webnovel

SAHABAT

Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah, sementara anak-anak memilih bermain di ruang bermain.

" Happy Birthday, Pa! Wish all the best for you!" kata Malv memeluk dan mencium pipi papanya.

" Thank You, Boy!" balas Max. Mereka bergantian mengucapkan selamat pada Max sampai cucunya juga dan pria itu selalu terharu dengan keadaan itu.

" Bel ada hadiah buat papa!" kata Bella.

" Mana?" tanya Max.

" Dia belum bisa datang, karena dia menunggu Bel memberitahu dia!" kata Bella.

Max mengerutkan dahinya, sedangkan Netta tersenyum penuh arti lalu memeluk putrinya dan mengusap-usap punggung Bella.

" Selamat, sayang!" ucap Netta.

" Selamat? Memangnya ada yang ulang tahun lagi? Ulang tahun Bel bukannya masih..."

" Ishhh! Papa kamu itu, ya, bener-bener!" potong Netta kesal, sementara anak dan menantunya tersenyum geli melihat sikap papa mertua mereka.

" Aku salah apa lagi, sayang?" rengek Max manja.

" Idih! Malu sama cucu, Pa!" sahut Kayla sebel melihat tingkah manja papanya.

" Putrimu ini akan dilamar kekasihnya!" kata Netta kesal.

" Bagus kalo begitu!" jawab Max santai.

" Ckkk!" decih Netta semakin kesal.

" Apa? Kamu mau menikah? Serius? Siapa dia? Anak siapa? Apa dia kaya? Tampan? Mandiri? Papa harus tahu semua, sayang! Papa nggak mau kamu dapat pria brengsek!" cerca Max pada Bella.

" Tadi katanya bagus!" sindir Netta mencibir suaminya.

" Kan papa nggak ngeh, sayang!" sahut Max kesal karena merasa disindir terus.

" Namanya Richard Stuart..."

" Stuart? Stuart...Stuart...Stu...ahhhh...apa Stuart pengusaha Real Estate dan Pertambangan itu?" tebak Max.

" Bener, Pa! Tapi Richard memiliki perusahaannya sendiri!" kata Bella.

" Bagus! Bawa dia kesini, papa mau kenal dan bicara sama dia!" kata Max tegas.

" Iya, Pa! Kemarin rencana dia mau ikut, tapi Bel bilang jangan dulu karena belum bicara sama mama papa! Bel takut kalo mama papa nggak setuju!" kata Bella tersenyum malu.

" Tentu saja kami akan setuju siapapun dia, sayang! Asalkan dia mencintai kamu dan kamu juga cinta sama dia. Karena kami tahu kamu tidak akan mengecewakan kami dalam memilih calon suami!" kata Netta memeluk putrinya dan mengecup pipinya.

" Kamu main aman'kan?" bisik Netta.

" Mama! Aku masih buntu!" jawab Bella sebel.

" Serius?" Netta hampir tidak percaya.

" Tentu saja!" jawab Bella semakin malu.

" Ternyata anak mama hebat!" puji Netta yang merasa malu akan dirinya.

Mereka kemudian berbincang-bincang dengan sangat akrab dan terkadang tertawa karena ulah anak cucu yang terkadang menggemaskan.

Keesokan harinya, Bella akan mengadakan pertemuan relasi bisnisnya yang kebetulan memiliki perusahaan di Jakarta. Bella sedikit terlambat karena tadi harus menghindari Marion yang tidak mau lepas dari dia.

" Selamat Pagi! Maaf saya terlambat!" ucap Bella yang berdiri di depan seorang pria yang sedang asyik melihat IPadnya.

" Anda terlambat 10 menit!" kata pria itu melihat jam tangannya.

" Maaf! Saya harus...Edo?"

Ternyata yang akan melakukan kerjasama dengan Bella adalah Evando Bakhtiar, sahabat Bella sejak di bangku Sekolah Dasar. Bella langsung memeluk sahabatnya itu yang masih terkejut melihat dirinya. Bella mengurai pelukannya saat Evan hanya diam tanpa membalas pelukannya.

" Lo jahat Do! Hiks...hiks....!" isak Bella.

" Apa lo udah lupa sama gue?" tanya Bella kecewa.

" Sorry! Mana mungkin gue lupa sama lo Ra?" jawab Evan memeluk Bella erat. Bella tersenyum lebar mendapatkan perlakuan lembut dari Evan.

Kemudian mereka duduk dengan sangat dekat seperti sepasang kekasih, karena sejak dulu, memang Bella sangat manja pada Evan. Sedangkan Evan merasa sedikit risih karena dirinya yang telah memiliki istri. Dan Bella bisa merasakan itu, karena itu dia sedikit memberikan jarak dengan Evan.

