webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasy
Not enough ratings
99 Chs

Bab 56, Sebuah Canda, Tawa, dan Kisah Cinta Seorang Pangeran

Semua orang menginginkan kehidupan yang begitu damai dan tenang di mana tidak ada perang yang merugikan kedua belah pihak. Namun kedamaian di Ukraina yang diimpikan oleh semua orang Ukraina telah sirna akibat revolusi maidan yang dilakukan oleh kelompok Neo-Nazi.

Gencatan senjata telah berakhir dan Tentara Ukraina kembali menyerang Donetsk. Meriam-meriam Artileri ditembakkan oleh Tentara Ukraina ke wilayah Donetsk.

Pihak Ukraina menuduh bahwa pihak separatis telah melanggar gencatan senjata dengan melakukan serangan-serangan sporadis ke wilayahnya, sementara pihak Donetsk meminta bukti kepada pihak Herb Ukraina ach jika benar mereka telah melakukan serangan. Namun sayangnya pihak Ukraina menolak bukti-bukti akan serangan yang telah dilakukan oleh Donetsk.

Serangan artileri dilakukan tiada henti, di mana meriam-meriam menghancurkan dan merusak beberapa bangunan di sepanjang wilayah Donetsk dengan Ukraina.

"Apa yang dilakukan oleh Ukraina sungguh tindakan yang sangat pengecut! Di mana mereka menghujani kita dengan artileri dan menolak bukti bahwa jika kita menyerang mereka!" teriak Matthias dengan segala keluhannya.

"Pengecut seperti mereka hanya bisa menembakkan artileri secara acak, tak peduli itu target Sipil atau Militer," balas Antonia.

Kedua anggota Burgmann Groups itu tengah mengamati posisi musuh dari dalam lubang parit yang digali disepanjang Kota Arashat. Dari dalam parit tersebut, Antonia melihat bahwa artileri yang ditembakkan oleh Tentara Ukraina dalam posisi yang sama, di mana meriam howitzer tersebut di arahkan ke arah timur dengan kemiringan meriam empat puluh lima derajat. Sehingga peluru-peluru dari howitzer tersebut hanya mengenai dan merusak posisi yang sama.

"Meskipun serangan artileri mereka dilakukan tiada henti, namun serangan tersebut hanya menghantam posisi yang sama, dan itu adalah tindakan membuang-buang peluru," ungkap Antonia. "Pada dasarnya itu adalah tindakan mereka yang terlihat panik. Bukannya harus menghentikan perang karena tuntutan dari rakyatnya yang cinta damai, Pemerintah Ukraina justru terlalu panik sampai-sampai membombardir Donetsk secara membabi buta."

"Ini sudah bukan perang, melainkan pembantaian!" seru Matthias.

Dari dalam parit, para Tentara Donetsk dan para Kontraktor dari Private Military contractor seperti Wagner Groups, Burgmann Groups serta para sukarelawan dari negara-negara berpenduduk mayoritas Kristen Katolik tengah mempersiapkan mortar-mortar yang akan ditembakkan menuju ke arah instalasi artileri milik Tentara Ukraina.

"Tembak!"

Kata perintah tersebut segera dilaksanakan oleh para Tentara dari dalam parit-parit di sepanjang Kota Arashat. Mortar-mortar menghujani posisi artileri Tentara Ukraina, begitupula dengan puluhan misil jarak pendek yang ditembakkan dari beberapa titik yang tersembunyi di balik pepohonan-pepohonan.

Serangan balasan Tentara Donetsk dibantu oleh para sekutunya membuat terkejut Tentara Ukraina. Hujan mortar dan misil tersebut menghancurkan beberapa unit dan instalasi artileri milik Tentara Ukraina.

"Apa yang terjadi? Darimana datangnya serangan tersebut!" teriak seorang Kolonel yang begitu kaget akan hujan mortar yang menghancurkan beberapa unit howitzer-nya.

"Ini adalah serangan balasan dari si kafir Donetsk, Kolonel," balas salah seorang bawahannya yang terlihat ketakutan.

"Tetap serang mereka, bila perlu minta bantuan udara!" seru sang Kolonel yang tidak mau kalah. "Kita akan ratakan Negeri kafir itu hingga rata dengan tanah!"

Tentara Donetsk beserta sekutunya menghentikan serangan mereka. Serangan balasan mereka telah melumpuhkan setengah kekuatan Artileri Ukraina di tepi barat Sungai. Saat ini mereka bisa bernafas lega, setelah Tentara Ukraina menghentikan hujan artileri yang telah berlangsung selama dua jam.

Antonia menghela nafasnya, "Syukurlah, setidaknya saat ini kita bisa bersantai sejenak," ungkapnya dengan posisi tubuh bersender pada dinding parit yang lembab.

