Untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan mencari peruntungan di tanah Orang. Orang-orang dari daratan China bermigarsi ke berbagai penjuru dunia. Ada yang mencari peruntungan sebagai Konsultan, Buruh kasar, Petani, Nelayan, Mahasiswa, Atlet hingga Berbisnis. Di antara para migran dari China, ada yang berhasil dan sukses, namun banyak pula yang nasibnya tidak beruntung, sehingga mereka terjebak dalam lembah hitam. Mereka yang terjebak di lembah hitam ini memilih berprofesi sebagai Pembunuh Bayaran, Pencuri, Pekerja Seks, Pengedar Narkoba, Mafia Mucikari, bahkan Penipu. Sangatlah sulit hidup di tanah asing jika kau tidak memiliki keahlian serta kemampuan Bahasa Inggris atau Jerman yang baik.
.
.
Bandar Lampung, 2 Agustus 6483
Beberapa orang terlihat tengah sibuk beraktifitas di sebuah gudang dengan mengenakan pakaian astronot dan masker medis. Sementara beberapa orang lainnya tengah menjaga gudang tersebut dengan menggenggam senjata api dan senjata tajam.
Bergerak di dalam kegelapan tanpa menimbulkan suara dan juga tanpa menunjukkan auranya. Seorang lelaki berbadan tinggi dan kekar berkulit sawo matang tengah bergerak memasuki komplek gudang yang dijadikan pabrik oleh para Mafia China. Dia segera menyekap salah seorang Mafia yang tengah berjaga, lalu menusuk jantungnya dengan sebuah Pisau Belati.
Lelaki itu melempar beberapa granat asap ke arah gudang tersebut. Granat-granat meledak dan memunculkan asap yang tebal lagi menyesakkan yang menyelimuti orang-orang. Mereka terbatuk dengan keras dan mata mereka yang berlinang air mata karena perih.
Lelaki itu segera bergerak dengan cepat tanpa melewati halangan dan hambatan yang tak berarti. Dia bertarung dengan para preman yang melindungi gudang tersebut, dan membunuh mereka satu per satu.
Orang-orang berpakaian preman segera menyerbu komplek gudang tersebut dan mengamankan seluruh orang yang ada. Mereka adalah para Polisi Metropolitan Bandar Lampung yang menyamar, karena operasi ini sudah direncanakan satu minggu sebelumnya.
Orang-orang yang mereka tangkap memiliki paras oriental dan juga berkewarganegaraan China.
Seorang Lelaki berkepala botak dan berkulit hitam legam tengah berdiri dan membakar sebatang rokok. Asap keluar dari mulut Lelaki berkulit hitam yang bernama Norbert Musongè.
"Akhir-akhir ini aktifitas kriminal orang-orang China daratan mulai meningkat di Residen Lampung. Gara-gara mereka, orang-orang China Belanda kena getahnya dan beberapa menjadi sasaran amuk orang-orang Bumiputera. Padahal orang-orang China Belanda juga membenci orang-orang China daratan, di mana China Belanda juga banyak yang jadi korban penipuan, dan pemerasan dari orang China daratan."
"Untungnya serangan terhadap Komunitas China tidak sampai menimbulkan kerusuhan, mengingat Pemimpin Perserikatan Han, Ustad Mohammad Hasan Jin Bun, segera bersilaturahmi dengan para tokoh-tokoh Bumiputera yang berpengaruh. Manuvernya benar-benar hebat demi menyelamatkan Komunitas China Belanda, terlebih dia juga adalah seorang Ulama yang kharismatik," balas Ahmad Khalid, seorang Polisi berkulit sawo matang dari etnis Cirebon yang memimpin penggerebekan para Mafia di pinggiran Bandar Lampung.
"Reformasi yang dilakukan oleh Deng membuat China bisa bangkit dengan cepat sehingga mereka berhasil berdiri sama rata dengan para kekuatan besar seperti Amerika Utara, Inggris Raya, Perancis, Russia, dan Prussia. Manuver politik mereka tidak seperti Inggris Raya dan Amerika Utara yang kasar dan suka ikut campur urusan politik negara. Namun bantuan pembangunan infrastruktur serta bantuan pinjaman uang yang mereka berikan ini adalah jebakan."
"Jebakan hutang China," ujar Khalid. "Sepertinya kau tahu cukup banyak, Norbert."
"Bagiku China, Amerika Utara, dan Inggris Raya tidak ada bedanya. Beberapa Negara di Planet Tudishen juga telah jatuh dalam jebakan hutang China, sehingga China berhasil mendapatkan berbagai konsesi serta suplai batu bara, mengingat sebagai negara industri China sangat membutuhkan batu bara untuk memenuhi kebutuhan industri mereka," ketus Norbert.