" Lo nikah kok nggak ngundang gue!" kata Bella cemberut.

" Tahu dari mana lo? Lagian mana gue tahu lo dimana!" kata Evan.

" Kak Malv yang cerita. Lo kan bisa nanya dia!" sahut Bella kesal.

" Emang lo bisa dateng? Belum tentu juga'kan!" ucap Evan.

" Ya udah, nggak usah dibahas lagi!" kata Bella.

" Suami lo mana?" tanya Evan.

" Gue belum nikah! Tapi akan!" jawab Bella tersenyum bahagia.

" Serius? Umur segini?"

" Ish! Nggak usah ngomongin umur bisa nggak?" sahut Bella.

" Selamat, deh! Moga kalian bahagia!" ucap Evan.

" Thank's!" jawab Bella.

" Apa dia pengusaha?" tanya Evan lagi.

" Iya!" jawab Bella lalu dia menyalakan ponselnya dan membuka galeri fotonya lalu memperlihatkan pada Evan.

" Namanya Richard Stuart!" kata Bella berbunga-bunga. Kayak pernah tahu! Dimana, ya? batin Evan.

" Sejak kapan lo ganti Tipe?" tanya Evan.

" Lo masih inget?" tanya Bella terkejut.

" Tentu saja, Ra! Kita sohiban nggak bentar ya!" kata Evan mengacak rambut Bella.

" Doooooo! Ishhh! Lo nggak berubah juga! Rambut gue bisa rusak dodol!" teriak Bella kesal.

" Hahaha! Rambut lo tambah panjang aja, bakwan!" kata Evan.

" Ya, dong! Istri lo pasti lebih cantik gue!" kata Bella percaya diri.

" Nggak'lah! Dia paling segalanya!" sahut Evan membuat Bella tersenyum kecut.

Tapi memang tidak bisa dipungkiri, menurut Evan Bella saat ini berbeda dengan yang terakhir kali dia lihat. Bella yang sekarang terlihat sangat cantik dan ...seksi. Seandainya mereka bukan sahabat dan dia belum menikah, pasti dia akan dengan mudah jatuh cinta dengan wanita itu.

" Sialan lo!" kata Bella sebel.

" Udah nggak suka sama yang domestik lo?" tanya Evan lagi.

" Bosen! Kurang gede! Hahaha!" bisik Bella frontal lalu tertawa keras.

" Ckk! Dah jadi orang sono lo?" tanya Evan dengan nada menyindir. Dia merasa tidak suka saat Bella berbicara tentang ukuran milik pribadi seorang pria.

" Kepo aja lo!" sahut Bella cuek.

Selama beberapa lama mereka asik bicara tentang masa-masa sekolah dulu, tidak ada pembicaraan tentang kerjasama sama sekali, hingga tidak terasa sudah tiba saat makan siang.

" Gue laper, Do!" kata Bella dengan bibir nyengirnya, membuat Evan gemas dan mengalihkan pandangannya.

" Mau makan bakso deket sekolah?" tanya Evan.

" Boleh! Ayok!" ajak Bella senang langsung berdiri dan menarik tangan Evan.

Mereka kemudian keluar dari restoran setelah membayar bill mereka. Bella bergelayut manja di lengan Evan saat mereka berjalan keluar resto dan menuju ke parkiran.

" Kita kayak orang pacaran aja!" ucap Bella.

" Lo yang terlalu manja!" sahut Evan.

" Biar aja! Kita kan sahabat!" balas Bella.

" Kita pake mobil gue aja!" kata Evan.

" Mobil gue gimana?" tanya Bella.

" Nanti gue antar lo balik kesini lagi!" balas Evan.

" Ok!" jawab Bella. Evan mendekati mobilnya dan membuka pintu mobil untuk Bella.

" Thank you!" ucap Bella sambil meniupkan udara di tangannya.

" Ckkk! Dasar alay!" gumam Evan. Bella tidak melepaskan pegangan tangannya dari lengan Evan, membuat pria itu geleng-geleng kepala dan sedikit risih melihat tingkah sahabatnya itu.

" Kalo tangan gue lo pegang terus, gimana gue mau nyetir?" kata Evan.

" Ckk! Pelit amat!" balas Bella melepaskan tangan Evan. Lalu Evan membawa mobilnya membelah jalanan ibukota. Bella menyalakan musik di Headunit mobil Evan lalu bernyanyi kecil. Sesekali Evan melirik kepada sahabatnya yang menurutnya banyak berubah itu.

Next chapter