"Mereka cukup payah juga hingga tidak bisa menahan serangan balasan. Serangan balasan ini, meskipun kecil tetapi sudah membuat mereka kehilangan setengah kekuatannya di garis depan. Beruntungnya saat ini angin berhembus dari arah timur, sehingga dengan angin dari arah timur kita berada di posisi yang menguntungkan, ditambah semangat juang yang begitu tinggi dari Tentara Donetsk," balas Matthias yang tengah memperhatikan sebuah tiang dengan bendera Donetsk yang berwarna merah-biru gelap-jingga yang berkibar ke arah barat akibat hembusan angin Donetsk dari timur.

Antonia yang memperhatikan kibaran bendera turut berkomentar, "Dari jaman perang dengan panah hingga rudal balistik. Hembusan angin turut mempengaruhi jalannya perang. Secanggih apapun rudal, arah tembakannya bisa berubah akibat efek hembusan angin."

.

.

Kedua belah pihak yang tengah berperang saling mengamati dan mengawasi. Baik itu Tentara yang saling mengamati dan mengawasi dengan menggunakan teropong, ataupun drone dari kedua belah pihak yang saling mengintai area masing-masing pihak terkait. Drone yang diterbangkan oleh kedua belah pihak yang saling berperang tidak bisa masuk lebih dalam ke kawasan yang akan diintai, ketika drone kedua belah pihak hancur oleh tembakan dari masing-masing Tentara dari dua negara yang tengah saling berperang.

Kedua belah pihak yang saling berperang masih dalam posisi bertahan mereka. Dengan bantuan militer dari Russia dan Azerbaijan membuat Tentara Donetsk menjadi semakin kuat dan tangguh, sehingga pihak Ukraina hanya bisa melakukan serangan dari jarak jauh dengan menggunakan mesin-mesin artileri mereka.

Dalam Perang Bulan Juni, Ukraina telah kehilangan dukungan dari Amerika Utara, Inggris Raya, dan Perancis. Hanya Albania, Hesse, dan Yunani yang hingga saat ini masih mendukungnya, walaupun hanya sebatas dukungan Politik. Sedangkan untuk Donetsk, mereka mendapatkan dukungan dari Russia, Belarusia, dan Azerbaijan, sedangkan Prussia hanya memberikan dukungan politik, walaupun di belakang layar Prussia mengirimkan Kontraktor Militer dari Burgmann Groups untuk berperang di sana.

Di parit-parit yang kotor, lembab dan pengap, para Tentara saling berbagi kehangatan, mulai dari berbagi kopi hangat ataupun mie yang hangat dalam cup. Berbagai macam candaan serta kisah-kisah romantis saling bertuturan dari mulut para Serdadu yang berjuang di garis depan untuk menghibur diri mereka.

Salah satunya adalah Antonia Colville Wilhelm Viktor Ferdinand von Hohenzollern-Sigmaringen yang tengah diminta oleh rekan-rekannya untuk mengisahkan kisah cintanya.

"Aku dan Istriku sudah saling kenal sejak masih gymnasium, walaupun kami tidak pernah sekelas. Perempuan itu dengan malu-malu menyatakan cinta ketika di hari kedua memasuki gymnasium dan sejak saat itu kami mulai berpacaran," tutur Antonia mengenang pertemuannya dengan sang istri. "Dia berasal dari Keluarga Tukang Roti, sedangkan Keluargaku merupakan Keluarga Bangsawan yang bekerja di Departemen Pendidikan. Dia adalah gadis yang lugu yang ahli dalam membuat roti. Roti buatannya memiliki tekstur yang lembut serta rasa yang gurih dan manis. Dia selalu menjual roti-nya di sekolah dan aku adalah pelanggan setianya. Tidak ada orang yang berani macam-macam dengannya, karena kalau aku melihat ada perempuan yang berani merundung Kekasih-ku. Maka aku akan mendatangi para lelaki dari perempuan tersebut dan menghajarnya, setelah itu aku melucuti pakaian para perempuannya."

"Woah, kau memang benar-benar lelaki sejati sampai menghajar para kekasih dari perempuan yang berani merundung kekasihmu," ujar seorang Tentara Donetsk yang bernama Dimitres.

"Kalau ada yang berani memalak atau hutang kepada kekasihku, aku tidak segan-segan menghajarnya. Karena itu, aku sering berurusan dengan kesiswaan dan juga kedua orang tuaku yang bekerja di Departemen Pendidikan sering dipanggil sekolah." Antonia lalu tertawa hambar mengingat hal tersebut. Dia berhenti tertawa dan berkata dengan nada lirih, "Sampai suatu hari, ketika kami berdua telah menginjak usia dua puluh tiga tahun. Ada sebuah gejolak."