"Dengan adanya keributan antara Bumiputera dengan orang China Belanda, otomatis hal ini menguntungkan Federasi China dan melemahkan pertahanan negara-negara Europa di Asia Tenggara. Mengingat saat ini China sedang berperang melawan Jepang untuk merebut Pulau Formosa. Mereka ingin fokus di Selat Formosa. Namun mereka juga tidak ingin kita kuat, sehingga ulah dari para Mafia China ini membuat hancur hubungan antara Bumiputera dan China Belanda yang telah terjalin selama ratusan tahun. Beruntungnya Gubernur Jenderal telah mengurangi ekspor batu bara ke China, sehingga membuat China harus membeli batu bara dari Qin, Zhao, Yan, Chu dan Wei yang lebih mahal," jelas Inspektur Khalid. Inspektur Khalid berjalan memasuki mobilnya diikuti oleh Nerbert yang duduk sebagai Supir. "Meskipun tidak ikut campur di Selat Formosa. Namun di tahun ini, ekspor minyak bumi dan gas alam ke Jepang jauh lebih ditingkatkan. Bagiku itu jauh lebih baik daripada dengan China, mengingat untuk saat ini pandangan Rakyat cukup bagus. Terlebih mayoritas Rakyat kita di wilayah Asia Tenggara merupakan Nipponfilia."
[Nipponfilia adalah sebutan bagi Orang-orang yang menyukai hal-hal yang bernuansa Jepang.]
Orang-orang China yang mereka tangkap dibawa ke Kantor Kepolisian Bandar Lampung. Mereka menjalani tes narkoba, serta diperiksa identitasnya. Sebagian dari mereka sudah berkewarganegaraan Belanda, hanya saja kewarganegaraan yang mereka miliki masih belum genap satu tahun serta kebanyakan mereka hidup di kawasan kontrakan kaum Pekerja dan para Mahasiswa. Pihak Kepolisian juga mewawancarai mereka dengan Bahasa Belanda dan juga Melayu. Bahasa Belanda mereka tidak begitu fasih, apalagi hanya beberapa di antara mereka yang bisa berkomunikasi dengan Bahasa Melayu, itupun mereka hanya bisa beberapa kata Bahasa Melayu.
"Pantas saja mayoritas dari mereka datang ke sini dengan visa Mahasiswa. Sedangkan yang telah dibunuh adalah yang masih berkewarganegaraan China yang masuk melalui jalur gelap," kesal Norbert. Dia menampar salah seorang tahanan China. "Sungguh miris orang sepintar kalian hanya menjadi api di negeri orang. Seandainya saja kalian di tanah leluhur, kalian tidak akan bernasib buruk di sini."
"Untuk saat ini kita akan mengamankan para Mahasiswa tersesat tersebut di sel. Kita akan mengamankan mereka untuk sementara. Sedangkan para anjing herder akan dibawa ke Way Jernih Bandar Lampung," ungkap Inspektur Khalid.
Lelaki Ghana itu tersenyum puas, mengingat dia sudah tidak sabar untuk mengeksekusi mati para kriminal bersenjata dari China tersebut.
Pukul tiga dini hari, para kriminal dibawa dengan menggunakan truk ke tengah hutan. Mereka digiring dengan kepala yang ditutup kain berwarna putih. Kedua kaki mereka dipotong lalu mereka dimasukkan ke dalam sebuah galian tanah yang berukuran besar. Setelah galian tanah sudah dipenuhi dengan orang-orang berkaki buntung, mereka dikubur secara hidup-hidup.
"Semoga saja tanah di sini semakin subur," ujar seorang Mandor berkulit sawo matang.
.
.
Dari meja kerjanya, Raja Willem Nicolaas membuka layar laptopnya untuk mengamati perkembangan di Residen Lampung tentang penggerebakan pabrik obat-obatan terlarang milik sekelompok Mafia China.
"Sepertinya China sudah mulai menggertak ke selatan. Walau di Selat Formosa mereka sedang berdarah. Untuk saat ini fokus mereka adalah ke Selat Formosa, walau mereka menggunakan proksi untuk mengguncang Asia Tenggara. Ditambah dengan berita-berita internet bertemakan Anti-China yang dijalankan oleh media propaganda seperti VOA, CNN, BBC, Telegraph, The Sun, dan sejenisnya sehingga membuat kaum pribumi Asia Tenggara murka dengan orang-orang China di tempatnya. Walau Orang China tersebut sudah ada sejak ratusan tahun."
