Vania juga menunggu orang yang sudah melakukan perbuatan itu untuk menyalakan lampu. Ia sudah tidak sabar menunggu ekspresi pria yang ia anggap sebagai Usman. Entah pria itu malah tergoda atau malah akan merasa bersalah. Ia sudah menanti hal yang juga membuatnya deg-degan.
"Iya, Usman. Kalau kamu mau menyalakan lampunya sekarang, nyalakan saja! Aku sudah tidak sabar untuk memberikan kamu kejutan, walau aku juga akan terkejut, hehehehe," kekeh Vania dengan senyum manisnya.
"Baiklah kalau kamu juga menunggu kejutan. Aku juga ingin melihat ekspresi wajah kamu. Pasti kamu akan terlihat cantik dan akan tertawa senang bersamaku, hahaha!" tawa pria itu lantang. Ini sudah menggunakan suara aslinya karena ia merasa tidak perlu menutupinya lagi.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com