuat keduanya terkejut dan menundukkan kepala lalu langsung kembali menikmati es teh dan bakso mereka tanpa melihat atau bicara apa-apa.

" Kok, pada diam?" goda Ade.

" Katanya nggak ada apa-apa?" goda Ade lagi dengan tersenyum.

" Memang nggak ada, Pak!" Kata Bella gugup

" Ah, masak?" goda Ade terus.

" Masih nggak percaya? Lihat saja!" ucap Bella lalu tiba-tiba dia mencium bibir Evan, menghilangkan fantasinya tadi. Sial! Enak! batin Bella.

" Tuh'kan?" kata Bella santai melepaskan ciumannya. Deg! Jantung Evan bagai dikejar banteng, berdetak sangat cepat. Kenyal dan manis sekali bibirnya! batin Evan terdiam.

" Iya, Pak Ade ini! Sudah dibilangin kita hanya teman!" kata Evan untuk menghilangkan kegugupannya.

" Kalian memang sahabat sejati!" kata Ade sambil mengacungkan jempolnya.

Setelah selesai makan dan membayar bakso, mereka kembali ke restoran untuk mengambil mobil Bella.

" Kenapa pake acara nyosor segala, sih?" tanya Evan kesal saat di dalam mobil.

" Biar Pak Ade percaya!" kata Bella gugup.

" Kalo bini gue tahu gimana?" tanya Evan lagi.

" Lo takut sama bini lo?" tanya Bella tiba-tiba kesal.

" Tentu saja nggak! Gue nggak enak aja!" jawab Evan.

" So, lo tinggal jelasin aja siapa gue! Clear'kan!" jawab Bella sebel.

" Lo kenapa,sih? Lagi PMS?" tanya Evan heran melihat kekesalan Bella.

" Lo yang kenapa? Bini segala lo bawa-bawa!" kata Bella kesal.

" Emang gue udah nikah, bakwan!" kata Evan lagi.

" Trus kalo udah nikah, harus juga pamer ke orang banyak gitu?" seloroh Bella.

" Aneh lo! Nggak asik!" kata Evan ikutan kesal, nggak tahu apa yang ada di pikiran sahabatnya itu..

" Nyebelin!" kata Bella, lalu mereka terdiam hingga sampai ke restoran dan Bella langsung keluar dari mobil Evan sambil menggerutu. Sementara Evan masih berhenti ditempatnya mengawasi gerak-gerik Bella.

" Dasar cowok nggak peka!" gerutu Bella. Begitu sampai di dekat mobilnya, ada seseorang yang mendekatinya.

" Baby!" panggil seseorang pada Bella. Bella yang merasa mengenal suara itu, memutar tubuhnya ke arah datangnya suara.

" Rich?" teriak Bella senang, lalu dia berlari dan melompat memeluk kekasihnya itu.

" God! I miss you so much!" kata Richard menangkap tubuh Bella dan membalas pelukan kekasihnya.

" I miss you too!" jawab Bella. Lalu mereka berciuman dengan sedikit panas, tidak perduli dengan orang -orang yang lewat dan melihat mereka. Semua itu tidak terlepas dari tatapan Evan dari dalam mobil.

" Cihh! Tidak tahu malu! Dia kira ini Italia?" kata Evan sebel. Cemburu, Van? Xixixi...

" Tunggu! Gue kayak pernah liat pria itu! Dimana, ya?" gumam Evan. Lalu dia mengingat-ingat hingga beberapa menit kemudian dia meraih ponselnya dan menghubungi istrinya.

" Sayang?" sapa istri Evan.

" Nia! Apa kamu masih ingat pria yang pernah bersama dengan sepupumu?" tanya Evan.

" Yang mana?" tanya Dania.

" Anak Om Pujo!" jawab Evan.

" Dinda?" ucap Dania.

" Iya! Ginda! Dia punya teman yang pernah terluka agak parahkan dulu?" tanya Evan.

" Julie maksud kamu?" tanya Dania lagi.

" Iya! Apa kamu punya foto mereka?" tanya Evan yang merasa dadanya sedikit sesak. Dia masih menatap kemesraan mereka berdua yang baru saja melepaskan ciumannya dan berjalan mendekati mobil Bella lalu masuk ke dalamnya.

" Untuk apa?" tanya Dania penasaran

" Nanti akan aku ceritakan!" jawab Evan.

" Aku tidak punya, sayang! Tapi aku bisa minta Dinda untuk meminta pada Julie!" kata Dania.

" Bisakah kamu melakukannya, Nia?" tanya Evan.

" Tentu saja!" jawab Dania.

" Ok! Aku dalam perjalanan pulang!" jawab Evan yang mengemudikan mobilnya keluar parkiran resto.

" Kamu menginap dimana?" tanya Bella.

" Di Ritz, baby!" jawab Richard.

" Aku sudah bicara sama keluargaku, papa meminta kamu menemui dia!" kata Bella.

" Apakah dia galak?" tanya Richard sedikit khawatir.

" Apa kamu takut?" tanya Bella menggoda.

" Sedikit! Karena aku sudah membaca profile Maximiliano Smith!" kata Richard.

" Berati kamu sudah tahu sedikit banyak tentang calon mertua kamu!" kata Bella.

" Wow! Apakah ini berati aku sudah diterima?" tanya Richard senang.

" Mungkin 50 persen!" jawab Bella.

" Sedikit sekali, baby!" rajuk Richard.

" Itu udah banyak, Rich!" balas Bella.

" Kita ke Hotel?" ajak Richard.

" Boleh!" jawab Bella.

Richard menekan gas mobil dengan sedikit keras membelah jalanan menuju ke tempatnya menginap. Sementara Evan ternyata tidak pulang, tapi dia menunggu Bella dan Richard keluar dari resto lalu mengikuti mereka.

" Ckkk! Dasar Bule!" ucap Evan kesal.

FLASHBACK OFF