Raja Willem Nicolaas beranjak meinnggalkan kursinya dan berjalan menuju jendela ruangannya.
"Untungnya saja ekspor batu bara, minyak bumi dan gas alam dari Hindia Belanda ke China sudah dikurangi. Setidaknya meskipun harganya lebih mahal, aku tidak menyangka China mau tetap membelinya, mengingat kiriman dari lima Negara di Tudishen butuh waktu yang cukup lama untuk sampai di China. Aku harap Kaisar Makoto dan Presiden Xi hanya berkonflik di Selat Formosa. Jika sampai melebar ke wilayah lainnya, hubungan Bisnis antara Belanda dengan Jepang dan juga China akan ikut terganggu."
.
.
Inspektur Khalid tengah duduk di sebuah ruangan yang serba putih yang dilengkapi sebuah mikrofon yang kecil di bawah meja. Norbert memasuki ruangan tersebut sambil membawa seorang tahanan dari China. Norbert meninggalkan ruangan sehingga hanya ada Inspektur Khalid dan sang tahanan yang duduk saling berhadap-hadapan.
Sebuah perbincangan santai berbahasa Jerman diawali oleh Inspektur Khalid.
"Siapa namamu?"
"Zhao Hu," jawab Pemuda China berkacamata yang duduk di depannya.
Inspektur Khalid memperhatikan kartu identitas serta paspor milik pemuda China yang duduk di depannya.
"Zhao Hu, yah. Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini? Apakah di China tidak ada lapangan pekerjaan. Padahal kalau dilihat kau ini cukup terpelajar."
Zhao Hu masih terdiam dan tidak berbicara. Dia terlihat sedikit ketakutan dengan alur hembusan nafas yang terlihat tidak teratur.
"Kau tidak perlu takut, Zhao. Di sini hanya ada kita berdua. Kau tak perlu takut. Aku akan menjamin kehidupanmu. Jadi katakanlah yang sejujurnya. Kau tidak perlu takut."
Zhao masih terdiam dan terlihat takut. Inspektur Khalid menempuk pundaknya dan menatap sepasang mata cokelat pemuda China yang ada di hadapannya. Zhao menatap kedua mata inspektur Khalid dengan serius dan membuatnya telah berada dibawah kendali hipnotis Inspektur Khalid.
"Katakan saja apa yang ingin kau ketahui. Mulai dari informasi tentang dirimu maupun dengan kelompokmu. Kau tidak perlu khawatir apalagi takut. Aku akan menjamin keamananmu." Inspektur Khalid memberikan instruksi kepada Pemuda China tersebut.
"Zhao Hu adalah namaku. Seorang Sarjana Farmasi dari Universitas Wuhan. Awalnya aku ditawari bekerja di sebuah Perusahaan Farmasi di Australia sehingga aku pergi meninggalkan rumah. Orang yang menawariku bekerja di Australia mengajakku untuk singgah di Bandar Lampung, hingga akhirnya dia memaksaku dengan para Sarjana Farmasi yang lainnya untuk membuat barang haram. Namanya adalah Yan Jie, seorang simpatisan Partai Komunis China. Awalnya aku menolak bekerja untuk membuat obat terlarang tersebut, namun setelah tahu bahwa gaji kami jauh lebih besar daripada di Perusahaan Farmasi di Australia, akhirnya kami memilih di Bandar Lampung."
"Di mana Yan Jie berada?"
"Dia sedang ada urusan di Banten."
"Bisa kau jelaskan ciri-cirinya."
"Dia adalah seorang lelaki berkepala botak dengan tato harimau di lehernya. Matanya berwarna biru seperti lautan. Serta berbadan tinggi, kira-kira seratus delapan puluh satu centimeter tingginya."
"Jadi kau adalah bagian dari Kelompok Cao Cao."
"Ya, kami bekerja untuk mereka."
"Adakah selain mengedarkan obat-obatan terlarang?"
"Penyelundupan barang dan prostitusi dengan menyediakan gadis-gadis China daratan yang cantik," ungkap Zhao Hu.
"Jadi, bukan hanya bisnis obat-obatan terlarang semata."
"Iya."
"Apakah kau pernah atau sering bermain dengan para amoy? Maksudku perempuan china yang berada di dalam jaringan kalian."
"Yah, kalau sedang ingin bermain saja."
"Berasal darimana para perempuan China itu?"
"Kebanyakan berasal dari kawasan pedesaan dan mereka semua berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah sehingga mereka dengan mudahnya ditipu."
"Apakah mereka ditipu oleh Yan Jie?"
"Kalau yang ini aku tidak tahu."
"Kalau begitu, bisakah kau jelaskan sedikit tentang Yan Jie."