Mendengar kalimat bernada lirih tersebut membuat rekan-rekannya terlihat begitu penasaran akan kelanjutan kisah dari Antonia.

Matthias angkat bicara, "Bukan aku bermaksud mengulik kehidupan pribadimu, kawan. Bisakah kau ceritakan cerita yang seharusnya kau lanjutkan tersebut."

"Aku melamar Liesbeth setelah aku lulus dari Universitas Brauncschweig. Keluarganya merestui hubungan kami, hanya saja Kedua orang tua-ku menolaknya. Kedua orang tua-ku tidak ingin anaknya menikah dengan warga sipil biasa, karena mereka ingin aku menikah dengan Puteri Irene Cecile Anne von Hesse-Darmstadt. Karena orang tua-ku menolak hubungan kami, aku sempat ribut di acara Keluarga, di mana aku berkelahi dengan ayah-ku. Kami dilerai oleh Mayor Jenderal Nikolaus dan Mayor Jenderal Leopold. Setelah aku menjelaskan penyebab perkelahian antara kami. Mereka berdua mendukung hubunganku dengan Liesbeth, bahkan dalam pernikahan kami, yang menjadi Wali Nikah-ku adalah Mayor Jenderal Nikolaus, Mayor Jenderal Leopold dan Puteri Juliana Battenberg."

"Bagaimana dengan Kedua Orang Tua-mu?" tanya Matthias.

"Mereka datang belakangan. Itupun juga setelah diancam oleh Mayor Jenderal Nikolaus," balas Antonia. "Der Russe mengancam akan menyita seluruh properti milik Klan Hohenzollern-Sigmaringen, hingga akhirnya seluruh anggota Klan yang lain menekan ayah dan ibu-ku untuk hadir dalam pernikahan kami. Meskipun pada awalnya, kedua orang tua-ku masih belum menerima hubungan kami. Tetapi setelah kelahiran anakku, mereka berubah, dan menerima istri-ku beserta keluarganya. Mereka sempat meminta maaf kepadaku dan juga keluarga istriku karena merendahkannya, dan sekarang kami semua baik-baik saja," jawab Antonia.

"Kisah cintamu itu cocok dijadikan serial televisi, dengan judul 'Pangeran dan Gadis Tukang Roti," celetuk Matthias, dan langsung disambut gelak tawa dari Antonia dan Tentara yang ada di sana. Mereka tertawa untuk menghilangkan beban yang ada. Sebuah tawaan yang penuh persaudaraan tanpa adanya candaan yang saling menyakiti. Dari sebuah tawa, terbentuklah ikatan persaudaraan antar sesama Tentara yang berjuang di garis depan untuk melindungi Tanah Air dan Orang-orang yang tidak berdosa.

"Aku sudah membagikan kisah cintaku yang cocok untuk dijadikan serial televisi. Bagaimana jika Matthias berbagi kisah cintanya?" Antonia angkat bicara, agar Matthias mau mengisahkan kisah cintanya. Rekan-rekannya menatap Vampir setengah Manusia itu dengan senyuman jahilnya.

"Aku tidak memiliki kisah cinta yang menarik. Kalaupun diceritakan, maka kisah cintaku adalah akan seperti berbagai macam cerita cabul dan porno yang bertebaran di Wetpet antara seorang badboy yang super dingin, memiliki harta melimpah karena seorang CEO di usia muda dengan seorang gadis alim, lugu, dan cantik," balas Matthias dengan tertawa garing namun keras.

Mereka semua tertawa mendengar kalimat ngawur yang diucapkan oleh Vampir setengah Manusia tersebut.

"Awas, Matt. Author cabul dan porno wetpet itu jauh lebih ganas daripada anggota Tentara Rasa Jeruk. Hati-hati dengan seluruh akun media sosialmu. Nanti mereka akan menyerang," celetuk salah seorang Lelaki Chechnya bernama Hassan Ali Ramadhanov.

Celetukan dari Lelaki Chechnya membuat suasana yang sudah lucu menjadi semakin lucu dan tawa dari mereka menggema di medan perang.

Kini keadaan telah menjadi damai dengan diturunkannya Pasukan Penjaga Perdamaian dari Russia, Inggris Raya, Perancis, dan Prussia di wilayah Donetsk, dan dari Amerika Utara, Albion, Perancis, dan Hungaria yang berjaga di beberapa titik di wilayah Donbass. Dalam pertemuan di New York. Pihak Ukraina dan Donetsk-Luhansk sepakat untuk berdamai. Atas tekanan dari Amerika Utara, Inggris Raya, dan Perancis. Ukraina setuju untuk menghentikkan aksi militer mereka di Donbass.