"Dia memiliki wawasan yang luas tentang dunia kimia dan alkimia. Dia pandai berbicara dan juga kharismatik. Tidak seperti mafia pada umumnya. Dia adalah orang yang ramah serta bijaksana. Dia juga orang yang sabar dan seorang guru, mengingat dahulu dia adalah seorang guru kimia. Dia juga sering memberikan bimbingan belajar secara gratis pada anak-anak di sekitar kontrakan."
Inspektur Khalid menjentikka kedua jarinya sehingga Zhao Hu langsung jatuh ke lantai dan dia segera tenggelam ke alam tidurnya.
"Saatnya berburu Yan Jie," gumam Inspektur Khalid.
.
.
Sketsa seorang lelaki China berkepala botak, bermata cokelat dengan tato harimau disebar melalui akun IG, Tweet, VK, dan FB Departemen Kepolisian Lampung. Dia dicari hidup atau mati oleh Departemen Kepolisian Lampung. Orang-orang di dunia nyata dan juga para netizen membicarakan lelaki China berkepala botak tersebut.
"Beruntungnya aku ada urusan di luar Bandar Lampung. Jika tidak, mungkin aku sudah dieksekusi dan dikubur di hutan," ungkap lelaki berkepala botak yang tengah membaca koran yang barusan dia beli dari seorang lelaki tua. "Walau jaman sudah modern dan semakin canggih, tetap saja membaca koran memiliki sensasi yang berbeda daripada berita di ponsel." Sepasang mata cokelatnya tertuju pada tagline berita yang menjelaskan operasi Brigadir Polisi di Bandar Lampung yang berhasil melumpuhkan sindikat perdagangan obat-obatan terlarang dari China. "Kelompok Cao-cao dasarnya memang payah. Mereka terlalu amatiran, sehingga mudah jatuh."
Yan Jie menggulung korannya dan berjalan dengan santai di tengah keramaian. Dalam perjalanannya, dia melihat seorang pemuda yang menjadi bulan-bulanan masa karena kedapatan mencopet dompet seorang ibu-ibu. Selama di Bekasi dia selalu mengenakan peci hitam, dengan lehernya yang ditutupi oleh syal sehingga membuat tato harimau di lehernya tidak kelihatan. Dia memang kelihatan mencolok, syal yang menutupi lehernya, namun tidak terlihat mencurigakan.
Yan Jie bergumam dalam hatinya perihal aksi main hakim sendiri yang dilakukan oleh orang-orang terhadap seorang pencopet kelas kecoa, "Seandainya saja mereka mencuri uang negara sebesar miliaran rupiah seperti di negara YNTKTS. Mungkin mereka akan tetap dibela oleh para buzzerp, seperti yang dialami oleh Juliari Batubara dan juga Lutfi Hasan Ishak. Enaknya jadi koruptor di negeri YNTKTS, tetap tersenyum dan dipuja layaknya artis Hollywood walau telah merugikan negara. Benar-benar orang yang tidak punya malu apalagi kemaluan."
Yan Jie tersenyum seraya menatap layar ponselnya. Dia terlihat sangat senang bahwa dirinya menjadi begitu dikenal dan dicari oleh Pemerintah Belanda.
"Aku tidak menyangka bahwa diriku menjadi perhatian banyak orang. Orang-orang di sini sangat peduli denganku." Yan Jie membuka korannya dan menatap sebuah judul berita tentang penggerebekan Mafia China di Bandar Lampung.
"Seandainya kau tidak pernah ada, mungkin tidak akan seperti ini." Kalimat itu diucapkan Yan Jie dengan nada dingin dengan tatapan yang tajam kepada sebuah nama yang bernama Inspektur Khalid. "Yah, sepertinya permainan ini tidak akan asyik jika mereka mencari jerami diantara tumpukan jarum. Kurasa lebih baik aku mendatangi mereka lalu menghilangkan dia. Ok, permainan akan segera dimulai ketika aku melangkahkan kaki ini dan pergi menuju ke Bandar Lampung. Beruntungnya aku memiliki beberapa kenalan lokal yang bersahabat dan pandai menjaga mulutnya."
.
.
Inspektur Khalid tengah bermain bola bersama kedua anak Lelakinya di halaman rumahnya yang luas dan memiliki taman yang dipenuhi dengan tanaman obat serta beberapa bunga yang berwarna indah. Ekspresi para Anak-anak terlihat begitu riang gembira bisa bermain dengan ayahnya. Mereka saling mengoper bola dan menendangnya. Mereka terleihat begitu bahagia dan sangat bersahabat. Sore hari ini begitu sejuk dan menenangkan.
"Kalian memang hebat, Bambang dan Ramdani. Ayah bangga dengan kalian," puji Inspektur Khalid kepada kedua anaknya.
"Aku juga bangga dengan kalian." Kalimat berbahasa Melayu-Hindia itu terdengar agak aneh, dengan logat China yang kaku. Seorang lelaki berkepala botak muncul secara tiba-tiba di teras rumah sambil duduk membaca koran.
Inspektur Khalid terlihat begitu kaget dengan kemunculan lelaki China berkepala botak, terlebih ada tato Harimau di leher lelaki China tersebut.
"Yan Jie!"
"Selamat sore, Inspektur Khalid, Bambang, dan Ramdani," sapa Yan Jie.
"Siapa dia, Ayah?" tanya si kecil Ramdani.
"Dia adalah penjahat," jawab Inspektur Khalid. "Apa yang kau lakukan di sini, Yan Jie?!"
"Aku hanya ingin bersilaturahmi denganmu, Inspektur Khalid. Apakah aku salah?"
Inspektur Khalid menjentikkan jarinya, dan kilatan petir berwarna biru gelap yang mengarah kepada lelaki China di hadapannya, namun Yan Jie mengalihkan serangan petir Inspektur Khalid dan mengarahkannya ke arah atas, sehingga dari telapak tangan Yan Jie mengeluarkan kilatan petir yang menggelegar di sore hari yang berlangit cerah.
Suara menggelegar itu memecah kedamaian dan membuat kaget orang-orang, mengingat saat ini sedang musim kemarau dan tidak ada awan mendung.
"Suara petir darimana? Inikan bukan musim hujan," celetuk salah seorang Warga sekitar.
Inspektur Khalid segera berlari menuju ke arah Yan Jie. Dia lalu melancarkan berbagai macam jurus pencak silat untuk mengalahkan lelaki China di hadapannya.
Bambang dan Ramdani menyemangati ayah mereka agar bisa menang bertarung melawan Yan Jie. Yan Jie menangkis dan menghindari setiap serangan dari Inspektur Khalid dan dia juga memberikan perlawanan jika ada celah.
Pertarungan antara mereka terlihat sengit. Yan Jie melompat ke atas atap dan berlari meninggalkan lawannya. Inspektur Khalid segera mengejarnya dan memberikan sebuah tembakan, namun tembakan itu hanya melukai telinga bagian kanannya.
Inspektur Khalid tidak mungkin menembakkan kilatan petir di atas atap, mengingat itu akan menimbulkan kerusakan yang cukup besar. Terlebih Yan Jie bisa membalikkan serangan petirnya, jadi bagi Inspektur Khalid untuk saat ini adalah mengejar Yan Jie lalu melumpuhkannya.
Yan Jie berdiri terdiam menatap sebuah tembok yang menjulang tinggi. Dia tidak pernah menyangka bahwa akan dihalangi oleh sebuah tembok yang bagian bawahnya dipenuhi dengan coretan. Sementara Inspektur Khalid berdiri di mulut dari jalan buntu tersebut.
Inspektur Khalid berdiri di mulut jalan buntu tersebut. Dia tersenyum puas melihat Yan Jie yang terjebak di jalan buntu, "Kau tidak akan bisa lari, Yan Jie."
Yan Jie terlihat masih santai dengan berdirinya Insptektur Khalid di mulut jalan buntu. Lelaki China itu mulai menunjukkan keseriusannya. Dia mengawali sebuah serangan dengan menembakkan kilatan petir. Serangan Yan Jie langsung menjatuhkan Inspektur Khalid.
Yan Jie perlahan berjalan menghampiri musuhnya yang sudah tergeletak tidak berdaya. Dia tersenyum puas dan tertawa layaknya iblis ketika melihat bahwa Inspektur Khalid telah mati.
"Kurasa ini adalah akhir darimu, Khalid."
Yan Jie tertawa dengan begitu kerasnya dan seketika dia terkaget ketika ada sesuatu yang menembus dadanya. Yan Jie awalnya diam seribu bahasa, namun dia begitu terkejut saat Inspektur Khalid menembus dada Yan Jie dengan tangan kanannya yang dialiri oleh listrik.
"Kau berpikir bahwa aku ini bisa mati dengan mudahnya. Sayangnya aku tipe orang yang tidak akan bisa mati dengan mudahnya." Inspektur Khalid menarik tangan kanannya yang dipenuhi dengan darah dan tubuh Yan Jie segera jatuh dengan darah yang menggenangi jalan buntu tersebut.
"Kau cukup merepotkan juga, Yan Jie," keluh Inspektur Khalid.